Calon Arang
Calon Arang adalah seorang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad ke-12. Tidak diketahui lagi siapa yang mengarang cerita ini. Salinan teks Latin yang sangat penting berada di Belanda, yaitu dalam Jurnal Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 82 (1926) halaman 110-180.
Kisah
[sunting | sunting sumber]Diceritakan bahwa Calon Arang adalah seorang janda penguasa ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. Ia mempunyai seorang puteri bernama Dyah Ayu Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak dapat mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi puterinya, Calon Arang marah dan ia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda. Gadis tersebut ia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya, banjir besar melanda desa tersebut dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun muncul.
Raja Airlangga mengetahui hal tersebut kemudian meminta bantuan penasehatnya, Empu Baradah untuk mengatasi masalah ini. Empu Baradah lalu mengirimkan seorang muridnya bernama Empu Bahula untuk dinikahkan kepada Dyah Ratna Manggali. Keduanya menikah besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, dan keadaan pun kembali normal.
Calon Arang mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu-ilmu sihir. Pada suatu hari, buku ini berhasil ditemukan oleh Bahula yang menyerahkannya kepada Empu Baradah. Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri, ia menjadi marah dan memutuskan untuk melawan Empu Baradah. Tanpa bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak ia dikalahkan, desa tersebut pun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.
Perkembangan kisah
[sunting | sunting sumber]Cerita ini dapat dibagi dalam beberapa babak:
Prolog
[sunting | sunting sumber]Pada mulanya suasana di wilayah Kerajaan Daha (Kadiri) sangat tenteram. Raja di Daha bernama Erlangga. Di sana hidup seorang janda, yang bernama Calon Arang, yang mempunyai anak yang cantik, yang bernama Ratna Manggali. Mereka berdua tinggal di desa Girah, di wilayah Kerajaan Daha.
Awal Permasalahan
[sunting | sunting sumber]Meskipun cantik, banyak pria di kerajaan tersebut yang tidak mau meminangnya. Ini disebabkan oleh ulah ibunya yang senang menenung. Hal ini menyebabkan kemarahan Calon Arang. Oleh sebab itulah dia membacakan mantra tulah, sehingga muncul mala-petaka dahsyat melanda desa Girah atau Gurah, dan pada akhirnya melanda Daha. Tulah tersebut menyebabkan banyak penduduk daerah tersebut sakit dan mati. Oleh karena tulah tersebut melanda Daha, maka Raja Airlangga marah dan berusaha melawan. Namun kekuatan Raja tidak dapat menandingi kesaktian Calon Arang, sehingga Raja memerintahkan Empu Baradah untuk melawan Calon Arang.
Siasat Empu Baradah
[sunting | sunting sumber]Untuk mengalahkan Calon Arang, Empu Baradah mengambil siasat. Dia memerintahkan muridnya, Bahula, untuk meminang Ratna Manggali. Setelah menjadi menantu Calon Arang, maka Bahula mendapatkan kemudahan untuk mengambil buku mantra Calon Arang dan diberikan kepada Empu Baradah.
Epilog
[sunting | sunting sumber]Setelah bukunya didapatkan oleh Bahula, Calon Arang pun ditaklukkan oleh Empu Baradah.
Analisis
[sunting | sunting sumber]Seringkali di dalam dunia cerita ini hanya disoroti tentang kekejaman dan kejahatan Calon Arang. Dalam perspektif kesejarahan, tokoh Calon Arang atau Rangda dikaitkan dengan tokoh Mahendradatta, ratu Bali dari Jawa, sekaligus ibunda raja Airlangga. Calon Arang digambarkan sebagai nenek sihir yang mempunyai wajah yang seram. Akan tetapi, dewasa ini muncul analisis-analisis yang lebih berpihak kepada Calon Arang. Dia adalah korban masyarakat patriarkal pada zamannya. Cerita Calon Arang merupakan sebuah gambaran sekaligus kritik terhadap diskriminasi kaum wanita.[1]
Media lainnya
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1985, sutradara Indonesia, Sisworo Gautama Putra menyutradarai film Ratu Sakti Calon Arang. Film ini dibintangi oleh Suzanna dan Barry Prima.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Toeti Heraty (2012). Judul Calon Arang (dalam bahasa Indonesia). Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794618332.