Fauna Kalimantan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Orangutan (Pongo pygmaeus) adalah salah satu hewan ikonik dari Kalimantan, dan menjadi lambang konservasi hutan hujan di Asia Tenggara.

Pulau Kalimantan menjadi pulau terbesar ketiga di dunia. Pada masa prasejarah, pulau ini terhubung ke Asia daratan utama karena perubahan iklim dan geologis. Selama zaman es terakhir di Pleistosen dan Holosen, perpisahan Kalimantan dari Asia daratan utama menyebabkan kepunahan dan spesiasi fauna di pulau tersebut,

Kompleksitas tinggi dari hutan hujan tropis Kalimantan telah membuat banyak relung-relung yang mengakomodasi keanekaragaman hayati fauna yang kaya. Beberapa fauna terspesialisasi dan beberapa lainnya hidup bersamaan dengan memiliki pemisahan relung untuk menghindari kompetisi inter- dan intra-spesifik pada habitat yang sama. Pemisahan ekologis dapat berwujud serikat cara makan yang berbeda, perpisahan relung dengan stratifikasi hutan hujan secara vertikal, dan strategi pemanfaatan berbeda dengan cara menjadi diurnal atau nokturnal. Sebagai contoh, fauna vertebrata (burung dan mamalia) dapat dipecah menjadi enam komunitas berbeda bedasarkan stratifikasi vertikal hutan hujan. Pertama, mamalia kecil dan burung memanfaatkan area tanah dan bawah tanah. Kedua, herbivora dan karnivora besar menggunakan dataran hutan hujan untuk mencari tempat berlindung, kawin dan mencari makan. Ketiga, mamalia omnivor dan karnivor naik turun batang pohon dari dasar hutan ke tingkat kanopi. Keempat, mamalia yang dapat terbang seperti kelelawar, dan burung, menggunakan tingkat kanopi tengah. Kelima adalah burung kanopi atas, serangga, dan mamalia yang memakan daun, buah dan nektar. Keenam adalah burung dan kelelawar penerbang cepat yang menggunakan area diatas kanopi.

Invertebrata[sunting | sunting sumber]

Terdapat 639 spesies semut, 81 genera dan 8 subfamili Formicidae di Poring Sabah

Vertebrata[sunting | sunting sumber]

Ikan[sunting | sunting sumber]

Terdapat 274 spesies ikan air tawar, dan 149 diantaranya endemik ke Kalimantan.[1]

Amfibi[sunting | sunting sumber]

Hylarana raniceps

Terdapat setidaknya 180 spesies amfibi.[2]

Salah satunya adalah katak kepala-pipih kalimantan, Barbourula kalimantanensis. Katak ini, yang ditemukan di sungai-sungai pegunungan, adalah satu-satunya katak yang tidak memiliki paru-paru.[3]

Reptil[sunting | sunting sumber]

Terdapat 105 spesies kadal dalam 35 genera dan 9 famili, diketahui dari Kalimantan. Sanca kembang adalah ular piton terbesar di Bumi, sekaligus ular terpanjang di dunia, dengan panjang 6 sampai 10 meter.

Burung[sunting | sunting sumber]

Rangkong gading

Kalimantan memiliki beragam jenis spesies burung. Sejarah geologis Kalimantan adalah faktor utama: Isolasi panjang pulau ini, yang selesai pada zaman es terakhir saat Kalimatan terhubung ke dataran utama Asia, mengarah ke kombinasi spesies Asia dan endemik Kalimantan. Terdapat 420 spesies burung, 37 diantaranya endemik ke Kalimantan.[4][5]

Mamalia[sunting | sunting sumber]

Gajah Kalimantan endemik ke pulau Kalimantan

Catatan sejarah hubungan Eropa dengan Kalimantan beserta faunanya dirangkum oleh Lord Medway, yang ia terbitkan pada 1977 melalui Cabang Malaysia Royal Asiatic Society. Terdapat 288 spesies mamalia di Kalimantan, yang didominasi oleh chiroptera (102 spesies kelelawar) dan rodentia (61 spesies tikus). 44 diantaranya endemik ke Kalimantan. Terdapat juga 91 spesies mamalia laut yang tercatat pada wilayah perbatasan Indonesia, Malaysia dan Brunei.

Dampak deforestasi[sunting | sunting sumber]

Dengan marak dan cepatnya penggundulan hutan di Kalimantan, habitat banyak spesies hancur, menyebabkan spesies-spesies tersebut terancam punah seperti orang utan Kalimantan, atau terancam kritis, seperti gajah kalimantan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Nguyen, T.T.T., and S. S. De Silva (2006). "Freshwater Finfish Biodiversity and Conservation: An Asian Perspective", Biodiversity & Conservation 15(11): 3543–3568
  2. ^ "Frogs of Borneo". frogsofborneo.org. Diakses tanggal 2021-06-22. 
  3. ^ Bickford, David; Iskandar, Djoko; Barlian, Anggraini (2008). "A lungless frog discovered on Borneo". Current Biology. 18 (9): R374–R375. doi:10.1016/j.cub.2008.03.010alt=Dapat diakses gratis. PMID 18424139. 
  4. ^ MacKinnon, K; et al. (1998). The Ecology of Kalimantan. London: Oxford University Press. 
  5. ^ Nguyen, T.T.T., and S. S. De Silva (2006). "Freshwater Finfish Biodiversity and Conservation: An Asian Perspective", Biodiversity & Conservation 15(11): 3543–3568

Bacaan[sunting | sunting sumber]

  • MacKinnon K, Hatta G, Halim H, Mangalik A.1998. The ecology of Kalimantan. Oxford University Press, London.
  • Mayr. E. 1944. Wallace's line in the light of recent zoological studies. Quarterly Review of Biology 19:1-14.
  • Medway L. 1971. The Quaternary mammals of Malesia: a review. In Quaternary era in Malaysia. P. Ashton and M. Ashton (eds).
  • Medway L. 1977. Mammals of Borneo: field keys and an annotated checklist. Monographs of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society No.7. Kuala Lumpur.