Hubungan Jepang dengan Uni Eropa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hubungan Uni Eropa-Jepang
Peta memperlihatkan lokasiEuropean Union and Japan

Uni Eropa

Jepang

Hubungan Jepang dan Uni Eropa terdiri dari berbagai macam hal, mulai dari ekonomi, pendidikan, politik, pertahanan, hingga teknologi. Bersama dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang menjalin hubungan Trilateralism, dengan sistem penguatan kerja sama antar masing-masing sisi yang seimbang, baik Amerika Serikat-Uni Eropa, Amerika Serikat-Jepang, maupun Uni Eropa-Jepang.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Hubungan Jepang dan Uni Eropa diawali pada tahun 1959, duta besar Jepang di Belgia tercatat sebagai wakil Jepang pertama dalam Komisi Eropa(tahun 1993 menjadi Uni Eropa).[2] Pada tahun 1964, Jepang bergabung menjadi anggota OECD sebagai wakil Asia yang pertama[3][4] dan membuka pintu kerja sama yang lebih baik dengan Komisi Eropa, yang saat itu bertindak sebagai pengamat OECD. Krisis minyak pada tahun 1973, mendorong terbentuknya Library Group(kemudian menjadi G7), yang secara tidak langsung memberikan pengaruh Jepang yang signifikan pada Eropa, pasca Perang Dunia II. Hingga dibentuklah delegasi Eropa di Tokyo pada tahun 1974.[5] Kerja sama Jepang dan Uni Eropa menjadi semakin erat pada tahun 1980,[6] dan terus berkembang hingga pada 1984 untuk pertama kalinya diadakan Japan-EU Ministerial Meeting di Brussels. Dan pada 18 Juli 1991, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi pertama antara Komisi Eropa dan Jepang di Den Haag.[7]

Kerja sama[sunting | sunting sumber]

Politik[sunting | sunting sumber]

Bersama-sama Uni Eropa dan Jepang bekerja sama untuk mengatasi berbagai macam tantangan global, seperti: perekonomian dunia, teroris, isu-isu global, sumber daya, perubahan iklim, dan lain-lain. Kerja sama tersebut dibuktikan dalam forum internasional dan multilateral seperti Perserikatan Bangsa-bangsa, Organisasi Perdagangan Dunia, dan G7. Ruang lingkup hubungan keseluruhan telah meluas dalam beberapa tahun terakhir dan sekarang jauh melampaui fokus yang sebelumnya direncanakan pada tahun 1970-an dan 1980-an, terutama dibidang perdagangan dan investasi.

Di Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa-Jepang ke-20 yang diadakan pada Mei 2011, ke-dua pemimpin memutuskan untuk memulai perundingan perumusan perjanjian yang mengikat secara hukum yang meliputi tidak hanya politik dan kebijakan, tetapi juga kerja sama dalam tantangan regional dan global, termasuk lingkungan dan perubahan iklim, kebijakan pembangunan dan bantuan bencana, dan kebijakan keamanan(Strategic Partnership Agreement). Pada Maret 2013 perundingan dimulai, dan sejak saat itu tiga belas perundingan telah dilakukan.

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Produk domestik bruto Uni Eropa dan Jepang yang mencapai 24% dari jumlah produk domestik bruto dunia, membuat Uni Eropa dan Jepang menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia. Akan tetapi beberapa negara di Uni Eropa masih merasa 'canggung' dalam melakukan perdagangan dan investasi di Jepang. Untuk mengatasi hal tersebut, diciptakanlah beberapa fasilitas, yaitu:

  • Executive Training Programme.[8]
  • EU-Japan Centre for Industrial Cooperation.[9]
  • EU-Japan Business Round Table.[10]
  • European Business Council.[11]
  • EU Green Gateway to Japan Programme.[12]


Pada Maret 2013, Uni Eropa dan Jepang memutuskan untuk memulai perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas(Free Trade Agreements). Delapan belas pertemuan diselenggarakan guna merumuskan rancangan Perjanjian Perdagangan Bebas. Hingga pada 8 Desember 2017 Uni Eropa dan Jepang menyetujui akhir dari perumusan kerangka Perjanjian Perdagangan Bebas.[13] Yang menggaris bawahi sektor penting dalam perdagangan ke-dua belah pihak yaitu penyederhanaan tarif bea cukai, dan menghilangkan hambatan dagang.[14]

Perdagangan barang[sunting | sunting sumber]

Eksport Uni Eropa ke Jepang 2016

Jepang merupakan pasar eksport terbesar ke-6 Uni Eropa(3.2% pada 2017, dengan nilai lebih dari ₤60 miliar). Eksport Uni Eropa ke Jepang sebagian besar berasal dari mesin-mesin, dan alat transportasi(37%), dan bahan-bahan kimia(25%).

Import Uni Eropa dari Jepang 2016

Jepang juga merupakan pasar import terbesar ke-7 Uni Eropa(3.7% pada 2017, dengan nilai lebih dari ₤68 miliar). Eksport Jepang ke Uni Eropa didominasi oleh mesin-mesin, dan alat-alat transportasi(65%), dan bahan kimia(10%). Sedangkan Uni Eropa merupakan pasar perdagangan terbesar ke-3 bagi Jepang(11.6% untuk import, 11.1% untuk eksport).[15]

Perdagangan\Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Uni Eropa ke Jepang(miliar ₤) 43.742 42.39 35.978 43.984 49.075 55.663 54.016 53.318 56.538 58.028 60.493
Jepang ke Uni Eropa(miliar ₤) 79.259 76.474 58.44 67.302 70.583 64.999 56.62 56.535 59.844 66.665 68.88
Neraca(miliar ₤) -35.518 -34.084 -22.462 -23.318 -21.508 -9.336 -2.604 -3.217 -3.306 -8.638 -8.387

Perdagangan jasa[sunting | sunting sumber]

Sementara untuk perdagangan dalam hal jasa, eksport ke Jepang bertumbuh dari ₤28 miliar pada tahun 2015 menjadi ₤31 miliar di 2016. Dan untuk import ke Uni Eropa dari Jepang bertumbuh dari ₤16 miliar pada tahun 2015 menjadi ₤18 miliar di 2016.[16]

Perdagangan\Tahun 2013 2014 2015 2016
Uni Eropa ke Jepang(miliar ₤) 24.4 24.9 27.6 31
Jepang ke Uni Eropa(miliar ₤) 14.7 15.1 16.1 18
Neraca(miliar ₤) 9.7 9.8 11.6 13

Investasi[sunting | sunting sumber]

Memperbesar laju investasi antara Uni Eropa dan Jepang telah menjadi bahan diskusi utama dalam perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas.[16] Ketentuan perlindungan investasi dalam Perjanjian Perdagangan Bebas akan mendorong investasi dengan menjamin bahwa pemerintah akan memperlakukan investasi antara Uni Eropa dan Jepang sejalan dengan beberapa prinsip dasar yang melarang:

  • diskriminasi
  • pengambilalihan investasi asing tanpa kompensasi
  • penolakan keadilan kepada investor asing di pengadilan domestik
  • perlakuan kasar atau sewenang-wenang terhadap investor Uni Eropa dan Jepang di wilayah masing-masing.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Uni Eropa dan Jepang memiliki sejarah yang panjang dalam kerja samanya dibidang pendidikan. Berbagai program diciptakan untuk memfasilitasi orang-orang dari negara-negara di Uni Eropa untuk belajar di Jepang, maupun sebaliknya, seperti ERASMUS dan MIRAI.[16] Program-program tersebut diciptakan sebagai wadah untuk saling bertukar kebudayaan, meningkatkan pemahaman antar negara, dan membangun jaringan yang kuat antara pemimpin masa depan.

Lembaga Uni Eropa yang diprakarsai Jepang, berjalan dengan sangat baik dari 2004-2017 sehingga dapat mempromosikan kerja sama akademis antara Jepang dan Eropa dalam ilmu politik, hukum, ekonomi, lingkungan dan kedokteran. Didirikan mata kuliah terkait Uni Eropa, dengan beasiswa tersedia bagi mahasiswa sarjana dan pascasarjana. Kunjungan para profesor dari Eropa untuk memberikan kuliah khusus di universitas Jepang.

Pertahanan[sunting | sunting sumber]

Menjaga keamanan dan perdamaian dunia menjadi tujuan bersama Uni Eropa an Jepang sejak awal, dapat dipastikan dari upaya dalam mencegah terorisme, mencegah pembalakan liar, dan mencegah perdagangan senjata, juga pengamanan akan peretasan jaringan.[17]

Sains dan Teknologi[sunting | sunting sumber]

Kerja sama dengan Jepang dibidang sains dan teknologi menjadi prioritas bagi Uni Eropa. Partisipasi Jepang dalam proyek-proyek HORIZON 2020, MARIE SKLODOWSKA-CURIE ACTIONS, EIG CONCERT-Japan, dan European Research Council sangat disambut baik Uni Eropa.[16]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Berkofsky, A. 2007. The EU and Japan: a partnership in the making. Brussels: European Policy Centre
  2. ^ Frattolillo, O. (2013, June 26). Diplomacy in Japan-EU Relations. Oxon: Routledge
  3. ^ OECD. 2017. History of OECD. Retrieved June 2, 2018 from: http://www.oecd.org/about/history/
  4. ^ Hosoya, Y. 2012. The evolution of the EU-Japan relationship:towards a 'normative partnership'?. Japan: Routledge
  5. ^ Watanabe, H. (2016, March 30). Japan-Europe Relations at the Multilateral Level. Retrieved June 2, 2018 from JIIA: https://www2.jiia.or.jp/en/pdf/digital_library/japan_s_diplomacy/160330_Hirotaka_Watanabe.pdf
  6. ^ Frontini, A. (2016, February 12). Japan is back: Is Europe ready?. Retrieved June 2, 2018 from: https://euobserver.com/
  7. ^ Europe-Japan. 2014. EU-Japan summit meetings. Retrieved from: https://eu-japan.com/eu-japan-agreements/eu-japan-summit-meetings/
  8. ^ ETP. 2014. Executive Training Programme Japan/Korea. Retrieved from: http://www.euetp.eu
  9. ^ EU-Japan. 2018. EU-Japan Centre for Industrial Cooperation. Retrieved from: http://www.eu-japan.eu
  10. ^ EU-Japan. 2018. EU-Japan Business Round Table. Retrieved from: http://www.eu-japan-brt.eu
  11. ^ EBC. 2018. European Business Council in Japan. Retrieved from: http://www.ebc-jp.com
  12. ^ EU Gateway. 2018. EU Gateway to Japan. Retrieved from: http://www.eu-green-gateway.jp
  13. ^ Ministry of Finance Japan. 2017. Japan-EU EPA. Retrieved from: https://www.mofa.go.jp/files/000013835.pdf
  14. ^ European Commission. 2018. EU-Japan Economic Partnership Agreement: texts of the agreement. Retrieved from: http://trade.ec.europa.eu/doclib/press/index.cfm?id=1684
  15. ^ EC. 2018. Japan Trade Statistics. Retrieved from: http://trade.ec.europa.eu/doclib/cfm/doclib_section.cfm?sec=127
  16. ^ a b c d Delegations of the European Union to Japan. 2017. Japan and the EU. Retrieved from: https://eeas.europa.eu/delegations/japan/18690/japan-and-eu_en
  17. ^ Ministry of Foreign Affairs Japan. 2016. Japan-EU Relations. Retrieved from: https://www.mofa.go.jp/files/000033265.pdf