Kolonisasi Venus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Pengolonian Venus)
Citra Venus yang diabadikan oleh wahana Mariner 10.
Kolonisasi angkasa

Planet Dalam

Planet Luar

Kolonisasi Venus telah menjadi topik dalam berbagai karya fiksi ilmiah semenjak diluncurkannya penerbangan ke luar angkasa, dan hingga kini masih dibicarakan baik dari sudut pandang fiksi maupun ilmiah. Namun, karena permukaan Venus ternyata sangat ekstrem, orang-orang mengalihkan perhatian ke Bulan dan Mars.

Alasan melakukan kolonisasi[sunting | sunting sumber]

Kolonisasi angkasa merupakan langkah setelah penjelajahan angkasa dan merupakan upaya pendirian permukiman permanen di luar Bumi. Kolonisasi angkasa diklaim sebagai cara terbaik untuk memastikan keberlangsungan spesies manusia.[1] Alasan lain untuk melakukan kolonisasi adalah kepentingan ekonomi, penelitian ilmiah jangka panjang yang lebih baik dilakukan manusia daripada robot, dan rasa ingin tahu belaka. Venus merupakan planet kebumian terbesar kedua dan tetangga terdekat Bumi, sehingga menjadikannya target yang potensial.

Keunggulan[sunting | sunting sumber]

Perbandingan Venus dan Bumi.

Venus memiliki beberapa kemiripan dengan Bumi yang dapat memudahkan kolonisasi bila saja keadaan permukaan Venus tidak ekstrem. Kemiripan-kemiripan tersebut dan jarak Venus dari Bumi membuat Venus dijuluki sebagai "planet saudara" Bumi.

Saat ini masih belum diketahui apakah gravitasi Mars yang hanya 0,38 kali Bumi cukup untuk mencegah dekalsifikasi tulang dan hilangnya otot seperti yang dialami oleh astronaut yang tinggal dalam lingkungan mikrogravitasi. Sebaliknya, ukuran dan massa Venus serupa dengan Bumi, sehingga gravitasi permukaannya tidak jauh berbeda (0,904 g) sehingga mungkin masih dapat mencegah masalah kesehatan akibat ketiadaan gravitasi.

Jarak Venus yang relatif dekat memudahkan transportasi dan komunikasi dibanding tempat lain di Tata Surya. Dengan sistem pendorong yang ada saat ini, periode ketika suatu wahana yang ingin mencapai Venus harus diluncurkan adalah setiap 584 hari,[2] sementara untuk Mars adalah setiap 780 hari.[3] Lama penerbangan ke Venus juga lebih singkat; wahana Venus Express yang tiba di Venus pada April 2006 membutuhkan waktu selama lebih dari lima bulan, sementara wahana Mars Express memerlukan hampir enam bulan. Hal ini dsebabkan oleh jarak terdekat Venus dari Bumi yang hanya 40 juta km bila dibandingkan dengan jarak terdekat Mars dari Bumi yang tercatat sebesar 55 juta km, sehingga menjadikan Venus planet terdekat dari Bumi.

Kesulitan[sunting | sunting sumber]

Tekanan udara di Venus.

Terdapat pula banyak hambatan untuk mengkolonisasi Venus. Permukaan Venus tidak dapat dihuni oleh manusia: rata-rata suhu di khatulistiwa tercatat sebesar 450 °C (842 °F), lebih tinggi dari titik lebur timbal. Tekanan atmosfer di Venus juga sembilan puluh kali lebih tinggi dari Bumi. Akibat keadaan ini, misi ke permukaan biasanya berlangsung sangat cepat: wahana Venera 5 dan Venera 6 yang diluncurkan oleh Uni Soviet hancur akibat tekanan yang tinggi saat masih berada di ketinggian 18 km dari permukaan. Wahana Venera 7 dan Venera 8 berhasil mengirim kembali data setelah mendarat di permukaan, tetapi misi ini juga berlangsung singkat dan wahana-wahana tersebut hanya mampu bertahan tidak lebih dari satu jam di permukaan.

Selain suhu dan tekanan atmosfer, tidak ada air di Venus. Selain itu, atmosfernya sebagian besar terdiri dari karbon dioksida, dan awan-awan Venus terdiri dari uap asam sulfur dan sulfur dioksida yang korosif.

Kota terapung[sunting | sunting sumber]

Ilustrasi usulan kota terapung di ketinggian 50 km di atas permukaan Venus.

Tekanan udara di ketinggian 50 kilometer di atas permukaan Venus sama dengan Bumi. Maka dari itu, terdapat usulan agar manusia mengkolonisasi atmosfer Venus daripada permukaannya yang tidak dapat menopang kehidupan. Geoffrey A. Landis dari Glenn Research Center NASA telah mengusulkan habitat aerostat berdasarkan konsep bahwa udara yang dapat dihirup (campuran oksigen/nitrogen 21:79) adalah gas pengangkat di atmosfer karbon dioksida yang padat, dengan lebih dari 60% kekuatan angkat helium di Bumi.[4] Nyatanya, balon yang penuh dengan udara yang dapat dihirup manusia akan menunjang dirinya sendiri dan berat tambahan (seperti koloni). Balon tersebut akan ditempatkan di ketinggian 50 km di atas permukaan Venus yang memiliki tekanan yang sama dengan Bumi dan suhu antara 0 °C–50 °C.[5] Selain itu, di ketinggian tersebut, manusia tidak perlu baju tekanan, dan hanya memerlukan udara untuk dihirup, perlindungan dari hujan asam, dan sedikit perlindungan dari panas.

Di atas awan-awan Venus, kecepatan angin dapat mencapai 95 m/s (kurang lebih 212 mph) dan angin memerlukan waktu selama empat hari Bumi untuk mengitari planet Venus.[6] Koloni yang mengapung di wilayah ini akan memiliki hari yang lebih singkat karena tidak menempel dengan daratan dan bergerak dengan atmosfer. Memungkinkan koloni bergerak bebas juga mengurangi tekanan struktural dari angin.

Teraformasi[sunting | sunting sumber]

Gambaran Venus yang telah diteraformasi.

Teraformasi adalah proses memodifikasi planet, satelit alami, atau benda angkasa lain menjadi tempat dengan atmosfer, suhu, atau ekologi yang dapat menunjang manusia. Venus telah diusulkan sebagai tempat yang dapat diteraformasi.[7][8] Usulan-usulan teraformasi mencoba mengurangi atau mengubah atmosfer karbon dioksida, mengurangi suhu permukaan Venus yang tercatat sebesar 450 °C (770 K), dan menetapkan siklus cahaya siang/malam yang serupa dengan Bumi.

Terdapat berbagai usulan seperti penggunaan tirai matahari atau cincin orbital untuk mengurangi insolasi dan memberikan cahaya ke sisi Venus yang gelap. Usulan lain adalah membombardir Venus dengan hidrogen dan membuatnya bereaksi dengan karbon dioksida sehingga menghasilkan karbon elemental (grafit) dan air berdasarkan reaksi Bosch.[9] Namun, diperlukan 4×1019 kg hidrogen untuk mengubah seluruh atmosfer Venus.

Pada tahun 1961, Carl Sagan mengusulkan metode biologis dengan menggunakan bakteri yang telah dimodifikasi gennya untuk mengubah karbon menjadi molekul organik.[10] Walaupun metode ini masih sering didiskusikan, nantinya penelitian menunjukkan bahwa hal ini tidak akan berhasil.[11] Untuk menghasilkan molekul organik dari karbon dioksida, diperlukan hidrogen yang hampir tidak ada di Venus. Karena Venus tidak memiliki medan magnet, atmosfer atas terkikis langsung oleh angin matahari dan akibatnya kehilangan sebagian besar hidrogennya.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Hawking says humans must go into space to survive". USA Today. 13 June 2006. Diakses tanggal 20 March 2007. 
  2. ^ Similarly, we don’t see a transit of Venus every time Venus is between Earth and the Sun—which happens about every 584 days or 1.6 years.
  3. ^ David S. F. Portree, Humans to Mars: Fifty Years of Mission Planning, 1950–2000, NASA Monographs in Aerospace History Series, Number 21, Februari 2001. Tersedia di NASA SP-2001-4521.
  4. ^ Landis, Geoffrey A. (2003). "Colonization of Venus". Conference on Human Space Exploration, Space Technology & Applications International Forum, Albuquerque NM. doi:10.1063/1.1541418.  ; draft version of the full paper available at NASA Technical Reports Server (accessed 16 May 2012)
  5. ^ Atkinson, Nancy (Jul 16, 2008). "Colonizing Venus With Floating Cities". Universe Today. Diakses tanggal 4 July 2011. 
  6. ^ Landis, Geoffrey A., Colozza, Anthony, and LaMarre, Christopher M., Atmospheric Flight on Venus (pdf), International Astronautical Federation Congress 2002, paper IAC-02-Q.4.2.03, AIAA-2002-0819, AIAA0, No. 5
  7. ^ Fogg, Martin J., Terraforming: Engineering Planetary Environments, SAE Press, 1995. ISBN 1-56091-609-5, ISBN 978-1-56091-609-3
  8. ^ Landis, Geoffrey A., “Terraforming Venus: A Challenging Project for Future Colonization,” paper AIAA-2011-7215, AIAA Space 2011 Conference & Exposition, Long Beach CA, Sept. 26-29, 2011.
  9. ^ Birch, Paul (1991). "Terraforming Venus Quickly" (PDF). Journal of the British Interplanetary Society. 44: 157–167. 
  10. ^ Sagan, Carl (1961). "The Planet Venus". Science. 133 (3456): 849–58. Bibcode:1961Sci...133..849S. doi:10.1126/science.133.3456.849. PMID 17789744. 
  11. ^ Sagan, Carl (1994). Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space. ISBN 0-345-37659-5. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]