Tango no sekku

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tango no Sekku (端午の節句) adalah sebuah perayaan tradisional di Jepang. Perayaan tersebut adalah versi Jepang dari Peh Cun dan dirayakan pada hari ke-5 bulan ke-5 dalam kalender bulan atau kalender Tionghoa. Setelah Jepang berganti menggunakan kalender Gregorian, tanggalnya berpindah ke 5 Mei.[1] Perayaan tersebut masih dirayakan di China, Taiwan, Hong Kong dan Makau dengan nama Perayaan Peh Cun atau Perayaan Tuen Ng (Kanton), di Korea namanya adalah Perayaan Dano, dan di Vietnam namanya adalah Tết Đoan Ngọ berdasarkan pada tanggal kalender bulan tradisional.

Tan artinya "permulaan" dab go artinya "kuda", yang merujuk pada nama zodiak Tionghoa untuk bulan kelima.[2] Sekku artinya perayaan musiman. Terdapat lima sekku, yang meliputi O-Shogatsu (1 Januari), Hina Matsuri (3 Maret), Tanabata (7 Juli) dan Kiku Matsuri (9 September) bersama dengan Tango. Tango no Sekku menandai permulaan musim panas atau musim hujan.

"Perayaan Jepang dalam Menghormati Kelahiran Anak" dari Sketsa-Sketsa Pakaian dan Perilaku Jepang, karya J.M.W. Silver, diilustrasikan dengan penggambaran asal, dipublikasikan di London pada 1867

Meskipun tidak diketahui kapan hari tersebut mulai dirayakan, perayaan tersebut mungkin mulai dirayakan pada masa pemerintahan Permaisuri Suiko (593–628 Masehi). Di Jepang, Tango no Sekku dirayakan pada hari kelima bulan kelima setelah zaman Nara.

Sampai saat ini, Tango no Sekku dikenal sebagai Hari Anak Laki-Laki (juga dikenal sebagai Perayaan Spanduk) sementara Hari Anak Perempuan (Hinamatsuri) dirayakan pada 3 Maret. Pada 1948, pemerintah meresmikan hari tersebut menjadi hari libur nasional untuk merayakan kebahagiaan sebuah anak-anak dan untuk mengekspresikan penghormatan kepada para ibu. Perayaan tersebut berganti nama menjadi Kodomo no Hi dan diubah untuk meliputi anak laki-laki dan perempuan.

Sebelum hari tersebut, para keluarga mengibarkan bendera-bendera koinobori berbentuk ikan (karena legenda Tiongkok menyatakan bahwa ikan yang berenang terlalu kuat akan menjadi seekor naga, dan bendera-bendera yang dikibarkan tersebut menjadi seperti ikan yang berenang), satu bendera dari setiap anak laki-laki (atau anak-anak), menyimpan boneka Kintarō yang sedang mengendarai seekor ikan yang besar, dan helm militer Jepang tradisional, kabuto. Kintarō dan kabuto adalah simbol anak laki-laki yang kuat dan sehat.

Kintarō (金太郎) adalah nama masa kecil dari Sakata no Kintoki yang merupakan seorang pahlawan pada zaman Heian, seorang samurai subordinat dari Minamoto no Raikou, yang dikenal karena kekuataannya ketika ia masih kecil. Legenda menyatakan bahwa Kintarō mampu mengalahkan seekor beruang, menunggangi seekor kuda, dan bermain bersama dengan hewan-hewan di pegunungan ketika ia masih muda.

Kue nasi Mochi yang disajikan dengan dedaunan kashiwa (oak)—kashiwa-mochi (potongan mochi dengan selai kacang merah) dan chimaki (sejenis "pasta nasi manis", yang disajikan dengan iris atau daun bambu)—secara tradisional disajikan pada hari tersebut.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Nussbaum, Louis Frédéric et al (2005). "Tango no Sekku" in Japan Encyclopedia, pp. 948., hlm. 948, di Google Books
  2. ^ "Tango no Sekku to Gogatsu Ningyo". Nihon Ningyo Kyokai. Diakses tanggal 7 Mei 2014. 

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]