Kesejahteraan psikologis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kesejahteraan psikologis adalah pencapaian penuh potensi psikologis individu atau kondisi individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan hubungan yang positif dengan orang lain, mandiri, mampu beradaptasi dengan lingkungan, dan terus bertumbuh atau belajar secara personal.[1]

Ada dua faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis menurut Ryff dan Singer yaitu faktor psikososial yang berkaitan dengan tujuan pribadi, kepribadian, regulasi emosi, spiritual dan koping mekanisme, faktor kedua yaitu demografis berkaitan dengan jenis kelamin, usia, dan status sosial ekonomi.[2]

Dimensi[sunting | sunting sumber]

Kesejahteraan psikologis memiliki enam dimensi atau aspek yaitu penerimaan diri adalah kemampuan individu dalam menerima diri secara positif, hubungan positif dengan orang lain adalah kemampuan individu untuk menjalin hubungan yang ramah, saling mempercayai, saling peduli satu sama lain, mandiri adalah kemampuan untuk menentukan, memilih keputusan dan tindakan tanpa bergantung pada persetujuan orang lain, penguasaan lingkungan adalah kemampuan individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan dapat beradaptasi, tujuan hidup adalah kemampuan individu dalam menentukan tujuan, arah hidup di masa depan sehingga individu lebih kreatif, produktif serta memiliki kecerdasan emosional, pengembangan diri adalah individu mengembangkan potensi dapat menerima tantangan dan tugas baru sesuai masa perkembangan.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ W, Pipit Festy. Lanjut Usia Perspektif dan Masalah. UMSurabaya Publishing. ISBN 978-602-5786-06-8. 
  2. ^ Amalia, Atikah; Rahmatika, Rina (2020-10-21). "PERAN DUKUNGAN SOSIAL BAGI KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS FAMILY CAREGIVER ORANG DENGAN SKIZOFRENIA (ODS) RAWAT JALAN". Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 13 (3): 228–238. doi:10.24156/jikk.2020.13.3.228. ISSN 2502-3594. 
  3. ^ Iganingrat, Amethysa; Eva, Nur (2021). "Kesejahteraan Psikologis Pada Ibu Tunggal: Sebuah Literature Review". Seminar Nasional Psikologi dan Ilmu Humaniora (SENAPIH) (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 444–451.