Al-Mughirah bin Syu'bah
Al-Mughirah bin Syu'bah bin Abi Amir ats-Tsaqafi (bahasa Arab: المغيرة بن شعبة بن أبي عامر الثقفي), juga dijuluki Mughirah ar-Ra'yi ("Mughirah yang cerdik"),[1] adalah salah seorang Sahabat Nabi yang berasal dari Bani Tsaqif di Thaif. Pada masa jahiliyah ia pernah menjadi perampok,[2] namun ia menemui Nabi Muhammad untuk masuk Islam dan berhijrah pada saat Perang Khandaq.[1] Mughirah menyertai Nabi Muhammad dalam beberapa peristiwa, antara lain Baiat ar-Ridhwan dan Hudaibiyah,[2] serta penaklukkan Bani Tsaqif.[1][3] Ia juga menjadi salah seorang juru tulis Nabi Muhammad,[4] dan periwayat beberapa hadits.[2][5] Tubuhnya tinggi dan berwibawa.[6]
Perjanjian Hudaibiyah
[sunting | sunting sumber]Saat menjelang perjanjian Hudaibiyah di utara kota Mekah, kaum Quraisy mengirimkan utusan kepada Nabi Muhammad yaitu Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi. Al-Mughirah bin Syu'bah berjaga-jaga di dekat kepala beliau sambil menghunus pedang. Ketika Urwah hendak memegang jenggot beliau, maka Al-Mughirah memukul tangan Urwah dengan punggung pedangnya, sambil berkata, "Jauhkan tanganmu dari jenggot Rasulullah."[7]
Urwah mendongakkan kepala, lalu bertanya, "Siapa orang ini." "Al-Mughirah bin Syu'bah," kata orang-orang di sekitamya.
Urwah berkata, "Hai anak nakal ! Bukankah aku yang membereskan urusan karena kenakalanmu dulu?" Sebelum masuk Islam, Al-Mughirah yang keponakan Urwah pemah membunuh beberapa orang dan merampas harta mereka. Sementara Urwah harus mengeluarkan uang tebusan untuk diserahkan kepada kelurga korban.
Kemudian Al-Mughirah mendatangi Nabi dan masuk Islam. Beliau bersabda saat itu, "Aku bisa menerima keislamanmu. Tetapi harta benda yang engkau bawa, aku tidak mempunyai urusan dengannnya." Kemudian Urwah menyibak kerumunan para sahabat dan kembali ke kaumnya.[7]
Pengislaman Bani Tsaqif
[sunting | sunting sumber]Dalam pengislaman Bani Tsaqif setelah ekspedisi Tabuk pada 9 H, Nabi mengutus pasukan yang dipimpin Khalid bin Al-Walid. Setibanya di sana, Al-Mughirah bin Syu'bah mengambil cangkul dan berkata kepada rekan-rekannya, "Demi Allah, aku benar-benar akan membuat kalian tertawa karena perbuatan orang-orang Tsaqif." Kemudian dia merobohkan berhala Lata dengan dua buah cangkul hingga roboh.[7]
Penduduk Tha'if yang menonton serasa bergetar hatinya. Mereka berkata,"Semoga Allah mengutuk Al-Mughirah. Dia tentu akan dicekik penjaga berhala." Al-Mughirah melompat ke arah mereka seraya berkata, "Semoga Allah memburukan rupa kalian. Berhala ini hanyalah tumpukan batu dan lumpur yang hina." Kemudian dia menghancurkan pintu tempat penyimpanan barang, naik ke atas pagamya, yang diikuti rekan-rekannya, lalu mereka merobohkan pagar-pagar itu hingga semuanya rata dengan tanah. Bahkan mereka juga menggali semua bangunan yang ada hingga ke fondasinya dan mengeluarkan perhiasan kain-kain yang disimpan di tempat penyimpanannya. Orang-orang Bani Tsaqif diam terpaku. Kemudian Khalid binAl-Walid dan rekan-rekannya kembali ke Madinah dan menyerahkan semua barang yang diambil dari berhala Lata dan menyerahkannya kepada Nabi.[7]
Saat Nabi dikuburkan, Mughirah berkata,"Aku adalah orang terakhir yang menyaksikan pemakarnan Rasulullah. Ketika Ali keluar dari rnakarn Nabi, aku melempar cincinku ke dalam liang lahad beliau dan berkata, 'Wahai Abu Hasan, cincinku!' Ali berkata, 'Turun dan ambil sendiri cincinmu'. Aku kemudian turun lalu mengusapkan tanganku pada kain kafan beliau, lantas keluar."[6]
Qabishah bin Jabir berkata,"Aku bersahabat dengan Mughirah, seandainya Madinah memiliki 8 pintu dan seseorang tidak bisa keluar dari satu pintunya kecuali dengan siasat, maka ia bisa keluar dari seluruh pintu tersebut."[6]
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, ia terlibat dalam Perang Yamamah, ekspedisi ke Syam dan ekspedisi ke Irak, serta sebagai utusan ke penduduk An-Nuja'ir.[1] Selanjutnya pada masa pemerintahan Umar ia terlibat dalam Perang Yarmuk, serta sebagai utusan kepada pasukan Kekaisaran Persia.[1] Umar mengangkatnya menjadi gubernur Basra, dan kemudian Kufah.[4] Seorang budak Persia milik Mughirah, yaitu Abu Lu'lu'ah Fairuz al-Majusi, pergi ke Madinah dan membunuh Umar karena dendam atas kekalahan Persia; namun Mughirah tidak turut disalahkan.[8] Pada masa pemerintahan Utsman, Mughirah tetap menjabat gubernur Kufah selama beberapa waktu, sebelum akhirnya diganti.[4]
Pada masa Khalifah Umar bin Khathab, Mughirah ditunjuk sebagai gubernur Bahrain, namun ditarik kembali karena penduduknya merasa tidak cocok dan mengadukannya pada Umar.[6] "Penyerbuan kota Adzerbaijan terjadi pada tahun 22 H, di bawah komando AI Mughirah bin Syu'bah.[6]
Mughirah kehilangan salah satu matanya saat pertempuran Yarmuk[6]. Saat menjelang Pertempuran Nahawand melawan Persia, Al Mughirah maju mewakili komandan Nu'man bin Muqarrin berkata pada utusan Persia, "Tanyalah apa yang kamu kehendaki'' Penerjemah persia berkata,"Siapa kalian?" Al Mughirah berkata, "Kami bangsa Arab, Kami berada dalam kesengsaraan sangat dan ujian yang berat. Kami memakan kulit dan tulang karena kelaparan. Kami juga memakai bulu dan rambut serta menyembah pohon dan batu. Ketika kami dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah -penguasa langit dan bumi- mengutus seorang nabi kepada kami dari golongan kami sendiri yang kami ketahui ayah dan ibunya. Lalu nabi tersebut, yang merupakan utusan Tuhan kami, menyuruh kami memerangi kalian hingga kalian hanya menyembah Allah, atau membayar jizyah (pajak yang wajib dibayar oleh ahli dzimmah (nonmuslim) kepada pemerintah lslam). Selain itu, nabi kami mengabarkan tentang risalah Tuhan kami, bahwa siapa yrang terbunuh di antara kami maka akan masuk surga dalam kenikmatan yang tidak pemah terlihat sama sekali, dan barangsiapa masih hidup di antara kami maka dia akan mendapatkan budak-budak kalian'."[6]
Ketika terjadi perpecahan antara Ali dan Muawiyah sehingga terjadinya Perang Shiffin, Mughirah memilih menjauhkan diri.[4] Belakangan hari ia baru membaiat Muawiyah setelah sebagian besar umat Islam melakukannya.[4] Muawiyah kemudian mengangkatnya menjadi gubernur Kufah kembali, hingga ia wafat tahun 50 Hijriah (670/671 M).[4]
Kematian
[sunting | sunting sumber]Ziyad bin llaqah berkata, "Aku mendengar Jabir berkata ketika Al-Mughirah bin Syu'bah meninggal, 'Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah serta selalu mendengar dan taat sampai datang kepadamu seorang pemimpin. Mintakan ampunan untuk Al Mughirah, niscaya Allah mengampuninya, karena dia senang memberi maaf'."[6] Al-Mughirah, Gubernur Kufah, meninggal tahun 50 Hijrilrah dalam usia 70 tahun di masa Muawiyah.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e Azami 2008, hlm. 183.
- ^ a b c Al-Albani, M. Nashiruddin (2007). Ringkasan Shahih Bukhari. Vol. 2. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, A. Ikhwani, Lc. (Edisi 1). Gema Insani. hlm. 253, 292. ISBN 979-077-026-X, 9789790770263. Diarsipkan dari asli tanggal 2016-04-26. Diakses tanggal 2016-04-15.
- ^ Moenawar Chalil, K.H. Kelengkapan Tarikh (Edisi Lux Jilid 3). Gema Insani. hlm. 139-149. ISBN 978-979-561-712-9, 9795617125. Diarsipkan dari asli tanggal 2016-04-26. Diakses tanggal 2016-04-15.
- ^ a b c d e f Azami 2008, hlm. 184.
- ^ Imam Bukhari (2016). Kitab Hadits Shahih Bukhari: 4000 Hadist dengan total 7.275 hadist shahih referensi Umat Islam. Shahih. Diarsipkan dari asli tanggal 2016-04-26. Diakses tanggal 2016-04-15.
- ^ a b c d e f g h Dzahabi, Imam (2017). Terjemah Siyar A'lam an-Nubala. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-270-8
- ^ a b c d Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
- ^ Arkan, Ahmed (2014). Lelaki Penghuni Surga. Puspa Swara. hlm. 201-204. ISBN 979-1479-86-0, 9789791479868. Diarsipkan dari asli tanggal 2016-04-26. Diakses tanggal 2016-04-15.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Azami, Prof. Dr. Muhammad Mustafa (2008). 65 Sekretaris Nabi. Penyunting Arief Muhajir (Edisi 1). Gema Insani. ISBN 979-077-080-4, 9789790770805.