Tanjidor
Dikembangkan | Indonesia |
---|---|
Alat musik terkait | |
Gambang kromong, Keroncong |
Tanjidor (kadang hanya disebut tanji) adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19 atas rintisan Augustijn Michiels atau lebih dikenal dengan nama Mayor Jantje di daerah Citrap atau Citeureup.[1] Alat-alat musik yang digunakan biasanya sama seperti drumben. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah. Ada juga fungsi musik tanjidor untuk daerah setempat yaitu untuk menghibur, tetapi terkadang bisa juga sebagai acara untuk meramaikan lamaran tapi yang melakukan lamaran biasanya orang betawi
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Kata Tanjidor berasal dari bahasa Portugis, tangedor, yang berarti "musik."
Penggunaan
[sunting | sunting sumber]Kesenian Tanjidor umumnya dipakai dalam musik jalanan tradisional, atau pesta Cap Go Meh di kalangan Tionghoa Betawi. Musik ini merupakan sisa dari musik baris dan musik tiup zaman Belanda di Indonesia. Juga biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes.
Daftar instrumen dalam orkes tanjidor
[sunting | sunting sumber]- Trombon
- Piston
- Klarinet
- Cabasa
- Simbal
- Maracas
- Quarto
- Drum bass
- Snare drum
- Xylophone
- Marimba
- Vibraphone
- Sousaphone
- Mellophone
- Baritone
- Tuba
- Trompet
- Eufonium
Galeri
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Mayor Jantje dan Tanjidor, Kompas.com, diakses tanggal 19 Januari 2011.
- Seni Musik SMP/MTs kelas VII, Sri Winarni, Peranti. 2007
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Mereka Generasi Terakhir Tanjidor? Diarsipkan 2007-03-11 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Seni Budaya Nusantara - Tanjidor Diarsipkan 2007-03-11 di Wayback Machine.