Penelitian inklusif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Foto focus group discussion (FGD) mengenai layanan perpustakaan untuk penyandang disabilitas
Focus group discussion (FGD) mengenai layanan perpustakaan untuk penyandang disabilitas

Penelitian inklusif merujuk pada kegiatan penelitian yang melibatkan penyandang disabilitas tidak hanya sebagai peserta, tetapi sebagai rekan pencipta (co-creator) dari pengetahuan. Disability Innovation Institute[1] mencoba menggambarkan penelitian inklusif sebagai penelitian yang mempromosikan inklusi dan kesejahteraan orang dengan disabilitas. Penelitian tersebut juga menjelajahi masalah-masalah yang dihadapi penyandang disabilitas. Baik itu hal yang kemungkinan besar akan menjadi penting bagi penyandang disabilitas ataupun menggambarkan pengalaman mereka berkontribusi dalam alur proses penelitian dan hasilnya. Penelitian inklusif juga mengakui, menekankan dan mengkomunikasikan kontribusi penyandang disabilitas pada kegiatan penelitiannya. Selain itu, penelitian inklusif juga menyediakan informasi yang bisa digunakan oleh penyandang disabilitas untuk mengampanyekan perubahan sosial.[2]

Produksi bersama[sunting | sunting sumber]

Produksi bersama (Co-production) dilihat sebagai sebuah proses kolaborasi dan pengambilan keputusan kolektif (collective decision making). Proses ini juga mengubah hubungan penelitian tradisional yang memisahkan antara pengguna dan produsen. Produksi bersama memiliki tujuan untuk menciptakan komunitas berbagi praktik di mana semua pemangku kepentingan memiliki peran dalam penciptaan pengetahuan.[2] Produksi bersama penelitian disabilitas menyatukan orang-orang dari berbagai macam kelompok yang berbeda (akademis atau profesional, peneliti dan rekan peneliti). Hal ini termasuk namun tidak terbatas pada penyandang disabilitas, keluarga dan pendukungnya, perwakilan dari organisasi disabilitas, praktisi, penyedia layanan, dan peneliti profesional. Rekan peneliti (co-researcher) merujuk pada individu yang terlibat dalam produksi bersama penelitian dan mewakili salah satu kelompok yang disebutkan di atas tetapi berbasis di luar lembaga akademis atau penelitian. Rekan (co) merujuk pada posisi yang setara dengan kontribusi yang berbeda dan memiliki implikasi pada proses ‘kolaboratif’. 'Peneliti komunitas' atau 'peneliti partisipatif' merupakan istilah lain untuk rekan peneliti yang digunakan di Australia.[3]

Manfaat-manfaat dari produksi bersama[sunting | sunting sumber]

Dampak dan manfaat dari produksi pengetahuan yang dihasilkan[sunting | sunting sumber]

Keterlibatan penyandang disabilitas dan komunitasnya sangat bermanfaat untuk produksi pengetahuan pada banyak tahap dari proses penelitian. Sebagai contoh, rekan peneliti penyandang disabilitas mungkin mengantisipasi hambatan bagi partisipan penelitian yang memiliki disabilitas. Dalam tim penelitian yang didasarkan pada produksi bersama, hasil penelitian cenderung dibagikan dengan cara yang lebih mudah diakses dan disebarluaskan melalui jaringan akar rumput rekan peneliti. Produksi bersama penelitian dapat membantu memastikan bahwa keprihatinan, kepentingan penyandang disabilitas dan komunitasnya adalah pusat dari proyek penelitian. Upaya ini juga meningkatkan peluang dampak penelitian bagi perubahan sosial.

Manfaat bagi rekanan peneliti penyandang disabilitas[sunting | sunting sumber]

Proses produksi bersama sendiri dapat menjadi proses yang sangat positif bagi orang-orang dengan disabilitas. Penelitian telah menunjukkan bahwa keterlibatan dalam produksi bersama penelitian berpotensi untuk: (a) memberdayakan individu; (b) menyuarakan pendapat dan apa yang dianggap penting olehnya dan; (c) memberikan pelatihan, keterampilan dan kesempatan kerja baru; (d) menghasilkan saling pengertian dengan rekan-rekan dan anggota tim lainnya; dan (e) menjalin jaringan dan persahabatan yang langgeng.

Manfaat bagi peneliti dari universitas[sunting | sunting sumber]

Bagi peneliti dari universitas, proses produksi bersama dapat menjadi peluang untuk pengembangan diri dan menempa keterampilan baru. Misalnya proses penelitian dapat membantu peneliti untuk lebih memahami komunitas yang diteliti atau komunitas yang mereka ajak kerja sama serta cara-cara baru untuk menempatkan pengetahuan menjadi tindakan. Hal ini juga dapat mengarahkan peneliti dari universitas untuk memikirkan kembali (atau membingkai ulang) nilai-nilai mereka miliki selama ini.

Manfaat bagi organisasi yang terlibat[sunting | sunting sumber]

Produksi bersama penelitian dapat menjadi kesempatan untuk memfasilitasi perubahan di dalam organisasi melalui pengembangan hubungan yang lebih kuat dengan masyarakat dan/atau pengguna jasa. Terlebih lagi, produksi bersama penelitian dapat membuka kesempatan pendanaan untuk organisasi melalui jalan baru.[4]

Contoh penelitian inklusif di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Yang bergerak dan yang terpapar di masa pandemi: suara disabilitas dari Indonesia[5][sunting | sunting sumber]

Produksi bersama penelitian ini merupakan inisiatif kolaborasi berbagai organisasi penyandang disabilitas tingkat nasional maupun daerah untuk memetakan dampak pandemi Covid-19 terhadap penyandang disabilitas. Sumber informasi utama adalah survei Online dan wawancara via telepon yang dilakukan pada 10 - 24 April 2020 dan melibatkan 1683 responden dari 32 provinsi di Indonesia. Organisasi penyandang disabilitas dan organisasi/mitra program pembangunan turut berkontribusi dalam mengolah dan menyusun analisa hasil data yang dikumpulkan. Pemerintah Indonesia pun ikut memberikan masukan sepanjang produksi bersama penelitian berjalan.

Dampak Covid-19 terhadap penyandang disabilitas di Indonesia[6][sunting | sunting sumber]

Produksi bersama ini merupakan kolaborasi antara MAHKOTA (Menuju Masyarakat Indonesia yang Kuat dan Sejahtera), KOMPAK Diarsipkan 2017-03-22 di Wayback Machine. (Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan) dan Jaringan Organisasi Penyandang Disabilitas untuk Respons Covid-19 yang lebih inklusif di Indonesia. Data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam dengan penyandang disabilitas, pengampu/perawat, dinas sosial kabupaten/kota, pemerintah desa, pusat rehabilitasi, dan penyedia layanan kesehatan selama bulan Juli-Agustus 2020. Studi kualitatif dilaksanakan di tujuh wilayah yang dipilih untuk mewakili wilayah Indonesia Timur, Tengah, dan Barat, serta wilayah perkotaan dan pedesaan. Hasil produksi bersama dipaparkan dalam webinar "Diseminasi Hasil Studi Dampak COVID-19 terhadap Penyandang Disabilitas" pada Kamis, 12 Agustus.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Research resources | Disability Innovation Institute". www.disabilityinnovation.unsw.edu.au. Diakses tanggal 2021-09-02. 
  2. ^ a b Strnadová, I., Dowse, L., & Watfern, C. (2020). Doing Research Inclusively: Guidelines for Co-Producing Research with People with Disability (PDF). Sydney: Disability Innovation Institute UNSW Sydney. hlm. 3. 
  3. ^ Strnadová, I., Dowse, L., & Watfern, C. (2020). Doing Research Inclusively: Guidelines for Co-Producing Research with People with Disability (PDF). Sydney: Disability Innovation Institute UNSW Sydney. hlm. 4. 
  4. ^ Strnadová, I., Dowse, L., & Watfern, C. (2020). Doing Research Inclusively: Guidelines for Co-Producing Research with People with Disability (PDF). Sydney: Disability Innovation Institute UNSW Sydney. hlm. 7. 
  5. ^ Salim, I.,M. Joni Yulianto (2020). Laporan Asesmen Cepat Dampak Covid-19 Bagi Penyandang Disabilitas Yang Bergerak Dan Yang Terpapar Di Masa Pandemi; Suara Disabilitas Dari Indonesia. 
  6. ^ Webinar Diseminasi Hasil Studi: Dampak Covid-19 terhadap Penyandang Disabilitas di Indonesia, diakses tanggal 2021-09-03 
  7. ^ "Kementerian PPN/Bappenas :: Berita". www.bappenas.go.id. Diakses tanggal 2021-09-03.