Komunikasi kelompok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang dengan jumlah minimal 3 orang atau lebih.[1] Dalam komunikasi kelompok, tiap peserta akan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (perasaan saling bergantung), mengenal satu sama lain, dan memandang sebagai bagian dari kelompok.[2]

Klasifikasi kelompok[sunting | sunting sumber]

Para ahli psikologi dan sosiologi telah mengklasifikasi kelompok menjadi beberapa bagian:[3]

Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Charles Horton Cooley (1909) membedakan kelompok menjadi dua jenis, yaitu kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer ditandai dengan ikatan emosional yang menekankan aspek hubungan antarkelompok. Bersifat dalam yang berarti menembus kepribadian yang hanya ditujukan pada situasi privat. Pada kelompok primer, pengungkapan dilakukan bersifat pribadi dan menggunakan berbagai lambang, verbal dan nonverbal. Umumnya kelompok primer dapat ditemui pada keluarga, teman sepermainan dan tetangga dekat.

Kelompok sekunder memiliki hubungan yang kurang dalam keterikatan secara personal dan memiliki karakteristik komunikasi yang lebih dangkal tanpa menembus ranah privat dan umumnya hanya menggunakan verbal dan sedikit sekali nonverbal. Umumnya dapat dijumpai pada serikat buruh, fakultas dan organisasi massa.

Ingroup dan Outgroup

William Sumner (1906) telah membagi kelompok menjadi dua jenis kelompok, yaitu ingroup dan outgroup. Ingroup dapat berupa kelompok primer ataupun sekunder. Misalnya keluarga merupakan ingroup yang berkelompok primer sedangkan fakultas adalah ingroup yang bersifat sekunder. Perasaan ingroup dapat diungkapkan melalui kesetiaan solidaritas dan kerja sama. Perbedaan antara ingroup dengan outgroup adalah dengan adanya pembatas yang menentukan antara siapa orang dalam dan siapa orang luar. Pembatas ini dapat berupa wilayah geografis (Indonesia-Malaysia), suku (Betawi-Sunda), pekerjaan atau profesi (tentara-dokter), bahasa (Inggris-Portugal), pandangan atau ideologi (kaum Islam-kaum Nasrani-Marxis) dan kekerabatan.

Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan

Pada tahun 1930-an, Theodore Newcomb melahirkan istilah kelompok baru dengan sebutan kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan. Menurut Hyman (1942) yang diperluas oleh Kelley (1952) dan Merton (1957) teori kelompok rujukan memiliki dua fungsi, yaitu fungsi komparatif dan fungsi normatif. Pada tahun 1967 Tamotsu Shibutani menambahkan satu fungsi, yaitu fungsi perspektif.

Kelompok Deskriptif dan Kelompok Perskriptif

Menurut John F. Cragan dan David W. Wright (1980) dari Illinois State University, membagi kelompok ke dalam dua kategori sebagai deskriptif dan preskriptif. Kelompok deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok melalui proses pembentukannya secara alamiah. Kelompok preskriptif mengkasifikasikan berdasarkan langkah-langkah logis yang perlu dilewati oleh masing-masing anggota kelompok demi mencapai suatu tujuan.

Pengaruh kelompok terhadap perilaku komunikasi[sunting | sunting sumber]

Konformitas

Kiesler dan Kiesler (1969) mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang riil atau yang dibayangkan.

Penelitian tertua mengenai konformitas telah dilakukan oleh Moore (1921). Moore meminta pandangan kepada mahasiswa mengenai berbagai hal. Mereka ditugaskan untuk membaca pasangan kalimat dalam bahasa inggris dan diminta untuk menentukan kalimat yang benar. Kelompok yang sama juga menilai mana yang paling buruk diantara mereka. Setelah dua bulan, mereka ditugaskan kembali untuk menilai hal yang sama namun didahului pemberitahuan mengenai pendapat mayoritas kelompok. Hasilnya adalah banyak mahasiswa yang mengubah pendapat disebabkan oleh desakan suara mayoritas. Hal ini membuktikan pengaruh norma kelompok terhadap konformitas antar anggota yang bergantung pada ukuran mayoritas yang menyalaka penilaian.

Fasilitasi Sosial

Fasilitasi (dari kata Prancis, facile, artinya mudah) mengindikasikan adanya kelancaran atau peningkatan kualitas kerja disebabkan oleh ditonton kelompok. Dalam hal ini kelompok berpotensi untuk mempengaruhi pekerjaan yang akan dihasilkan. Penelitian Innes dan Young (1975) menunjukkan terkait subjek yang diberi tahu bahwa segala perilakunya diawasi dan dinilai oleh kelompok menghasilkan prestasi pekerjaan yang meningkat.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Wiryanto, Wiryanto (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. hlm. 52. 
  2. ^ Mulyana, Deddy (2000). Ilmu komunikasi : suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm. 82. ISBN 979-514-993-8. OCLC 53258694. 
  3. ^ a b Rakhmat, Jalaluddin (1989). Psikologi komunikasi. Bandung: Penerbit Remadja Karya. ISBN 979-424-014-1. OCLC 975147163.