Kalayawana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kalayawana
काालयावन
Ilustrasi Kalayawana (tengah) menantang Kresna.
Ilustrasi Kalayawana (tengah) menantang Kresna.
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaKalayawana
Ejaan Dewanagariकाालयावन
Ejaan IASTKālayāvana
Kitab referensiBhagawatapurana
Kediamankerajaan Yawana
Golonganraksasa
SukuYawana
AyahGangia

Dalam mitologi Hindu, Kalayawana (Dewanagari: काालयावन; ,IASTKālayāvana, काालयावन) adalah nama seorang asura/raksasa. Ia merupakan putra seorang brahmana bernama Gangia, dan diangkat menjadi raja para Yawana. Ia merupakan salah satu musuh Kresna yang kerap menggempur Mathura, kediaman Kresna (selain Sala dan Jarasanda). Dalam Bhagawatapurana dikisahkan bahwa ia tewas terbakar oleh api kemarahan Raja Mucukunda.

Riwayat[sunting | sunting sumber]

Pasukan Kalayawana mengepung Mathura. Ilustrasi dari naskah Bhagawatapurana, kini disimpan di Museum Brooklyn.

Kelahiran[sunting | sunting sumber]

Dalam Bhagawatapurana diceritakan bahwa Kalayawana merupakan anugrah para dewa kepada Gangia. Pada mulanya Gangia dihina oleh para Yadawa. Untuk membalas dendam kepada para Yadawa, Gangia melakukan tapa di pesisir samudra selatan. Ia melakukan tapa dengan sangat khusyuk selama 12 tahun. Selama bertapa, ia hanya makan bijih besi dan debu baja. Para dewa pun berkenan atas tapa yang dilakukannya. Akhirnya para dewa mengabulkan keinginan Gangia, yaitu memiliki seorang anak yang mampu mengalahkan para Yadawa. Anak tersebut bertubuh hitam (dalam bahasa Sanskerta, kala berarti "hitam"). Pada saat itu, raja para Yawana tidak memiliki anak. Maka anak bertubuh hitam tersebut diberikan kepada sang raja. Akhirnya anak itu disebut Kalayawana. Setelah dewasa ia menggantikan ayahnya, menjadi raja para Yawana.

Peperangan[sunting | sunting sumber]

Untuk menambah kemahsyurannya, ia berperang dengan raja-raja sakti. Kalayawana bertanya kepada Narada—seorang pengelana bijaksana—tentang keberadaan para raja yang sakti. Setelah tahu bahwa sebagian besar raja yang sakti berasal dari golongan Yadawa, maka ia mengerahkan pasukan raksasanya menuju Mathura, salah satu pusat pemerintahan para Yadawa. Ia mengumpulkan ribuan gajah, kuda, dan kereta untuk menggempur Mathura.

Pada saat itu, Kresna—pemimpin para Yadawa—sibuk mengatur kotanya sebab kaumnya sedang berada dalam masa-masa peperangan dengan Raja Jarasanda dari Magadha. Setelah menerima tantangan dari Kalayawana, ia menjadi bingung sebab ada dua kekuatan yang akan menyerang kotanya, yaitu pasukan Jarasanda dan pasukan Kalayawana. Apabila ia menyerang Kalayawana terlebih dahulu, maka Jarasanda akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang. Sebaliknya apabila ia bertarung dengan Jarasanda terlebih dahulu, maka Kalayawana akan menyerang para Yadawa yang lelah setelah berperang dengan Jarasanda. Akhirnya Kresna memutuskan untuk mengungsikan para Yadawa di sebuah kota baru di pinggir lautan. Kota tersebut berdiri megah dan dikelilingi tembok yang kokoh. Kota itu disebut Dwaraka.

Kematian[sunting | sunting sumber]

Setelah mengungsikan rakyatnya, Kresna maju sendirian ke hadapan Kalayawana untuk menyatakan perang. Kehadiran Kresna dan pernyataan perang telah membuat Kalayawana bersemangat. Dengan cerdik, Kresna berlari ke sebuah gua, tempat seorang raja yang bernama Mucukunda beristirahat di sana. Kalayawana ikut masuk ke dalam gua untuk mengejar Kresna. Dalam gua yang gelap gulita, ia merasa ada tubuh manusia yang berbaring. Ia mengira bahwa orang itu adalah Kresna yang bersembunyi, sehingga orang itu ditendangnya, tanpa mengetahui bahwa itu adalah Mucukunda yang sedang tidur. Karena merasa tidurnya diganggu, ia memandang Kalayawana dengan sorot mata penuh kemarahan. Kemarahan Mucukunda membuat Kalayawana terbakar hingga menjadi abu.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Sister Nivedita & Ananda K. Coomaraswamy (2001), Myths and Legends of the Hindus and Bhuddhists, Kolkata, ISBN 81-7505-197-3 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]