Suku Tengger: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
JayaGood (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
JayaGood (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16: Baris 16:
* ''Tengger'' berarti berdiri tegak atau berdiam tanpa gerak, yang melambangkan watak orang Tengger yang berbudi pekerti luhur, yang harus tercermin dalam segala aspek kehidupan.
* ''Tengger'' berarti berdiri tegak atau berdiam tanpa gerak, yang melambangkan watak orang Tengger yang berbudi pekerti luhur, yang harus tercermin dalam segala aspek kehidupan.
* ''Tengger'' bermakna pegunungan, yang sesuai dengan daerah kediaman suku Tengger.
* ''Tengger'' bermakna pegunungan, yang sesuai dengan daerah kediaman suku Tengger.
* ''Tengger'' berasal dari gabungan nama leluhur suku Tengger, yakni Roro An'''teng''' dan Joko Se'''ger'''.
* ''Tengger'' berasal dari gabungan nama leluhur suku Tengger, yakni Rara An'''teng''' dan Jaka Se'''ger'''.


== Agama ==
== Agama ==
Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama [[Hindu]]. Penduduk suku Tengger diyakini merupakan keturunan langsung dari [[Kerajaan Majapahit]]. Nama ''Tengger'' berasal dari [[legenda]] [[Roro Anteng]] dan [[Joko Seger]] yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger".
Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama [[Hindu]]. Penduduk suku Tengger diyakini merupakan keturunan langsung dari [[Kerajaan Majapahit]]. Nama ''Tengger'' berasal dari [[legenda]] [[Rara Anteng]] dan [[Jaka Seger]] yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Rara An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Jaka Se-"ger".


Perasaan sebagai satu saudara dan satu keturunan Roro Anteng-Joko Seger inilah yang menyebabkan suku Tengger tidak menerapkan sistem kasta dalam kehidupan sehari-hari.
Perasaan sebagai satu saudara dan satu keturunan Rara Anteng-Jaka Seger inilah yang menyebabkan suku Tengger tidak menerapkan sistem kasta dalam kehidupan sehari-hari.


== Budaya ==
== Budaya ==

Revisi per 21 September 2015 09.09

Suku Tengger
Pendeta Tengger pada masa Hindia Belanda
Pendeta Tengger pada masa Hindia Belanda
Daerah dengan populasi signifikan
Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur
Bahasa
Bahasa Jawa Tengger
Agama
Sebagian besar Hindu dan minoritas beragama Islam, Buddha, dan Kristen.
Kelompok etnik terkait
suku Jawa, Suku Bali

Suku Tengger (IPA: /tənggər/) adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur, Indonesia. Penduduk suku Tengger menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang. Suku Tengger merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010.[1]

Asal nama

Ada 3 teori yang menjelaskan asal nama Tengger:

  • Tengger berarti berdiri tegak atau berdiam tanpa gerak, yang melambangkan watak orang Tengger yang berbudi pekerti luhur, yang harus tercermin dalam segala aspek kehidupan.
  • Tengger bermakna pegunungan, yang sesuai dengan daerah kediaman suku Tengger.
  • Tengger berasal dari gabungan nama leluhur suku Tengger, yakni Rara Anteng dan Jaka Seger.

Agama

Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama Hindu. Penduduk suku Tengger diyakini merupakan keturunan langsung dari Kerajaan Majapahit. Nama Tengger berasal dari legenda Rara Anteng dan Jaka Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Rara An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Jaka Se-"ger".

Perasaan sebagai satu saudara dan satu keturunan Rara Anteng-Jaka Seger inilah yang menyebabkan suku Tengger tidak menerapkan sistem kasta dalam kehidupan sehari-hari.

Budaya

Bagi suku Tengger, Gunung Bromo atau Gunung Brahma dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.

Upacara adat lain yang diamalkan masyarakat Tengger adalah unan-unan, leliwet, entas-entas, dll.

Lihat pula

Rujukan