Penerimaan diri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Penerimaaan diri (bahasa Inggris: self-acceptance) adalah upaya untuk menerima dan memahami seluruh aspek yang ada dalam diri tanpa menolak keberadaannya, atau juga penerimaan diri adalah menerima apa yang kita miliki/tidak miliki, menerima apa yang kita mampu/tidak mampu, dan menerima apa yang diyakini/tidak diyakini tentang diri kita sendiri.[1]

Untuk menerima diri, seseorang perlu menyadari dan mengenali diri terlebih dahulu baik kekurangan maupun kelebihan, atau juga disebut self-awareness (kesadaran diri).[2] Dengan mempertanyakan pada diri sendiri, seperti "Apakah saya menerima tubuh saya?", "Apakah saya menerima keahlian dan kemampuan saya?", "Apakah saya menerima emosi-emosi saya?", "Apakah saya menerima segala kekurangan diri saya?". Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu dalam memahami sejauh mana penerimaan kepada diri sendiri. Orang yang sudah mampu menerima dirinya sendiri tidak akan memberikan alasan mengapa ada kekurangan-kekurangan di dalam dirinya karena orang yang telah bisa menerima dirinya tidak merasa perlu memitigasi kekurangan tersebut.[3]

Walaupun demikian, penerimaan terhadap kekurangan diri adalah sesuatu yang lebih sulit dilakukan manusia, karena manusia lebih mudah menerima kenyataan bahwa kita adalah (misalnya) pemaaf dibandingkan menerima kenyataan bahwa kita tidak pandai bergaul. Ditambah kebiasaan mengkritik diri sendiri dengan brutal sampai pada akhirnya kita manusia kehilangan kemampuan untuk menerima kekurangan-kekurangan dalam diri yang pada hakikatnya adalah hal yang manusiawi.[4]

Aspek penerimaan diri[sunting | sunting sumber]

Hurlock mengutarakan beberapa aspek untuk menerima diri, yakni:[5]

  1. Memiliki rasa puas kepada diri sendiri, atau bangga kepada diri sendiri. Puas dengan kelebihan dan kekurangan diri.
  2. Tidak menahan diri akan adanya reaksi sosial, ataupun ketersediaan diri untuk menerima kritikan dari orang lain.
  3. Tidak mengantungkan hidup pada orang lain, atau memiliki kemandirian.
  4. Menghargai diri sendiri.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Yustitia 2020, hlm. 138.
  2. ^ Yustitia, hlm. 141.
  3. ^ Yustitia 2020, hlm. 142.
  4. ^ 2020, hlm. 139.
  5. ^ Hurlock 2002, hlm. 209–212.

Bibliografi[sunting | sunting sumber]

  • Yustitia (2020). "Bab 2: Penerimaan Diri (Self-Acceptance)". Dalam Putri, Dionisia. Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin. Kompas Gramedia. ISBN 978-623-00-1530-4. 
  • Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. Erlangga. ISBN 978-602-6922-31-1.