Muslim bin Khalid az-Zanji

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Muslim bin Khalid az-Zanji
مسلم بن خالد الزنجي
GelarUlama Makkah
Informasi pribadi
Lahir718 M
100 H
Meninggal796 M (umur 76-77)
180 H
AgamaIslam
ZamanZaman Kejayaan Islam
DenominasiSunni
Minat utamaFikih, Hadis
Pemimpin Muslim

Muslim bin Khalid az-Zanji (100–180 H) adalah seorang ulama di Makkah pada abad ke-2 Hijriah. Semasa hidupnya, ia menjabat sebagai imam di Masjidil Haram, Mufti Makkah sekaligus pengajar ilmu fikih. Muslim bin Khalid dikenal sebagai salah satu pemberi fatwa di Makkah sekaligus guru Muhammad bin Idris asy-Syafi'i dan Al-Humaidi.

Nasab[sunting | sunting sumber]

Asal dari Muslim bin Khalid az-Zanji adalah negeri Syam sebelum akhirnya perpindah ke Makkah.[1] Muslim bin Khalid az-Zanji kemudian menjadi penduduk Makkah.[2] Nama lengkapnya ialah Muslim bin Khalid Bin Farwah al-Makhzumi. Ia juga digelari sebagai Abu Khalid Az-zanji dan Al-Makki al-Faqih.[3]

Kepribadian[sunting | sunting sumber]

Beberapa ulama memberikan penilaian atas kepribadian Muslim bin Khalid az-Zanji. Ahmad bin al-Azraqi menyatakan bahwa Muslim bin Khalid az-Zanji merupakan seorang ahli fikih dan ahli ibadah yang menjadikan puasa secara terus-menerus sebagai kebiasaan dirinya.[3]   

Pekerjaan[sunting | sunting sumber]

Muslim bin Khalid az-Zanji menjadi guru di Madrasah Makkah untuk menggantikan tiga guru sebelumnya yang telah meninggal. Ketiganya ialah Mujahid bin Jabir, 'Athak bin Abu Rabah, dan Thawus. Mujahid bin Jabir mengajarkan periwayatan tafsir Al-Qur'an dari Abdullah bin Abbas. 'Athak bin Abu Rabah mengajarkan ilmu fikih khususnya manasik haji. Sementara Thawus menjadi Mufti Makkah dan ahli fikih. Kedudukan ketiganya digantikan oleh Muslim bin Khalid az-Zanji dan Sufyan bin Uyainah.[4]

Muslim bin Khalid az-Zanji hidup sezaman dengan Muhammad bin Idris asy-Syafi'i. Ia telah menjadi Mufti Makkah sebelum menjadi guru bagi Muhammad bin Idris asy-Syafi'i.[5] Muslim bin Khalid az-Zanji mengajarkan fikih kepada Muhammad bin Idris asy-Syafi'i atas usulannya sendiri.[6] Muhammad bin Idris asy-Syafi'i sebagai muridnya mulai diizinkan untuk menyampaikan fatwa atas izin Muslim bin Khalid az-Zanji ketika masih berusia 15 tahun.[7] Versi lain menyatakan bahwa Muslim bin Khalid az-Zanji mengizinkan Muhammad bin Idris asy-Syafi'i untuk berfatwa pada usia 18 tahun.[5] Selain mengajar ilmu fikih, Muslim bin Khalid az-Zanji bekerja sebagai Imam Masjidil Haram di Makkah.[8]   

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Guru[sunting | sunting sumber]

Muslim bin Khalid az-Zanji belajar ilmu hadis dari banyak guru. Guru-guru utamanya ialah Zaid bin Aslam, Abu Thiwalah, al-‘Ala bin Abdurrahman, Abdullah bin Amru bin Hisyam bin urwah, az-Zuhri, Utbah bin Muslim, Dawud bin Abu Hindun, dan Ibnu Juraij. Dari guru-gurunya ini, Muslim bin Khalid az-Zanji turut meriwayatkan hadis.[3]

Murid[sunting | sunting sumber]

Muhammad bin Idris asy-Syafi'i[sunting | sunting sumber]

Sebuah riwayat menyatakan bahwa Muslim bin Khalid az-Zanji adalah guru mengaji pertama bagi Muhammad bin Idris asy-Syafi'i. Periwayatan lain menyebutkan bahwa Muhammad bin Idris asy-Syafi'i pertama kali belajar Al-Qur'an dari Ismail bin Qastantin.[9] Muslim bin Khalid az-Zanji merupakan pengajar ilmu fikih pertama untuk Muhammad bin Idris asy-Syafi'i.[10] Pengajarannya berlangsung lama dan diakhiri sebelum Muhammad bin Idris asy-Syafi'i melanjutkan pendidikan ke Malik bin Anas.[11]

Al-Humaidi[sunting | sunting sumber]

Al-Humaidi diketahui menjadi Muslim bin Khalid az-Zanji sebagai salah satu gurunya. Kedudukan ini disebutkan dalam Musnad Al-Humaidi. Metode belajar yang diterima oleh Al-Humaidi dari  Muslim bin Khalid az-Zanji adalah sama dengan metode dari guru-gurunya yang lain, yaitu melalui periwayatan dan sanad.[12]

Kematian[sunting | sunting sumber]

Muslim bin Khalid az-Zanji meninggal pada usia 80 tahun dalam penanggalan Hijriah. Ia meninggal tahun 180 H.[11]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Wahyudi, Ilham (2022). Empat Imam Mazhab yang Mempengaruhi Dunia. Yogyakarta: Laksana. hlm. 110. ISBN 978-623-327-215-5. 
  2. ^ Al-'Aqil 2006, hlm. 42.
  3. ^ a b c Hidayah 2022, hlm. 95.
  4. ^ Pulungan, J. Suyuthi (2019). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. hlm. 105. ISBN 978-623-218-250-9. 
  5. ^ a b Purwanto 2017, hlm. 14.
  6. ^ Al-'Aqil 2006, hlm. 21.
  7. ^ Purwanto 2017, hlm. 15.
  8. ^ Syamsuddin 2020, hlm. 40-41.
  9. ^ Hidayah 2022, hlm. 19.
  10. ^ Syamsuddin 2020, hlm. 48.
  11. ^ a b Hidayah 2022, hlm. 96.
  12. ^ Al-Humaidi, Abu Bakar (2005). Aqidah Shahih Penyebab Selamatnya Seorang Muslim. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. hlm. 27–29. ISBN 978-979-3536-44-6. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Al-'Aqil, Muhammad bin A. W. (2006). Manhaj Akidah Imam Asy-Syafi'i. Diterjemahkan oleh Idris, N., dan Zuhri, S. Surabaya: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. ISBN 979-3536-22-5.