Ekstraksi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya berupa pelarut organik.

Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:

  • Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.
  • Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun skala industri.
  • Ekstraksi padat-cair (leaching), adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.

Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut[sunting | sunting sumber]

Selektivitas[sunting | sunting sumber]

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktik,terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

Kelarutan[sunting | sunting sumber]

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).

Kemampuan tidak saling bercampur[sunting | sunting sumber]

Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.

Kerapatan[sunting | sunting sumber]

Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, sering kali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

Reaktivitas[sunting | sunting sumber]

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.

Titik didih[sunting | sunting sumber]

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).

Ekstraksi Pelarut[sunting | sunting sumber]

Ekstraksi pelarut menghasilkan sebuah larutan melalui sebuah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya.

Hukum Distribusi atau partisi[sunting | sunting sumber]

Dengan Hukum Distribusi dapat diketahui bahwa zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu. Contohnya bila banyaknya iod diubah-ubah, angka banding konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan dengana syarat temperaturnya konstan.

konsentrasi Iod dalam Karbon disulfida / konsentrasi iod dalam air = C2/C1 = Kd

Kd= dikenal dengan koefisien distribusi atau partisi. Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka suatu temperatur yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut itu. angaka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur.[1]

Penerapan ekstraksi pelarut dalam analisis kualitatif.[1]

  1. Mengeluarkan brom dari iod dari dalam larutan air, bila larutan iod dalam air dikocok dengan karbon disulfida yang terjadi kira-kira 400 kali konsentrasi dalam air.
  2. Berbagai uji dalam analisis kualitatif (i) kromium pentoksida lebih dapat larut dalam amil alkohol(eter) daripada dalam air, dengan mengocok larutan encer dalam air dengan amil alkohol(eter). Diperoleh suatau larutan pekat dengan amil alkohol dan adanya kromat atau hidrogen peoksida yang dinyatakan oleh warna biru.
  3. Studi hidrolisis, terdapat kesetimbangan antara garam, hidrolisis dapar ditulis sebagai garam + air ←→ asam + basa. konsentrasi dapat ditentukan dengan cara distribusi antara air dan pelarut lain, seperti benzena atau klorofrom.
  4. Penentuan susunan ion Halida yang kompleks, iod jauh lebih dapat larut dalam Kallium iodida dalam air. hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion tri iodida

Pengukuran distribusi juga telah dilakukan untuk membuktikan adanya ion tetraaminokuprat (II), dalam suatu larutan air beramoniak dari tembaga sulfida, dengan diperiksannya perisi amonia bebas antara klorofrom dan air.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Svehla, G. 1979. Text Book of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Alih bahasa: Setiono, L. dkk. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka