Telaah data polusi udara dan distribusi jumlah penduduk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Setiap makhluk hidup membutuhkan udara dalam kehidupan sehari-hari mereka. Udara terdiri dari berbagai jenis gas yang mengelilingi Bumi dan terdiri dari dua komponen utama: 78,09% gas nitrogen dan 20,94% gas oksigen. Perbedaan komponen udara tersebut tidak selalu konstan karena suhu, tekanan, dan kondisi udara lainnya. Dalam keadaan normal, komposisi udara berubah karena masuknya zat asing. Perubahan ini dapat berupa sifat fisik atau kimiawi. Situasi seperti itu disebut sebagai pencemaran udara.[1]

Data populasi[sunting | sunting sumber]

BPS: Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin tahun 2022

Data jumlah penduduk dapat diperoleh dari BPS



Sentinel 5[sunting | sunting sumber]

Contoh hasil data olahan menggunakan Arcgis
Sentinel-5P TROPOMI: TROPOspheric Monitoring Instrument

Sentinel-5 adalah salah satu dari serangkaian satelit yang merupakan bagian dari program Copernicus milik European Space Agency (ESA) dan European Commission. Sentinel-5 dirancang khusus untuk memantau komposisi atmosfer Bumi dan mengumpulkan data mengenai polusi udara serta gas-gas atmosfer lainnya. Satelit Sentinel-5 dilengkapi dengan instrumen spektrometer yang disebut Tropospheric Monitoring Instrument (TROPOMI). TROPOMI memiliki kemampuan untuk mengukur berbagai gas atmosfer, termasuk nitrogen dioksida (NO₂), ozon (O₃), formaldehida (HCHO), sulfur dioksida (SO₂), metana (CH₄), dan beberapa gas lainnya.

TROPOMI mengukur radiasi sinar ultraviolet pada spektrum yang tinggi. Hasil dari pengukuran ini diharapkan akan meningkatkan resolusi spasial (menjadi 7 km x 3,5 km pada nadir) dibandingkan dengan instrumen pengukur sebelumnya yaitu OMI dan GOME-2.[2]

Jenis pencemaran udara[sunting | sunting sumber]

Ketentuan Klasifikasi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

Setiap tahun pertumbuhan sektor transportasi semakin menunjukkan peningkatan. Kondisi itu, selain memberikan dampak positif terhadap perekonomian, di sisi lain juga memberi dampak negatif berupa pencemaran udara akibat meningkatnya emisi kendaraan bermotor.

Naiknya jumlah kendaraan ini dapat dilihat berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, yang mana melaporkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari 120.042.298 unit tahun 2021 melonjak tajam menjadi 125.305.332 unit kendaraan tahun 2022.[3]

Gas nitrogen dioksida (NO2) merupakan polutan udara ambien bersama unsur nitrogen monoksida (NO) yang biasanya dihasilkan dari kegiatan manusia seperti pembakaran bahan bakar mesin kendaraan, pembakaran sampah, pembakaran batubara dan industri. Karakteristik gas ini memiliki bau tajam dan berwarna cokelat dimana dampaknya terhadap kesehatan terutama adalah penurunan fungsi paru, menyebabkan sesak napas, bahkan berujung pada kematian[4]

Sulfur dioksida (SO2) adalah komponen pencemar udara dengan jumlah paling banyak. Gas ini memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau tajam, apabila bereaksi dengan uap air di udara akan menjadi H2SO4 atau dikenal sebagai hujan asam yang dapat menimbulkan kerusakan baik material, benda, maupun tanaman[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Amanda Fairuz Hikmiyah (2018). "Analysis of Dust and NO2 Level in the Ambient Air and Sweeper's Respiratory Complaintsin Purabaya Bus Station Sidoarjo". Jurnal Kesehatan Lingkungan. 10 (2): 138. 
  2. ^ Fanny Aditya Putri Udhi Catur Nugroho Randy Prima Brahmantara Arum Tjahjaningsih (2023). "Pemanfaatan Data Satelit Sentinel-5P untuk Pemantauan SO2 Pasca Erupsi Gunung Anak Krakatau". Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi. 14 (1): 26. 
  3. ^ Indonesia, Badan Pusat Statistik. "Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis - Tabel Statistik". www.bps.go.id. Diakses tanggal 2024-03-30. 
  4. ^ a b Ani Masito. "Risk Assessment Ambient Air Quality (NO2 And SO2) And The Respiratory Disorders To Communities In The Kalianak Area Of Surabaya". Jurnal Kesehatan Lingkungan. 10 (4): 395.