Deus otiosus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tuhan yang menciptakan dunia sebagian bagian dari konsep deus otiosus

Deus otiosus adalah sebuah konsep tentang Tuhan yang menciptakan dunia dan kemudian membiarkan dunia tersebut berjalan seperti apa adanya.[1][2] Konsep ini menggambarkan Tuhan sebagai pembuat jam.[1] Pembuat jam yang membuat jam lalu membiarkan jam itu berputar sebagaimana cara jam tersebut bekerja.[1] Ketika jam itu rusak maka sang pembuat jam akan membiarkan jam tersebut.[1] Konsep deus otiosus membuat manusia dapat memahami mengapa kejahatan masih berkuasa di dunia.[1] Konsep deus otiosus berhubungan dengan konsep deus absconditus.[1] Konsep deus absconditus adalah konsep yang menggambarkan Tuhan yang tersembunyi.[1] Teolog-teolog Kristen yang mengembangkan konsep ini adalah Thomas Aquinas dan Martin Luther.[1] Mereka melihat bahwa Tuhan yang tersembunyi itu dapat ditemukan dalam Yesus.[1]

Arti dan Makna[sunting | sunting sumber]

Deus otious dalam Bahasa Latin yaitu des osheoses.[3] Dalam Bahasa Inggris, kata ini diterjemahkan dengan inactive God.[3] Dalam Bahasa Indonesia, kata ini dapat diterjemahkan dengan arti Tuhan yang tidak aktif atau ketidakaktifan Tuhan.[3] Ketidakaktifan Tuhan dilihat setelah Tuhan menciptakan dunia.[3] Tuhan menciptakan dunia beserta isinya.[3] Ia juga menciptakan segala bentuk pemerintahan mulai dari kerajaan-kerajaan sampai pada bentuk pemerintahan dalam dunia modern.[3] Setelah menciptakan dunia beserta isinya, Tuhan kemudian menyerahkan kekuasaan kepada para pendahulu atau nenek moyang.[3] Ia juga menyerahkan kekuasaan kepada roh-roh yang ada di dalam dunia ini.[3] Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan dalam menjalankan dunia ini.[3] Nenek moyang manusia serta roh-roh ini merupakan perantara antara Tuhan dengan manusia.[3] Dalam konsep ini, Tuhan juga menahan diri untuk tidak turut campur dalam pergolakan sejarah umat manusia.[3]

Perspektif[sunting | sunting sumber]

Konsep deus otiosus dapat dilihat dari berbagai perspektif.[1] Konsep ini dapat dilihat dari perspektif kaum ateisme.[1] Ateisme merupakan sebuah kepercayaan bahwa tidak ada sosok yang bernama Tuhan dalam dunia ini dan manusia hanya sendiri dalam kosmos.[4] Kaum ateisme memahami bahwa konsep deus otious adalah sebuah alibi untuk memungkinkan penjelasan mengapa kejahatan berkuasa di dunia.[1] Konsep ini juga dapat dilihat dari perspektif kaum deisme.[1] Secara sederhana, Deisme adalah pemahaman yang mengakui bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta.[5] Akan tetapi kaum deisme menolak agama karena ajaran agama tidak didasarkan pada akal dan kenyataan hidup.[5] Bagi kaum deisme, konsep deus otiosus berperan penting dalam kehidupan manusia.[1] Tuhan yang menarik diri ini memberikan kepercayaan diri kepada manusia untuk memelihara dunia.[1] Deisme juga memandang bahwa gambaran Tuhan dalam konsep otiosus memberikan semacam kemandirian moral serta psikologis di dalam diri manusia.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (English) David A. Leeming. 2010. Encyclopedia of psychology and religion. New York: Spring Science. Hlm 233.
  2. ^ (English) Orlando O. Espin. 2007. An Introductory Dictionary of Theology and Religious Studies. Minnesota:Liturgical Press. Hlm 336.
  3. ^ a b c d e f g h i j k (English) Wendy Doniger and others. 1999. Merriam Webster's Encyclopedia of World Religion's. United States of America: Meriam Webster's incorporated. Hlm 288.
  4. ^ Harry Hamersma. 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta:Kanisius. Hlm 27.
  5. ^ a b J.S.Badudu. 2003. Kamus Kata-kata serapan asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hlm 50.