Peristiwa 3 Oktober 1945

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Peristiwa 3 Oktober 1945 merupakan perang untuk mengusir Jepang dari Kota Pekalongan. Peristiwa ini terjadi setelah Indonesia merdeka, yaitu tahun 1945.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Setelah Indonesia merdeka, dibentuklah KNID. KNID ini bertujuan untuk memindahkan kekuasaan. Pada saat itu, Kota Pekalongan masih berada di tangan Jepang. Ada tiga kelompok yang melakukan pendekatan kepada Jepang, yaitu:

  • KNID yang dipimpin oleh Dr. Sumbadji
  • BPKKP yang dipimpin oleh Dr. Ma’as
  • Angkatan Muda yang dipimpin oleh Mumpuni dan Margono Jenggot

Ketiga kelompok moral tersebut melakukan berbagai pendekatan kepada Jepang dalam upaya pemindahan kekuasaan. Akhirnya pihak Jepang mau berunding dengan para wakil masyarakt Pekalongan dari 3 kelompok tadi pada tanggal 1 Oktober 1945 pukul 10.00. Namun karena suatu hal, perundingan diundur sampai tanggal 3 Oktober 1945 pukul 10.00 di gedung Kempeitai.

Penyerangan[sunting | sunting sumber]

Rakyat Pekalongan yang diwakili Mr Besar menggelar perundingan dengan Dai Nippon untuk membahas penyerahan kekuasaan. Perjanjian yang semula disepakati tanggal 1 Oktober 1945 diundur selama dua hari tanpa alasan yang jelas. Tanggal 3 Oktober perundingan digelar di Kenpetai. Rakyat ketika itu bersiap mengepung markas Kenpetai dengan menggenggam bambu runcing dan sejata tradisional lainnya.

Mr Besar mengajukan tiga tuntutan kepada Jepang, di antaranya agar menyerahkan kekuasaan kepada rakyat Indonesia secara damai, pelucutan senjata Jepang, dan jaminan keamanan para serdadu Jepang setelah penyerahan kekuasaan. Namun, Jepang menolak permintaan ini.

Sementara itu, rakyat yang tak sabar menunggu mulai memanas. Tiga orang pemuda berteriak dari luar mendesak agar perundingan segera diselesaikan. Tak berselang lama, pemuda ini nekat menurunkan bendera Jepang yang ada di Kenpetai dan mengganti dengan bendera merah putih. Mereka pun seketika itu diberondong peluru senapan Jepang.

Ribuan massa yang mengepung Kenpetai serentak menyerang pasukan Jepang. Perang tak terhindarkan. Sebanyak 37 orang gugur dalam pertempuran ini, sementara 12 mengalami cacat. Untuk memperingatinya, didirikan Monumen 3 Oktober 1945 di Lapangan Kebon Rojo. Dan gedung kempetai diubah menjadi Masjid Syuhada. Di depan masjid terdapat patung berbentuk 4 bambu dengan 5 buah ruas. Namun kini telah diubah menjadi 3 batang bambu dengan 10 bilah ruas. Yang melambagkan peristiwa 3 Oktober. Sekarang, pada tanggal 3 oktober tiap tahunnya, di depan Monumen peristiwa bersejarah itu, diadakan upacara dan aksi teaterikal yang dilakukan oleh pelajar-pelajar di Kota Pekalongan.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]