Psikologi moral

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Moral memiliki arti yang sangat luas namun dapat disimpulkan moral merupakan tingkah laku baik ataupun buruk seorang manusia secara sadar yang terbentuk dari pengalaman yang ia dapat dari lingkungan disekitarnya dan mengikat ia untuk bertingkah laku di masyarakat, secara sempit maupun luas. moral ini pula sebagai pengatur manusia untuk bertingkat laku dengan sesama manusia, hewan dan lingkungan nya.[1]

manusia merupakan makhluk sosial yang butuh berinteraksi di dalam kehidupannya, untuk menciptakan hubungan interaksi yang baik, dibutuhkan tata cara dalam berperilaku, yaitu dengan menempatkan moral dalam tingkah laku manusia, ketika manusia mendapatkan didikan moral yang baik,maka ia akan menjadi manusia yang bertingkah laku baik di lingkungan masyarakat karena mendapatkan pembelajaran dan mengimplementasikan pembelajaran mengenai moral yang ia pelajari. namun apabila sesorang tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik didalam rumah namun ia berada dalam lingkungan masyarakat yang baik, maka ia akan mempelajari hal tersebut dari pengalaman-pengalaman yang ia lewati, karena hakikatnya pendidikan merupakan pengalaman dan pembelajaran yang baik berasal dari pengalaman manusia itu sendiri.

Teori perkembangan moral[sunting | sunting sumber]

Tokoh yang dikenal akan pemikiran nya mengenai moral ialah Kohlberg dan Rest. pertimbangan moral yang diambil oleh Kholberg didasarkan pada keadilan moral. Kohlberg menjelaskan bahwa pertimbangan terjadi dan dapat digunakan ketika individu membuat pertimbangan moral,struktur apabila sudahh berhasil dalam membuat pertimbangan moral,dapat digantikan atau digabungkan struktur-struktur sebelumnya agar dapat berfungsi lebih efektif dalam pengambilan keputusan. menurut ia kajian yang membahas mengenai moral harus memberi tumpuan kepada sesorang dalam membuat pertimbangan moral [2].Teori moral yang dibawa oleh Kohlberg bahwa indvidu memiliki keterampilan yang kognitif yang mampu mengidentifikasi yang digunakan untuk memecahkan dilema etis.

Sifat moral[sunting | sunting sumber]

masi banyak perbedaan pendapat di antara ilmuwan dan orang awam mengenai moral memiliki sifat realistik atau objektif,namun perbedaan pandangan ini dapat diterima megenai adanya pandangan moral secara objekti ataupun ralistik. hal ini pula didukung dengan masi sedikit nya literatur yang membahas mengenai klasifikasi moral, literatur terutama pada literatur barat yang dimana tidak membedakan dengan jelas mengenai kesusilaan dan kesopanan.

Pada pandangan yang mempercayai bahwa moral memiliki sifat yang objektivistik-universal, memandang bahwa normal dapat diterima oleh siapapun,dimanapun dan kapanpun juga. sedangkan untuk orang-orang yang berpandangan bahwa moral ini masuk kedalam sifat realitivitsik-konstektual maka ia berpendapat bahwa moral bersifat kultural dan budaya yang sudah turun temurun diajarkan.

Berkaitan dari perbedaan pendapat mengenai sifat moral masuk kedalam objektif atau realistik, hal ini disimpulkan bahwa perbedaan tersebut bisa diterima dengan memperhatikan kategori yang berbeda, seperti nilai yang terkandung dalam moral objektivistik dapat dikategorikan sebagai moral kesusilaan,seperti kejujuran,keikhlasan,tanggung jawab dan keadilan, dan untuk moral realistik dapat di katergorikan menjadi moral kesopanan,seperti hormat kepada orang yang lebih tua, berbicara yang santun kepada siapa saja.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sendari, Anugerah Ayu (2021-04-06). Adelin, Fadila, ed. "Moral adalah Tingkah Laku Manusia, Kenali Pengertian, Ciri dan Macamnya". Liputan6.com. Diakses tanggal 2022-06-04. 
  2. ^ "(PDF) Moral dan akhlaq dalam psikologi moral islami". ResearchGate (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-04. 
  3. ^ Giwangsa, Fauzia Sendi (2018). "PENTINGNYA PENDIDIKAN MORAL DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN". repository.uinjkt.ac.id. vol.1 (1): 26–40. Diarsipkan dari versi asli Periksa nilai |url= (bantuan) tanggal 2013-08-12. Diakses tanggal 2022-06-04.