Tari Inai Piring Dua Belas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penampilan Komunitas Tari di Pesta Malam Berinai (2017)

Tari Inai Piring Dua Belas merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Rokan Hilir. Tari ini juga dikenal dengan Tari Piring Dua Belas. Untuk di daerah Rokan Hilir tersendiri, nama tarian ini sangat beragam walaupun dengan pola tarian yang sama. Ada yang menamakan dengan Tari Inai, ada juga yang menamakan dengan Tari Piring Dua Belas, ada pula yang menamakan Tari Inai Piring Dua Belas. Tari Inai Piring Dua Belas pengembangan dari Tari Inai sedangkan nama Piring Dua Belas diambil dari jumlah piring dengan pemakaian piring yang ditata di lantai sebanyak 12 (dua belas) buah piring, yang ketika ditarikan menjadi tingkat pertama, tingkat kedua, tingkat ketiga, dan tingkat keempat. Salah satu daerah di Rokan Hilir yang masih melestarikan tarian ini yaitu Kubu. Pada saat ini Kubu dibagi menjadi dua wilayah administrasi yaitu Kec. Kubu dan Kec. Kubu Babussalam.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Gerak Dasar oleh Uwak Amat Generasi Keempat untuk menarikan Tari Inai Piring Dua Belas (2017)

Perkembangan Tari di wilayah Kubu, Rokan Hilir memiliki makna tersendiri bagi para tetua/datuk dikarenakan mempunyai makna ketika menarikannya. Tari Inai Piring Dua Belas awal mulanya dipercayai memiliki hubungan dengan kekuatan magis. Tari Inai Piring Dua Belas dipercayai berhubungan dengan kekuatan batin antar pelaku, dikarenakan pada zaman dahulu Tari Inai Piring Dua Belas digunakan untuk mengadu kekuatan antar pelaku (tetua atau Datuk). Kekuatan yang akan memperlihatkan kekuatan ilmu kebatinan yang mereka miliki. Apabila piring yang dipijak terbelah dua maka ada yang tidak menyukai ketika penari menarikan tarian tersebut.

Sehingga para tetua atau datuk mempercayai hubungan mistis atau keyakinan kekuatan batin antara para pelaku yang mengisyaratkan jawaban dalam menguji kemampuan penari dalam melakukan tari inai piring dua belas beserta tekniknya, karena bagaimanapun berat badan tidak akan mempengaruhi ketika Penari memijak piring tesebut, maka piring tidak akan pecah. Begitulah kepercayaan yang mereka miliki.

Salah satu Tokoh masyarakat yaitu Uwak Amat Sinan yang merupakan generasi keempat serta mengembangkan Tari Inai tersebut menjadi Tari Inai Piring Dua Belas atau Tari Piring Dua Belas mengatakan, “Hubungan mistis atau keyakinan kekuatan batin para pelaku Tari Piring Dua Belas mengisyaratkan jawaban dalam menguji kemampuan penari tari tersebut untuk melakukan teknik gerak. Hal tersebut diperlukan karena bagaimanapun berat badan tidak akan berpengaruh ketika memijak piring sebanyak 12 Buah dan tidak akan pecah”.

Pada mulanya, Tari Inai Piring Dua Belas ditarikan oleh para orang dewasa yang mengadu kekuatan batin atau ilmu (berhubungan dengan magis) memperlihatkan siapa yang paling kuat. Tari ini hadir setelah Tari Inai muncul di Negeri Kubu karena Tari Piring Dua Belas pada awalnya pengembangan dari Tari Inai, dikembangkan oleh pelaku tari. Gerakan yang dilakukan juga sama dengan Tari Inai hanya yang membedakan penggunaan properti piring diletakkan pada lantai, tetapi piring berisi inai tetap digunakan sebagai properti Tari Inai Piring Dua Belas.

Gerak Tari Inai Piring Dua Belas banyak dilakukan dengan kaki yang sedikit dinaikkan atau berjinjit. Penari lebih mengolah kekuatan kaki dengan alasan bahwa ketika menari kaki sedikit ditekuk dan badan sedikit membungkuk, gerakan duduk dengan kaki berjinjit serta melakukan putaran. Saat ini Tari Inai Piring Dua Belas boleh dilakukan berpasangan, boleh saja hanya laki-laki atau perempuan.

Mempelajari Tari Inai Piring Dua Belas rupanya setelah ditelusuri demikian terjadi apalagi berhubungan dengan pembelajaran tentang Sejarah dari Tari, cara menari, proses latihan dan pakaian yang digunakan pada saat pertunjukan. Pembelajaran yang dilakukan pada zaman dahulu atau zaman nenek moyang yang membicarakan kekuatan batin atau pagar diri akan mereka asah sedemikian rupa. Bisa jadi kebutuhan mereka dihadapkan dengan lingkungan, menelaah kekuatan batin tidak akan lepas dari cara melihat pengalaman hidup yang dimiliki masyarakat.

Tari Inai Piring Dua Belas memiliki Hubungan Ucapan (Lafaz):

No. Ucapan (Lafaz) Hubungan Ucapan (Lafaz)
1. Bismillah Hubungan ketiganya memuji Allah dan Rasul-Nya.
2. Salawat Merupakan Awalan Doa agar dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan syariatnya.
3. Al-Fatihah Meminta Izin kepada Allah agar diberi keluwesan dalam menari.

Tari Inai Piring Dua Belas yang berada di Negeri Kubu Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau membahas tentang pengalaman kehidupan berdasarkan kepemilikan kekuatan batin dalam diri. Menarikan Tari Inai Piring Dua Belas ada aturan-aturan tertentu. Zaman dahulu yang sebenarnya harus diterapkan karena akan berbicara tentang pagar diri yang sebenarnya harus dimiliki oleh pelaku tari. Dewasa ini pengalaman kehidupan berdasarkan kepemilikan tersebut, keberadaan dalam diri penari anak-anak tidak terlalu bisa ditemukan. Alasannya, penari anak-anak yang menarikan Tari Inai Piring Dua Belas sekarang hanya mengutamakan keberanian dalam diri mereka dan tidak ada pembelajaran khusus mempelajari kekuatan batin tersebut.

Pertunjukan Tari Inai Piring Dua Belas memiliki pola pelatihan yang sebenarnya sungguh rumit pada zaman dahulu. Hal demikian, bahwa pola melatih melewati beberapa fase yaitu:

Silat → Tari Inai → Tari Inai Piring Dua Belas → Pertunjukan

(Fase Awal Pembelajaran Tari Inai Piring Dua Belas)

Gerak Dasar Tari Inai → Tari Inai Piring Dua Belas → Pertunjukan

(Fase Saat Ini Mempelajari Tari Inai Piring Dua Belas)

Tari Inai Piring Dua Belas yaitu pemahaman tentang Tari Inai Piring Dua Belas yang terjadi pada zaman dahulu masih dipercaya oleh keturunannya. Contoh, masih adanya kepercayaan bahwa ketahanan batin seseorang baik secara internal akan terlihat pada saat menari. Apabila ada yang tidak suka dan ingin mencoba ilmu batin yang dimilikinya maka akan berdampak pada piring yang dipijak. Piring yang dipijak penari hanya akan terbelah dua dan tidak berderai.

Oleh Uwak mengatakan piring biasanya sebagai wadah makan, sekarang piring digunakan untuk Tari atau pertunjukan dan dipijak. Sebagai penonton piring menjadi tanda lainnya, seperti piring diartikan sebagai beban karena piring dipijak. sedangkan biasanya digunakan sebagai penghias kuku, tetapi dalam tari Inai Piring Dua Belas inai dibawa menari, jadi dalam tari ini piring hanya sebagai seninya saja dan tariannya bersifat hiburan. sedangkan Makna penting lainnya tari ini menjadikan Inai adalah sebuah doa yang ingin disampaikan oleh penari kepada calon mempelai pengantin.

Tari Inai Piring Dua Belas terhubung dengan kekuatan keyakinan batin terhadap Tuhan yang Maha Esa mencakup Allah, diri, dunia, dan akhirat. Pada saat sekarang ini, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh karena penari yang menampilkan Tari Inai Piring Dua Belas adalah anak-anak usia muda yang mengandalkan keberanian untuk bisa memijak piring tersebut dari tingkat pertama hingga tingkat keempat. Menarikan Tari Inai Piring Dua Belas tersebut pelaku tari harus memiliki keseimbangan dalam tubuhnya, keseimbangan saat menari supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti cedera.

Foto[sunting | sunting sumber]

No. Gambar Keterangan
1. Atraksi Tari Piring Dua Belas Tingkat Pertama (Sumber Data: Dewi Safrila Darmayanti, 2 Juli 2017)
2. Atraksi Tari Piring Dua Belas Tingkat Kedua (Sumber Data: Dewi Safrila Darmayanti, 2 Juli 2017)
3. Atraksi Tari Piring Dua Belas Tingkat Keempat (Sumber Data: Dewi Safrila Darmayanti, 2 Juli 2017)

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Safrila, Dewi (April 2017). "Resepsi Masyarakat Kubu Terhadap Tari Piring Dua Belas". Jurnal Koba. Volume 4 (No. 1).