Kelompok Ultras di Jerman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kelompok Ultras di Jerman adalah sekelompok supporter bola bergaya Ultras yang muncul di Jerman pada awal periode 90-an yang kini salah satunya tumbuh di Kota Freiburg. Kelompok Ultras yang pertama kali tercatat di Jerman ialah Fortuna Eagles di Cologne pada tahun 1986 dan Ultras Lev pada tahun 1989. Kelompok tersebut pada waktu itu mendukung kesebelasan Bayer Leverkusen. Lambat laun, pertumbuhan kelompok Ultras menjadi semakin tidak terbendung di Jerman. Terhitung ada sekitar 51 kelompok di tiga divisi liga utama Jerman (Bundesliga) dengan 5000 anggota aktif. Jumlah tersebut masih belum seberapa mengingat banyak di antara anggota kelompok Ultras di Jerman yang tidak bersedia membuka identitasnya internalnya kepada publik. Berbeda dengan di negeri asalnya, Italia dan Inggris, kelompok Ultras di Jerman cenderung enggan berafiliasi dengan partai politik tertentu. Mereka bahkan juga apolitis. Satu-satunya hal yang menjadi perhatian mereka adalah sepak bola dan seberapa aktif mereka di dalam kelompok Ultras itu sendiri.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Kelompok Ultras pertama kali lahir dan tumbuh di Italia pada tahun 1960-an. Kelahiran kelompok tersebut banyak dipengaruhi oleh kemiskinan dan anomali politik yang kuat paska Perang Dunia II. Konstruksi yang tumbuh di tengah realitas sosial masyarakat Italia saat itu adalah kehidupan sosial mereka selalu diwarnai konflik.[2] Akibatnya, bidang-bidang lain seperti olahraga dan kesenian juga dimaknai penuh dengan aksi polits yang bersumber dari oposisi antara visi fasis-konservatif dan visi komunis-kiri, Hal itu terlihat jelas pada kesebalasan AC Milan yang merepresentasikan klub kelas pekerja yang cenderung berafiliasi pada komunis-kiri. Sedangkan kesebelasan Inter Milan diidentikan sebagai representasi klub kelas menengah yang cenderung mendukung ideologi konservatif.

Selain dicap berafiliasi terhadap ideologi politik tertentu, Ultras juga banyak dipengaruhi oleh subkultur jalanan di Inggris. Pengaruh subkultur tersebut membawa ide-ide baru tentang cara mereka berbusana, keterikatan dengan territorial, dan perilaku agresif, serta kebencian dengan yang asing. Transmisi kebudayaan tersebut terjadi ketika pertandingan sepak bola antara Italia dan Inggris berlangsung. Kelompok Ultras yang pertama kali terbentuk di Italia adalah La Fossa dei Lioni pada tahun 1968 di Milan dan Rd and Blue Commandos of Bologna. Keduanya merupakan kelompok Ultras berafiliasi komunis-kiri. Kelompok ini telah mendefinisikan selera pakaian mereka dan area eksklusif yang harus mereka tempati di stadion.

Seiring berjalannya waktu, kelompok Ultras tidak hanya berkembang di Italia dan di inggris saja. Mereka juga mulai tumbuh di Jerman seiring dengan persoalan ekonomi, politik, dan sosial di Jerman yang cenderung homogen dengan Italia dan Inggris. Mereka mulai berkembang di Jerman pada periode 90-an. Kelompok Ultras di Jerman digambarkan sebagai kelompok supporter yang tak jauh berbeda dengan Hooligan. Mereka diidentikan sangat lekat dengan kekerasan dan ekspresi rasisme.[3] Beberapa media arus utama Eropa yang menyebut demikian adalah Spiegel dan Deutsche Welle di Jerman, The Guardian di Inggris, dan Forza Italia di Italia.

Karakter dan Ideologi[sunting | sunting sumber]

Meskipun beberapa sumber menyebut kelompok Ultras di Jerman tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu, Alan Tomlinson dan Christopher Young mengungkapkan bahwa ada paham politik sayap kanan yang dianut oleh Ultras di Jerman. Pernyataan tersebut dapat ditelusuri di beberapa media nasional di Jerman seperti Spiegel dan Deustche Welle milik pemerintah. Konten dari media-media tersebut kebanyakan menyebut bahwa kelompok Ultras berafiliasi dengan paham sayap kanan.[1]

Secara garis besar, ideologi sayap kanan menganggap bahwa hierarki sosial perlu dipertahankan sebagai sesuatu yang alami didukung oleh nilai-nilai tradisi dan agama. Ideologi ini hadir pada berbagai skala kelompok masyarakat, mulai dari komunitas kecil, partai politik, hingga negara sebagai sebuah institusi politik. Kelompok dengan basis ideologi sayap kanan, termasuk kelompok Ultras di Jerman, biasanya cenderung memiliki cara pandang yang Xenofobia, diskriminan, dan rasis. Ideologi ini di Jerman kerap dikaitkan dengan semangat Neo-Nazi maupun anti-imigran.

Beberapa ekspresi kelompok Ultras di Jerman dalam kaitannya dengan ideologi sayap kanan adalah gerakan anti-salafisme yang juga berkembang di kalangan masyarakat umum di Jerman. Kelompok Ultras di Jerman sebagai kelompok supporter bola adalah kelompok mayoritas yang mendukung gerakan tersebut. Ide dibalik gerakan tersebut adalah adanya penolakan terhadap nilai-nilai ekstremisme Islam dan terorisme yang terjadi di Timur Tengah. Bermula dari forum daring, gerakan tersebut menjalar menjadi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Jerman.

Tindakan rasisme yang dilakukan oleh kelompok Ultras di Jerman menurut sumber lain sebenarnya dipicu oleh perasaan fanatisme yang berlebihan terhadap kelompok atau negara mereka. Hal itu sebenarnya dilakukan untuk menjatuhkan mental lawan mereka, dalam konteks pertandingan sepak bola. Hanya sebagian kecil dari kelompok mereka yang benar-benar benci kepada ras tau golongan agama lain.[1]

Namun demikian, meskipun beberapa kalangan mengidentikan kelompok Ultras di Jerman dengan Hooligani, keduanya tetap memiliki beberapa perbedaan. Karakter Hooligan cenderung ekstrem, yaitu dengan ‘mengerjai’ lawan, menempati tempat mereka, mengejar, maupun memukul lawannya. Konfrontasi mereka lebih banyak dilakukan melalui permainan fisik. Mereka akan merasakan sebuah kepuasan dan posisi penghormatan dari anggotanya ketika berada dalam situasi rusuh dan penuh dengan kekerasan. ‘Bertarung’ dengan lawan atau aparat kepolisian adalah hal yang mampu meningkatkan kehormatan mereka. Sementara Ultras, lebih sering mengungkapkan ekspresi kebenciannya secara eksplisit melalui spanduk, pakaian, graffiti, maupun mural.[4]

Persepsi Fanprojekt terhadap Ultras[sunting | sunting sumber]

Fanprojekt[5] Freiburg adalah sebuah komunitas yang diinisasi oleh DFB (Deutchland Fussball-Bund) yang merupakan asosiasi sepak bola Jerman yang bertugas untuk mengorganisir dan mengurus urusan-urusan sepak bola di Jerman. Gerakan ini terbentuk pada tahun 2013 dan dilatarbelakangi oleh kegelisahan mereka terhadap generasi muda supporter bola (di bawah 18 tahun) yang mulai muncul hasrat untuk melakukan aksi kekerasan. Tujuannya adalah untuk mengindarkan mereka dari tindak kekerasan, pengaruh alkohol, rokok, dan narkoba. Mereka bersinggungan cukup dekat dengan kelompok Ultras di Jerman mengingat kantor mereka tidak terlalu jauh dari Schwarzwald-Stadion, tempat kelompok Ultras biasa menyaksikan pertandingan.

Fanprojekt memberikan impresinya kepada kelompk Ultras di Jerman terutama terkait penampilan dan budaya mereka di Freiburg. Mereka mengaku tidak mampu mengidentifikasi Ultras hanya melalui penampilan, karena hampir semua kelompok supporter bola memiliki busana yang senada. Fanprojekt lebih menitikberatkan pada kebiasaan dan karakteristik dalam memandang kelompok Ultras di Jerman. Menurutnya, Ultras tidak sepenuhnya identik dengan kekerasan dan rasisme. Mereka dianggap sebagai bagian penting bagi persepak bolaan Jerman, terutama di Kota Freiburg. Kelompok Ultras dianggap sangat terbuka dan ramah, hidup mereka adalah untuk klub sepak bola mereka. Fanprojekt bahkan pernah membuat program untuk berkunjung ke museum bersama dengan supporter muda dan kelompok Ultras. Ultras tidak merasa atau dicap sebagai kelompok eksklusif.

Fanprojekt adalah pihak yang sering berinteraksi dengan kelompok Ultras di Jerman. Mereka mengikuti bagaimana aktivitas Ultras berlangsung, mulai dari kegiatan koreografi, rapat, penyelenggaraan program, hingga nongkrong-nongkrong. Secara garis besar, Fanprojekt melihat bahwa meskipun Ultras diidentikan dengan berbagai persepsi negatif, mereka juga memiliki nilai-nilai positif yang dominan. Mereka juga mampu memicu terbentuknya fascine yang damai di Freiburg. Mereka memang pernah terlibat perkelahian dengan kelompok Ultras lain dari luar kota Freiburg, namun hal itu dipercaya sebagai kesalahpahaman semata.

Persepsi Die Fangemeinschaft terhadap Ultras[sunting | sunting sumber]

Die Fangemeinschaft[6] merupakan terjemahan dari kata “paguyuban supporter”. Die Fangemeinschaft adalah sebuah institusi yang menjadi perpanjangan tangan dari klub yang bertugas untuk menghimpun kelompok supporter yang mendukung SC Freiburg. Dalam praktiknya, Die Fangemeinschaft bekerja untuk menghubungkan klub sepak bola dengan supporter bola terutama yang berkaitan dengan hal-hal teknis seperti mengkoordinir dan menginformasikan banyak atribut (bendera, drum, kostum, dan lain-lain, membatasi siapa yang boleh masuk dan siapa yang tidak boleh masuk ke dalam stadion, mengakses tiker pertandingan SC Freiburg, maupun mengurus masalah individu baru yang ingin bergabung menjadi anggota supporter.

Mengingat pekerjaan Die Fangemeinschaft menyentuh ranah-ranah teknis seperti yang telah dijelaskan di atas, tak ayal membuat mereka banyak bersentuhan langsung dengan kelompok Ultras di Jerman. Die Fangemeinschaft berpendapat bahwa, kelompok Ultras beranggotakan individu-individu yang masih muda, yaitu berusia 20 tahun ke atas. Mereka sangat bersemangat bahkan cenderung ekstrem dalam mendukung klub sepak bola mereka. Meskipun demikian, kelompok Ultras sebagai kelompok supporter bola dinilai sangat sportif. Menurut Die Fangemeinschaft, hal itu dinilai sebagai pengaruh dari sikap liberal dan keterbukaan yang mereka miliki.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Pratama, Aditya Rizki. 2017. Diskriminasi dan Rasisme dalam Sepakbola: Sebuah Gerakan Perlawanan Kelompok Ultrasi di Freiburg, Jerman. Skripsi. Program Studi Antropologi Universitas Gadjah Mada
  2. ^ Dewi, Ayu Shinta. 1994. "Konstruksi Identitas Subkultur Komunitas Suporter Sepakbola: Studi Kasus Brigata Curva Sud PSS Sleman". Tesis. Pascasarjana Program Studi Kajian Budaya dan Media Universitas Gadjah Mada
  3. ^ Podaliri, C dab Christopher Balestri. 1998. The Ultras, Racism, and Football Culture in Italy dalam Brown, Ada Fanatics!, Power, Identity, and Fandom in Football. London: Routledge
  4. ^ Louis, Sebastien. 2013. Mentalitas Ultras: The Perspective of the Ultras Domination on Europe Football Fans. Paper dalam From Habermas to Fanblog: Exploring the Public Sphere of European Football Conference, 24 April 2014
  5. ^ "Fanprojekt ERC Ingolstadt". Fanprojekt ERC Ingolstadt (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2017-11-11. 
  6. ^ Stefanius. "SC Freiburg Fangemeinschaft". www.fangemeinschaft.de. Diakses tanggal 2017-11-11.