Lompat ke isi

Selamat Pagi, Malam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Selamat Pagi, Malam
Poster film 'Selamat Pagi, Malam'
SutradaraLucky Kuswandi
ProduserSharon Simanjuntak
Sammaria Simanjuntak
Ditulis olehLucky Kuswandi
Ucu Agustin
SkenarioLucky Kuswandi
Ucu Agustin
CeritaLucky Kuswandi
Pemeran
Penata musikIvan Gojaya
SinematograferBudi Sasono
PenyuntingLucky Kuswandi
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
19 Juni 2014 (2014-06-19)
Durasi92 menit
NegaraIndonesia Indonesia
BahasaBahasa Indonesia

Selamat Pagi, Malam adalah sebuah film drama Indonesia tahun 2014 yang disutradarai dan ditulis oleh Lucky Kuswandi.[1]

Film ini bercerita tentang keunikan kota Jakarta saat malam melalui cerita tiga perempuan yang hidupnya berubah melalui pertemuan-pertemuan tak terencana di suatu malam melankolis di Jakarta.[2]

Gia (Adinia Wirasti) yang telah menetap di New York bertahun-tahun tidak lagi merasa Jakarta sebagai rumahnya ketika pulang. Apalagi ketika bertemu Naomi (Marissa Anita), soulmate-nya di New York yang telah lebih dahulu pulang ke Jakarta dan berkompromi dengan kemunafikan gaya hidup kelas atas Jakarta.[2]

Indri (Ina Panggabean) berambisi untuk meng-upgrade kehidupannya yang pas-pasan sebagai penjaga handuk di gym dengan menemukan laki-laki kaya melalui chatting di smartphone cicilannya, tempat di mana identitas tidak lagi pasti.[2]

Ci Surya (Dayu Wijanto), ibu rumah tangga yang dikenal hanya dengan nama suaminya, Koh Surya seorang pengusaha yang sukses. Ketika suaminya meninggal, hidupnya terasa tidak berarti. Apalagi ketika menemukan kalau selama ini Koh Surya mempunyai kekasih lain: seorang penyanyi bar bernama Sofia (Dira Sugandi).[2]

Pada malam yang sama, kehidupan mereka berubah di luar rencana.[2]

Soundtrack

[sunting | sunting sumber]
  • Selamat Pagi Malam — Agustin Oendari
  • Pergi Untuk Kembali — Karta Tanuwidjaya
  • To NYAimee Saras (Trailer)

Pernyataan Sutradara

[sunting | sunting sumber]

Sebagai warga Jakarta, kita semua pasti memiliki pengalaman-pengalaman unik tersendiri. Misalnya, terjebak di dalam kemacetan selama 3 jam. Banjir yang melumpuhkan seluruh kota. Pergi ke acara-acara sosialita dimana semua orang berinteraksi bukan dengan satu sama lain tetapi dengan smartphone masing-masing. Terobsesi dengan trend terbaru mulai dari yoghurt, rainbow cake, sampai sandal Crocs. Welcome to Jakarta.

Di antara kerusuhan kota Jakarta, masih ada hal-hal yang indah yang bisa kita temukan. Misalnya, makanannya yang sangat beragam. Orang-orangnya yang sebenarnya sangat hangat. Dan tentu saja, Jakarta saat malam hari. Malam hari di Jakarta merupakan momen dimana kota ini akhirnya bisa beristirahat dan menghela nafasnya.

Malam hari di Jakarta terasa sangat damai. Kita bisa berjalan kaki karena tidak ada pedagang atau motor yang lewat di atas trotoar. Kita bisa mencari makan di pinggir jalan, atau pergi ke pasar kue saat dini hari. Di malam hari, warga Jakarta juga perlahan melepaskan topeng-topeng yang mereka kenakan sepanjang hari. Topeng-topeng yang menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya. Aneh memang, tetapi di malam hari warga Jakarta menjadi lebih jujur dengan diri mereka masing-masing.

Film “Selamat Pagi, Malam” membahas mengenai dualitas ini. Dari judulnya saja sudah jelas. Pagi dan Malam. Warga Jakarta, seperti kotanya sendiri, sepertinya sedang mengalami krisis identitas. It’s all in the surface. Semuanya tampak luar saja, tetapi bagaimana dengan jiwa mereka sendiri? They seem to be losing their souls.

Film ini bukan hanya menjadi love letter terhadap Jakarta, tetapi juga terhadap semua kota besar yang mengalami peperangan identitas. Film ini dibuat untuk manusia-manusia urban yang mengalami kesepian ditengah-tengah keramaian. Semoga kita semua bisa mengarungi kota yang membingungkan ini. Dan semoga kota yang sudah terus-terusan di-abused ini bisa tetap selamat, dan berdiri tegap bagaikan seorang penyanyi lounge cantik yang tidak henti-hentinya bersenandung.[3]

Lucky Kuswandi - Writer, Editor, & Director

Penerimaan

[sunting | sunting sumber]

Di situs Cinema Poetica, Skolastika Lupitawina memberikan review dengan menulis "Sebuah film dengan ke-Indonesiaan yang kontekstual, tanpa menggembar-gemborkan bendera nasionalisme yang digarap secara primitif."[4] Leila S. Chudori dari Tempo menulis "Film yang mengembalikan kepercayaan kita kepada Jakarta dan kepada film Indonesia."

Penghargaan dan Nominasi

[sunting | sunting sumber]
Tahun Penghargaan Kategori Penerima Hasil
2014 Festival Film Indonesia Sutradara Terbaik Lucky Kuswandi Nominasi
Penulis Skenario Asli Terbaik Lucky Kuswandi & Ucu Agustin Nominasi
Penata Musik Terbaik Ivan Christian Gojaya Nominasi

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Kisah Para Wanita Jakarta di "Selamat Pagi, Malam"". ULTIMAGZ ONLINE (dalam bahasa Inggris). 2020-04-25. Diakses tanggal 2022-01-15. 
  2. ^ a b c d e "Selamat Pagi, Malam – Characters | KEPOMPONG GENDUT". web.archive.org. 2014-04-29. Archived from the original on 2014-04-29. Diakses tanggal 2022-01-15. 
  3. ^ "Selamat Pagi, Malam – Director's Statement | KEPOMPONG GENDUT". web.archive.org. 2014-04-29. Archived from the original on 2014-04-29. Diakses tanggal 2022-01-15. 
  4. ^ "Selamat Pagi, Malam: Nisbinya Gemerlap Ibu Kota". Cinema Poetica. 2014-06-30. Diakses tanggal 2022-01-15. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]