Tahanan pentanahan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tahanan pentanahan adalah nilai dari hambatan listrik yang berasal dari peralatan listrik untuk pembumian listrik. Dalam sistem kelistrikan, tahanan pentanahan dibahas dalam sistem pentanahan. Nilai dari tahanan pentanahan ditentukan oleh tanahan jenis tanah. Tahanan pentanahan yang efektif memiliki nilai mendekati nol agar dapat mengurangi bahaya kelistrikan terutama tegangan listrik yang merusak. Penerapan tahanan pentanahan salah satunya pada pemasangan pentanahan netral. Nilai tahanan pentanahan harus dicek untuk mencegah terjadinya kebakaran akibat hubung singkat atau petir.

Lingkup ilmu[sunting | sunting sumber]

Tahanan pentanahan merupakan bagian dari lingkup pembahasan sistem pentanahan. Bahasannya dikaitkan bersama dengan pembahasan tentang elektrode pentanahan.[1] Tahanan pentanahan yang sesuai dengan suatu keperluan pemakaian, merupakan syarat terpenuhinya sistem pentanahan yang efektif.[2]

Faktor nilai[sunting | sunting sumber]

Nilai dari tahanan pentanahan ditentukan oleh jenis tanah yang menjadi tempat menanam peralatan pentanahan. Informasi mengenai nilai tahanan pentanahan menjadi salah satu parameter untuk menghitung nilai dari arus listrik hubung-singkat ataupun arus listrik akibat gangguan listrik. Nilai dari tahanan pentanahan berperan penting dalam analisis sistem tenaga listrik dengan sistem yang kompleks dan berdaya listrik besar.[3]

Nilai tahanan pentanahan secara teoretis adalah nol. Karena penampangnya memiliki luas tak terhingga yaitu seluas Bumi. Namun pada kenyataannya, nilai tahanan pentanahan tidak pernah mencapai nilai nol. Penyebab utama tidak tercapainya nilai nol adalah terjadinya kontak antara alat pentanahan dengan tanah yang menimbulkan nilai tahanan kontak. Nilai tahanan kontak akan timbul di lokasi pemasangan alat pentanahan.[4]

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Arus gangguan listrik yang mengalir ke tanah dapat menimbulkan bahaya-bahaya kelistrikan. Karena itu, nilai tahanan pentanahan harus sekecil mungkin.[5] Nilai tahanan pentanahan yang kecil memiliki beberapa pengaruh bagi sistem tenaga listrik. Pengaruhnya berkaitan dengan pengurangan nilai tegangan listrik pada area tertentu, antara lain tegangan listrik pada puncang tiang listrik, kawat penghantar listrik, dan isolator listrik. Tahanan pentanahan dengan nilai yang kecil juga dapat mengurangi periode terjadinya tegangan listrik yang merusak dan mengurangi gangguan listrik hingga beberapa gawang.[6]  

Penerapan[sunting | sunting sumber]

Pemasangan pentanahan netral[sunting | sunting sumber]

Sebelum pemasangan pentanahan netral, pengukuran nilai tahanan pentanahan menjadi bagian dari pengujiannya. Pengukuran nilai tahanan pentanahan untuk pentanahan netral harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di wilayah pemasangannya.[7]

Pengecekan[sunting | sunting sumber]

Tahanan dari sistem pentanahan sendiri merupakan bagian dari sistem instalasi listrik yang perlu diuji.[8] Nilai tahanan pentanahan harus dicek secara berkala. Alasannya adalah sebagai bagian dari penanggulangan kebakaran akibat instalasi listrik dan petir.[9] Pengecekan tahanan pentanahan untuk penanggulangan kebakaran dilakukan untuk mencegah terjadinya hubung singkat.[10]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Adiarta, Agus (2017). Dasar-Dasar Instalasi. Depok: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 161. ISBN 978-602-425-176-5. 
  2. ^ Iskandar, Handoko Rusiana (Juni 2020). Praktis Belajar Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 240. ISBN 978-623-02-1129-4. 
  3. ^ Markoni (2022). Utami, A. Ria Puji, ed. Teknik Infrastruktur Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hlm. 1. ISBN 978-623-01-2928-5. 
  4. ^ Marsudi, Djiteng (2005). Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Penerbit Erlangga. hlm. 76. 
  5. ^ Taruno, D. L. B., Zamtinah, dan Wardhana, A. S. J. (September 2019). Hasan, Muh., ed. Instalasi Listrik Industri. Yogyakarta: UNY Press. hlm. 164. ISBN 978-602-498-090-0. 
  6. ^ Widiarto, H., dan Samanhudi, A. (Maret 2022). Hidayat, M., Miskadi, dan Setiawan, Y., ed. Transmisi dan Distribusi. Lombok Tengah: Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia. hlm. 63. ISBN 978-623-5940-24-3. 
  7. ^ Suwignyo, dkk. (Januari 2022). Pembangkit Listrik Tenaga Mini dan Mikro Hidro (PLTM & PLTMH). Malang: UMM Press. hlm. 263. ISBN 978-979-796-669-0. 
  8. ^ Dwiatmoko, H., dkk. (Agustus 2021). Pengujian Prasarana LRT Jabodebek. Surabaya: Scopindo Media Pustaka. hlm. 130. ISBN 978-623-6177-24-2. 
  9. ^ Yulia, E., Firadus, dan Putra, A. N. (November 2022). Dewi, Maharani, ed. Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Manajemen Risiko Berbasis Dunia Industri. Surabaya: Cipta Media Nusantara. hlm. 57. ISBN 978-623-8041-15-2. 
  10. ^ Listiyarini, Ratih (Juli 2018). Dasar Listrik dan Elektronika. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 153. ISBN 978-602-475-440-2.