Manajemen material

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Manajemen material adalah kegiatan mengelola material atau bahan untuk produksi, mulai dari awal, pemroresan, sampai akhirnya menjadi produk jadi yang siap dikirimkan kepada pelanggan. Kegiatan manajemen material mencakup tiga tahap, yaitu manajemen bahan baku dan suku cadang meliputi meliputi pembelian atau pengadaan, penerimaan, serta penyimpanan. Selanjutnya manajemen yang meliputi pengemasan, penyimpanan dalam gudang dan pengiriman barang dan yang terakhir untuk kebutuhan selama proses pengolahan, atau inventaris barang dalam proses. Inventaris barang dalam proses dalam proses biasa digunakan sebagai cadangan pengaman agar sistem produksi tidak terganggu sehingga nilainya harus cukup. Inventaris barang dalam proses yang kurang dapat menyebabkan kerusakan mesin dalam bentuk ausnya suku cadang karena tidak ada bahan yang cukup untuk melakukan proses produksi, sedangkan inventaris barang dalam proses yang berlebihan dapat menyebabkan kerugian yang mana inventaris barang dalam proses harus dihabiskan terlebih dahulu sebelum perusahaan dapat memproduksi produk baru.[1]

Material merupakan barang yang dibeli atau dibuat, yang disimpan untuk dipakai, diproses lebih lanjut atau dijual. Sementara manajemen adalah pengelolaan, proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Barangdapat berupa bahan baku, komponen, produk jadi, sub-perakitan, dan sebagainya. Item atau barang yang disimpan dalam kajian manajemen material disebut sebagai persediaan, inventaris atau pasokan.[2]

Metode[sunting | sunting sumber]

Tepat waktu[sunting | sunting sumber]

Metode tepat waktu merupakan sebuah metode baru yang diperkenalkan oleh industriawan Jepang dalam mengelola inventaris barang dalam proses.

  1. Pembelian, berfungsi untuk mengadakan bahan baku, suku cadang, peralatan dari pemasok. Pembelian bertugas merancang spesifikasi bahan secara teknis, melaksanakan analisis nilai, atau analisis keputusan membeli atau membuat bahan yang diperlukan.
  2. Penerimaan, berfungsi untuk pembongkaran muatan yang diterima dari pemasok, mengecek kualitas dan kuantitas barang, serta mengatur sistem penyimpanan dalam gudang. Teknik pengendalian mutu berperan penting dalam penerimaan barang.
  3. Pengemasan dan pengiriman. berfungsi untuk memastikan bahwa produk jadi keluaran pabrik terkemas dengan rapi, pemasangan label dan alamat, hingga kendaraan yang akan membawanya kepada pelanggan, bersama dengan dokumen-dokumen yang diperlukan.
  4. Pergudangan, sebagai terminal antara pabrik dan pelanggan
  5. Distribusi fisik, berfungsi menetapkan jenis angkutan yang akan dioperasikan, serta mengendalikan arus bahan baku dan produk jadi antara pabrik dan gudang.

Tujuan penerapan metode tepat waktu secara umum adalah menghasilkan biaya yang rendah untuk proses produksi agar tidak mendapatkan suatu kerugian, mempertahankan siklus inventaris barang dalam proses agar bisa berlangsung secara terus menerus dan optimal.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Lumbantoruan, Magdalena; Soewartoyo, B. (1992). Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka. hlm. 380–381. 
  2. ^ Suwondo 2013, hlm. 95.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Lumbantoruan, Magdalena (1992). Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka. 
  • Suwondo, Chandra (2013). manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta Barat: halaman Moeka Publishing. ISBN 9786022690177.