Masjid Lama Gang Bengkok
Masjid Lama Gang Bengkok | |
---|---|
مسجد لاما ڬڠ بيڠكوق 明光老巷清真寺 | |
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Lokasi | |
Lokasi | Jl. Mesjid, Kel. Kesawan, Kec. Medan Barat, Kota Medan, Prov. Sumatera Utara, Indonesia 20212 |
Koordinat | 3°35′12″N 98°40′41″E / 3.5866474°N 98.6779922°E |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Tiongkok, Persia dan Melayu |
Peletakan batu pertama | 1874 |
Rampung | 1890 |
Masjid Lama Gang Bengkok Medan merupakan sebuah masjid yang terletak di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Masjid Lama Gang Bengkok ini tepatnya berada di Jalan Mesjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.[1] Masjid Lama Gang Bengkok dibangun oleh saudagar asal Tiongkok, Tjong A Fie. Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 1885 M, tetapi renovasi pembangunannya selesai pada tahun 1889 M. Masjid ini kemudian diserahkan Tjong A Fie kepada Kesultanan Deli, yakni pada masa pemerintahan Sultan Deli Ma'moen Al Rasyid.[1]
Sejarah pembangunan
[sunting | sunting sumber]Masjid Lama Gang Bengkok diperkirakan didirikan pada tahun 1874. Bangunan masjid tersebut berdiri diatas tanah wakaf dari Haji Muhammad Ali, atau lebih dikenal dengan nama Datuk Kesawan. Ketika proses pembangunannya, Tjong A Fie, yaitu seorang saudagar Tiongkok yang hijrah ke kota Medan pada awal abad ke 19. Tjong A Fie sendiri menanggung seluruh pembangunan masjid tersebut.
Sebelumnya masjid Al Osmani merupakan masjid tertua yang berada di Kota Medan didirikan pada tahun 1854. Kemudian 20 tahun setelahnya, dibangunlah masjid Gang Bengkok yang juga memiliki sebuah sejarah antara orang melayu dengan orang Tionghoa.
Tepatnya masjid Lama Gang Bengkok didirikan pada tahun 1874. Memiliki nama yang aneh karena pada awal pembangunannya berada di sebuah gang sempit. Kemudian terdapat sebuah belokan atau tikungan pas di depan masjid tersebut. Ditambah dengan tidak pernah adanya nama resmi yang terdapat pada masjid itu sehingga masjid tersebut diberi nama masjid Lama Gang Bengkok. Pendiri masjid Gang Bengkok adalah Sultan Deli yang juga tidak memberikan nama resmi terhadap masjid tersebut sehingga masyarakat sekitar menamainya dengan Masjid Lama Gang Bengkok.[2]
Di belakang masjid, berdiri gedung Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) yang merupakan tempat kelahiran Al Washliyah, organisasi Islam yang berdiri pada 1930. Gedung tersebut kini menjadi Museum Al Washliyah.[3]
Arsitektural
[sunting | sunting sumber]Masjid Lama Gang Bengkok memiliki sentuhan kental dari budaya Tionghoa dan Melayu. Perpaduan dari sentuhan tersebut menghasilkan sebuah bangunan masjid yang unik. Dilihat dari arsitekturnya, masjid ini tidak seperti sebuah bangunan masjid pada umumnya, melainkan seperti sebuah Klenteng. Namun, ketika masuk ke dalam masjid maka akan terlihat jelas serta akan sangat terasa suasana masjid yang begitu kental. Bangunan seperti Klenteng tersebut tak heran dkarenakan pembangunannya sendiri diprakasai oleh seorang tokoh Medan dari etnis Tionghoa, Tjong A Fie. Walaupun demikian, Masjid Lama Gang Bengkok tetap memiliki sentuhan Melayu dan Islam.
Sentuhan dari gaya Melayu dapat ditemukan pada bagian plafon masjid yang terdapat hiasan juga disebut dengan "Lebah bergantung". Hiasan tersebut dibuat dari kayu menghasilkan ukiran yang sangat unik dan mempesona sehingga menghasilkan semacam tirai dengan warna kuning. Warna kuning sendiri merupakan warna khas dari Melayu. Kemudian pada bagian gapura masjid Lama Gang Bengkok mendapatkan sentuhan dari gaya Islam Persia.[2]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Mimbar mesjid tampak depan
-
Museum Al Washliyah (eks-Maktab Islamiyah Tapanuli Medan)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Raini, Tanjung (2019). "Masjid Lama Gang Bengkok Sebagai Simbol Multietnis di Kota Medan". TALENTA Conference Series. TALENTA Publisher Universitas Sumatera Utara. 2 (3): 2. ISSN 2654-7066.
- ^ a b "Masjid Lama Gang Bengkok Kota Medan". Kontraktor Kubah Masjid. 17 September 2018. Diakses tanggal 23 Desember 2021.
- ^ "Ihwan: Museum Al Washliyah di Jalan Hindu Perlu Dilestarikan". Inilah Medan. 12 Agustus 2019.