Lompat ke isi

Situs Batu Pait

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Situs Batu Pait terletak di Desa Pait, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sangau, Provinsi Kalimatan Barat. Situs ini dikelilingi bukit-bukit kecil di tepi sebelah barat Sungai Mahap dan di sebelah selatan Dusun Pait. Situs yang terletak pada sebidang tanah datar ini dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor roda empat dari Sekadau ke Nanga Mahap dengan jarak tempuh kurang lebih 60 km. Perjalanan ini kemudian dilanjutkan dengan sepeda motor dengan jarak tempuh kurang lebih 20 km. Sedangkan saat musim penghujan perjalanan dapat dilakukan dengan perahu bermotor melalui Sungai Mahap dan Sunagi Tekarik. Perjalanan menggunakan perahu motor hanya dapat menempuh hingga Dusun Sebabas. Selanjutnya perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh sejauh 8 km.

Sejarah Penemuan

[sunting | sunting sumber]

Situs Batu Pait pertama kali ditemukan pada tahun 1914. Dalam penemuan itu dilaporkan bahwa di tepi Sungai Tekarik (Cabang Sungai Kapuas), ada sebuah prasasti yang terpahat pada sebuah batu granit. Situs ini diperkirakan berukuran 4 x 7 meter dari permukaan tanah. Prasasti yang ditemukan ini berisi tentang mantra-mantra Budha (ye te matra). Mantra-mantra tersebut dituliskan di antara tujuh relief stupa. Tetapi kondisinya sudah tua dan sangat sulit untuk dibaca.

Pendapat Para Ahli

[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa pendapat mengenai penulisan mantra-mantra Budha tersebut. Diantaranya Krom yang berpendapat bahwa matra tersebut ditulis pada abad ke-7 Masehi. Sedangkan Wales berpendapat mantra Budha tersebut ditulis pada abad ke-6 Masehi. Berbeda lagi dengan O'Connors yang mengatakan bahwa mantra-mantra Budha ditulis sekitar abad ke-5 Maasehi dan prasasti ini berasal dari yupa di Kutai.

Penelitian Ahli

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1985 Soekarto melakukan penelitian/pembacaan yang lebih mutakhir. Prasasti ini tertulis pada tujuh stupa, tiga di sebelah kiri dan empat di sebelah kanan, tetapi hanya ada beberapa yang sulit untuk dibaca. Soekarto melakukan pembacaan diurut dari stupa terendah di sebelah kiri 1,55 meter hingga stupa tertinggi 2,45 meter. Pembacaan Soekarto ini ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta, yang isinya sebagai berikut:

Stupa I : wadi mahasramanah

Stupa IV : wadi mahasramanah (baris 10-11)

Stupa V : mahasramanah

Stupa VI: mahasramanah (baris 9-10)

Stupa VI : wijaya

Pada patra (bidang diantara kelompok 3 stupa dan 4 stupa: Baris 1 dan baris 2: posa masa sake 578

Dengan ditemukannya prasasti mengindikasikan bahwa ada kelompokm masyarakat yang menghuni daerah ini, Setidaknya ada penganut agama Budha yang tinggal di lembah sempit di Sungai Tekarik. Diduga kelompok ini merupakan para biksu yang melakukan semadi, mempelajari kitab-kitab sutra, dan melakukan retret.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sedyawati, Edi, 1938-. Candi Indonesia. Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, (edisi ke-Cetakan pertama). [Jakarta]. ISBN 978-602-17669-3-4. OCLC 886882212.