Basilius dari Kaisarea: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 30: | Baris 30: | ||
Karena kecerdasannya sebagai guru retorika, ia menjadi sombong.<ref name="Riwayat"/> Setelah saudara perempuannya mengingatkan dia mengenai kesombongannya, ia bertobat dan [[baptis|dibaptiskan]].<ref name="Riwayat"/> Setelah itu, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru retorika dan melakukan perjalanan ke [[Mesir]], [[Siria]] dan [[Palestina]] untuk belajar kehidupan bertapa.<ref name="Riwayat"/> Kemudian, ia kembali ke negerinya dan membagi-bagikan kekayaannya pada orang miskin karena merasa tertarik dengan kehidupan para pertapa.<ref name="Riwayat"/> Ia lalu pergi ke tempat yang sunyi di [[Pontus]] dan mengajar di sana.<ref name="Riwayat"/> Dalam khotbah-khotbahnya, ia selalu menegaskan prinsip-prinsip sosial.<ref name="Riwayat"/> Ia berpendapat bahwa semua orang diciptakan [[Allah]] dan dikasihi Allah.<ref name="Riwayat"/> Oleh karena itu, semua orang pada dasarnya sama dan memiliki martabat yang sama.<ref name="Riwayat"/> |
Karena kecerdasannya sebagai guru retorika, ia menjadi sombong.<ref name="Riwayat"/> Setelah saudara perempuannya mengingatkan dia mengenai kesombongannya, ia bertobat dan [[baptis|dibaptiskan]].<ref name="Riwayat"/> Setelah itu, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru retorika dan melakukan perjalanan ke [[Mesir]], [[Siria]] dan [[Palestina]] untuk belajar kehidupan bertapa.<ref name="Riwayat"/> Kemudian, ia kembali ke negerinya dan membagi-bagikan kekayaannya pada orang miskin karena merasa tertarik dengan kehidupan para pertapa.<ref name="Riwayat"/> Ia lalu pergi ke tempat yang sunyi di [[Pontus]] dan mengajar di sana.<ref name="Riwayat"/> Dalam khotbah-khotbahnya, ia selalu menegaskan prinsip-prinsip sosial.<ref name="Riwayat"/> Ia berpendapat bahwa semua orang diciptakan [[Allah]] dan dikasihi Allah.<ref name="Riwayat"/> Oleh karena itu, semua orang pada dasarnya sama dan memiliki martabat yang sama.<ref name="Riwayat"/> |
||
Pada tahun [[364]], ia diangkat menjadi seorang [[presbiter]] di [[Kaisarea]] dan ditahbiskan menjadi [[uskup]] di tempat yang sama pada tahun [[370]].<ref name="Riwayat"/> Pada masa ini, Basil terus berjuang untuk melawan [[Arianisme]] yang mencoba mengambil alih Kappadokia sebagai salah satu dari wilayah mereka.<ref name="Riwayat"/> |
|||
Ia meninggal pada tahun [[379]].<ref name="Riwayat"/> Salah satu peninggalannya bagi [[Gereja Timur]] adalah liturgi yang masih dipergunakan oleh [[Chrysostomus]].<ref name="Riwayat"/> |
|||
==Lihat juga== |
|||
* [[Protestan]] |
|||
* [[Katolik Roma]] |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 4 April 2011 12.45
Santo Basil yang Agung | |
---|---|
Usukup, Hirark Agung | |
Lahir | Kaesarea, Cappadocia, |
Meninggal | 1 Januari 379 Kaesarea, Cappadocia, Asia Kecil |
Dihormati di | Kekristenan Barat dan Timur |
Pesta | 1 Januari dan 30 Januari |
Basil dari Kaesarea, juga dijuluki Santo Basil yang Agung, (330[1] – January 1, 379) (Yunani: Άγιος Βασίλειος ο Μέγας) adalah seorang teolog sekaligus Bapa Gereja pada abad ke-4.[2]
Basil dilahirkan di Kaisaria, Kappadokia dalam sebuah keluarga yang kaya dan saleh.[2] Ia adalah anak sulung dalam keluarga tersebut dan memiliki kondisi fisik yang lemah.[2] Seluruh keluarganya giat dalam bidang kegerejaan.[2] Bahkan, ia dan dua saudara laki-lakinya menjadi uskup, yakni Gregorius dari Nissa dan Petrus dari Sebaste.[2]
Basil menerima pendidikan dasarnya dari ayahnya sendiri karena ayahnya adalah seorang guru retorika.[2] Kemudian, ia pergi ke Konstantinopel dan belajar pada Libanus, seorang guru retorika yang terkemuka pada masa itu.[2] Setelah itu, ia pergi ke Athena untuk mempelajari retorika, matematika, dan filsafat.[2] Ia belajar filsafat pada kelompok Sofis, yakni kepada Himerius dan Proaeresius.[2] Setelah itu, ia kembali ke Kappadokia dan mengajar retorika selama beberapa waktu.[2]
Karena kecerdasannya sebagai guru retorika, ia menjadi sombong.[2] Setelah saudara perempuannya mengingatkan dia mengenai kesombongannya, ia bertobat dan dibaptiskan.[2] Setelah itu, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru retorika dan melakukan perjalanan ke Mesir, Siria dan Palestina untuk belajar kehidupan bertapa.[2] Kemudian, ia kembali ke negerinya dan membagi-bagikan kekayaannya pada orang miskin karena merasa tertarik dengan kehidupan para pertapa.[2] Ia lalu pergi ke tempat yang sunyi di Pontus dan mengajar di sana.[2] Dalam khotbah-khotbahnya, ia selalu menegaskan prinsip-prinsip sosial.[2] Ia berpendapat bahwa semua orang diciptakan Allah dan dikasihi Allah.[2] Oleh karena itu, semua orang pada dasarnya sama dan memiliki martabat yang sama.[2]
Pada tahun 364, ia diangkat menjadi seorang presbiter di Kaisarea dan ditahbiskan menjadi uskup di tempat yang sama pada tahun 370.[2] Pada masa ini, Basil terus berjuang untuk melawan Arianisme yang mencoba mengambil alih Kappadokia sebagai salah satu dari wilayah mereka.[2]
Ia meninggal pada tahun 379.[2] Salah satu peninggalannya bagi Gereja Timur adalah liturgi yang masih dipergunakan oleh Chrysostomus.[2]
Lihat juga
Referensi
Pranala luar
- Christian Classics Ethereal Library, Early Church Fathers, Series II, Vol. VIII contains the treatise On the Holy Spirit, the Hexaemeron, some of the homilies and the letters
- St. Basil the Great in English and Greek, Select Resources
- Basil the Great article from Orthodox Wikipedia has a slightly longer article on St. Basil
- The Heritage of the Holy Fathers has a more complete collection of his homilies (and some other works, but only a few of his letters)—in Russian
- Excerpts from Basil the Great
- Catholic Online: St. Basil the Great
- Catholic Encyclopedia: St. Basil the Great
- American Catholic: St. Basil the Great
- Basil of Caesarea and His Influence on Monastic Mission benedictines.org.uk
- Preface to the Asketikon English translation by Oxford University Press
- St. Basil the Great the Archbishop of Caesarea, in Cappadocia Orthodox icon and synaxarion