Hadis tentang perempuan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Hadis tentang perempuan adalah segala jenis hadis yang membahas tentang perempuan. Di dalam hadis umumnya perempuan dijelaskan menggunakan perumpamaan. Kekeliruan dalam memahami hadis mengenai perempuan menghasilkan bias gender yang dikenal sebagai hadis misoginis.

Jenis[sunting | sunting sumber]

Hadis pernikahan[sunting | sunting sumber]

Hadis dalam kaitan dengan pernikahan berperan menjelaskan tentang perempuan-perempuan lain yang menjadi mahram. Keberadaan hadis ini melengkapi status perempuan yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an yaitu pada Surah An-Nisa' ayat 23. Dalam ayat ini hanya disebutkan yang termasuk mahram meliputi ibu kandung, anak perempuan, saudara perempuan, saudara perempuan ayah dan saudara perempuan ibu, Kemudian dilanjutkan lagi dengan anak perempuan dari saudara laki-laki dan anak perempuan dari saudara perempuan. Mahram lain yang disebutkan berikutnya ialah ibu yang menyusui, saudara sesusuan, ibu mertua, anak perempuan dari istri dan anak menantu. Saudari kandung istri juga menjadi mahram dalam kondisi ingin dinikahi sekaligus. Tambahan dari hadis untuk mahram ini adalah pernikahan dengan seorang perempuan bersama dengan bibinya.[1]

Perumpamaan[sunting | sunting sumber]

Beberapa hadis menyatakan perempuan dalam bentuk perumpamaan. Misalnya, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, mengumpakan perempuan sebagai botol yang perlu berhati-hati atasnya. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim juga menyebutkan bahwa penciptaan perempuan berasal dari tulang rusuk.[2]

Kekeliruan[sunting | sunting sumber]

Hadis misoginis[sunting | sunting sumber]

Hadis misoginis diartikan sebagai hadis yang memberikan kesan diskriminasi terhadap perempuan sehingga dapat menimbulkan pemahaman yang bias gender. Pemahaman bias gender ini terjadi karena redaksi dari hadis-hadis yang membicarakan tentang perempuan sebagai objeknya. Kesan diskriminasi pada redaksi hadis tidak berkaitan dengan kebencian terhadap perempuan, karena Nabi Muhammad tidak membenci perempuan. Namun, tuntutan kondisi ketika hadis disampaikan membuat timbulnya kesan diskriminasi.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ansori, Ibnu Hajar (September 2019). Zuhdi, Muhammad, ed. Hadis Ma'lul (PDF). Kediri: IAIN Kediri Press. hlm. 13. ISBN 978-602-8167-97-0. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-02-01. Diakses tanggal 2023-02-01. 
  2. ^ Sirin, Muhammad Ibnu (2018). Tafsir Mimpi menurut Al-Qur'an dan as-Sunnah. Diterjemahkan oleh Syihabuddin dan Sopian, A. Depok: Gema Insani. hlm. 3. ISBN 978-602-250-563-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-12. Diakses tanggal 2023-02-01. 
  3. ^ Muhtador, Mohamad (2017). "Analisis Gender: Membaca Perempuan Dalam Hadis Misoginis (Usaha Kontekstualisasi Nilai Kemanusiaan)" (PDF). Buana Gender. 2 (1): 61. ISSN 2527-8096. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-02-01. Diakses tanggal 2023-02-01.