Seribu Satu Malam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lukisan Syahrazad dan Syahriar oleh Ferdinand Keller pada 1880

Seribu Satu Malam (Arab: ألف ليلة وليلة, Alf Lailah wa-Lailah)adalah sebuah karya sastra epik Timur Tengah yang lahir pada Abad Pertengahan. Kumpulan cerita pendek ini menceritakan tentang Ratu Scheherazade yang menceritakan serangkaian cerita lucu kepada suaminya, Raja Sayaryar, untuk menunda hukuman matinya. Kisah-kisah ini diceritakan selama seribu satu malam. Dan setiap malam, Scheherazade mengakhiri kisahnya dengan menegangkan, sehingga raja selalu menunda eksekusinya hingga dia bisa mendengar kelanjutan cerita yang diceritakan Scheherazade.

Buku Seribu Satu Malam terdiri dari kumpulan-kumpulan kisah dengan tokoh yang berbeda dan alur cerita yang menarik. Di dalamnya termasuk legenda, fabel, roman, dan dongeng dengan latar yang berbeda seperti Baghdad, Basrah, Kairo, dan Damsyik, juga ke Tiongkok, Yunani, India, Afrika Utara, dan Turki.

Kisah-kisah dalam Seribu Satu Malam, seperti Syahrazad dan Syahriar, dan Sinbad si Pelaut, menekankan tiga hal kepada pembaca, yaitu:

  1. Suatu masalah akan selalu ada penyelesaiannya
  2. Keteguhan akan membuat suatu masalah mencapai penyelesaiannya
  3. Kekuatan batin dapat membantu untuk mempertahankan keteguhan.

Kisah-kisah Seribu Satu Malam ini pun dimuat dalam berbagai hikayat Melayu seiring berasimilasinya budaya Arab dan Persia dengan budaya Melayu.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Naskah dari Seribu Satu Malam

Pada abad ke-8, masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah Harun Ar-Rasyid, saat itu Bagdad merupakan salah satu kota perdagangan yang sangat penting. Pedagang dari Tiongkok, India, Afrika, dan Eropa singgah dan dapat ditemukan di sana. Ketika inilah cerita-cerita tradisional dari berbagai bangsa dikumpulkan menjadi satu dan dinamakan Hazar Afsanah. Pada abad ke-9, seorang pendongeng dari Arab bernama Abu abd-Allah Muhammed el-Gahshigar menerjemahkan kumpulan cerita ini ke dalam bahasa Arab. Kerangka cerita mengenai Syahrazad dan Syahriar baru ditambahkan pada abad ke-14. Bentuk modern pertama dari cerita Seribu Satu Malam, tetapi masih dalam bahasa Arab, diterbitkan di Kairo, Mesir pada tahun 1835.

Konon, pada era itulah cikal bakal Hikayat 1001 Malam mulai dirajut. Terdapat beragam versi tentang asal mula lahirnya karya sastra citra Arab yang termasyhur itu. NJ Dawood dan William Harvey dalam bukunya berjudul Tales from the Thousand and One Nights mengungkapkan, Hikayat 1001 Malam merupakan sastra citra yang berasal dari tiga rumpun kebudayaan dunia, yakni India, Persia, dan Arab.

"Mahakarya seni cerita bertutur itu berasal dari sebuah buku dari Persia yang hilang berjudul Hazar Afsanah (Seribu Legenda)", papar Dawood dan Harvey. Menurut keduanya, buku cerita dari Persia itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada tahun 850 M. Hazar Afsanah, imbuh keduanya, berisi tentang cerita rakyat India dan Persia. "Para pendongeng Muslim yang profesional membumbui dan mengadopsi cerita itu dengan warna lokal Arab". Versi lainnya menyebutkan, Hikayat 1001 Malam sebagai kumpulan cerita rakyat Arab. Adalah Abu Abdullah bin Abdus Al-Jasyayari, seorang pengarang Muslim terkemuka yang merangkai dan menulis kisah yang legendaris itu. Kitab Alf Laila wa-laila yang ditulis Al-Jasyayari ide ceritanya berasal dari Hazar Afsanah yang diterjemahkannya ke dalam bahasa Arab.

Menurut pendapat lain, dongeng 1001 Malam yang dikenal dalam bahasa Persia berjudul Hezar-o yek Sab itu merupakan sebuah kumpulan cerita yang disusun selama berabad-abad oleh begitu banyak pengarang, penerjemah, dan sarjana. Cerita rakyat yang mulai lahir antara abad ke-8 hingga 9 Masehi itu berawal dan berakar dari cerita rakyat Arab dan Yaman Kuno, India Kuno, Asia Kecil Kuno, Persia Kuno, Mesir Kuno, Suriah Kuno, dan era kekhalifahan Islam. Cerita rakyat India mewarnai dongeng 1001 Malam melalui fabel Sanskerta kuno. Sedangkan, cerita rakyat Bagdad hadir dalam hikayat yang populer itu melalui Khalifah Abbasiyah.[1]

Sosok Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Abu Nawas penyair terkemuka pada zaman Bani Abbas muncul dalam cerita rakyat yang begitu melegenda itu. Kumpulan cerita rakyat itu mengangkat kisah tentang seorang ratu Sassanid bernama Syahrazad. Dalam dongeng 1001 Malam itu, sang Ratu menceritakan serantai kisah-kisah yang menarik pada suaminya, Raja Syahriar. Cerita demi cerita yang dikisahkan sang ratu pada raja merupakan upaya cerdik yang dilakukannya untuk menunda hukuman mati atas dirinya. Malam demi malam, Ratu Syahrazad bercerita pada sang raja.

Syahrazad mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan dan menggantung. Sehingga, sang raja dibuat tertarik dan penasaran untuk mendengar kelanjutan kisah dari sang ratu. Setiap kisah yang diceritakan ratu mampu menarik perhatian raja. Sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati bagi Syahrazad.

Hikayat 1001 Malam mengandung beragam cerita seperti, kisah percintaan, tragedi, komedi, syair, ejekan, serta beragam bentuk erotika. Sejumlah kisah yang termuat dalam 1001 Malam juga melukiskan tentang jin, tukang sihir, tempat-tempat legendaris yang sering kali menampilkan tempat dan orang-orang yang sesungguhnya. Khalifah Harun Ar-Rasyid, Abu Nuwas dan Wazir (perdana menteri) Ja'far Al-Barmaki juga menjadi tokoh cerita. Popularitas Hikayat 1001 Malam semakin mengkilap lantaran diramaikan dengan kisah-kisah lainnya yang menarik seperti, Aladdin dan Lampu Wasiat, Ali Baba, Sinbad si Pelaut, serta 40 Pencuri.

Namun, kisah-kisah yang justru cerita rakyat Timur Tengah yang asli itu tak muncul dalam kitab Alf layla wa-layla versi Arab. Kisah-kisah yang menarik itu justru baru muncul dalam The Arabian Nights yang diterjemahkan seorang sarjana Prancis bernama Jean Antonie Galland. Galland mengaku menulis kisah-kisah yang banyak diangkat ke dalam film di berbagai negara itu setelah mendengarnya dari seorang penutur cerita asal Aleppo, Suriah bernama Hanna Diab. Hikayat 1001 Malam yang merupakan sumbangsih peradaban Islam, kini telah menjadi cerita rakyat seluruh dunia. Sastra epik Arab pada zaman kekhalifahan itu telah memberi pengaruh yang besar dalam peradaban manusia terutama dalam bidang kebudayaan. Dengan sederet kisah yang memikat, Hikayat 1001 Malam telah memberi warna dalam bidang sastra, film, musik, dan permainan di berbagai belahan dunia.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Catatan Kaki[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]