Batik Nusa Tenggara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Batik Nusa Tenggara juga berkembang di Wilayah Nusa Tenggara, di Nusa Tenggara Barat (NTB) ada jenis batik Sasambo. Nama ini merupakan gabungan tiga suku yang mendiami NTB, yaitu Sasak (Lombok), Samawa (Sumbawa), dan Mbojo (Bima). Ketiga suku ini bersatu dalam membangun tradisi membatik di Nusa Tenggara Barat. Batik Sasambo dikerjakan dengan menggunakan teknik menempelkan potongan besi panas pada kain untuk melepas bahan lilin yang telah menempel pada kain terlebih dahulu. Motif batik Sasambo yang terkesan abstrak justru menarik, terlihat unik menciptakan estetikanya sendiri yang berbeda dengan batik pada umumnya. Selain batik dengan teknik tersebut di atas, di Nusa Tenggara Barat juga berkembang batik seperti pada umumnya yaitu dengan teknik pelekatan penorehan lilin menggunakan alat canting. Batik Uma Lengge merupakan kreasi batik khas Bima yang terinspirasi dari bangunan lumbung padi adat Bima. Motif Batik Uma Lengge terdiri dari motif pokok Uma Lengge, motif pengisi berupa untaian padi dan aktivitas/tari tradisional. Motif ini mempunyai makna dengan solidaritas masyarakat yang tinggi maka akan lebih mudah menggapai kehidupan yang baik yaitu mapan, makmur, mulia dan sejahtera sehingga bahagia lahir dan batin. Batik yang berkembang di Nusa Tenggara Timur (NTT), berpusat di Kupang.

Batik Kupang[sunting | sunting sumber]

Batik Kupang merupakan diversifikasi produk tekstil dari tradisi tenun yang sudah berkembang lebih dahulu. Teknik batik yang digunakan menggunakan teknik batik pada umumnya yaitu dengan teknik pelekatan penorehan lilin menggunakan alat canting, baik canting tulis, maupun canting cap serta kombinasinya. Batik Kupang yang motifnya mengandung nilai-nilai solidaritas adalah motif Rukun Kupang, Teguh Bersatu, Kuda Sepasang, Kuda Kupang, dan lain sebagainya. Motif-motif batik ini umumnya dikembangkan dari motif geometris dari tenun ikat Kupang. Motif Rukun Kupang menggambarkan kebersamaan dan kegotongroyongan yang menyatukan golongan masyarakat atas dengan masyarakat bawah yang saling menghormati, rukun, bekerjasa sama, saling terkait, saling menopang, saling membantu, saling menolong, dan saling berkontribusi dalam suatu sistem kemasyarakatan. Motif Teguh Bersatu menyimbolkan kekuatan masyarakat karena rasa persatuan adat dan budaya, namun tetap terbuka pada kebaruan yang baik serta menghormati dan toleransi terhadap adat dan budaya yang berbeda. Motif Kuda Sepasang menggambarkan saling mencintai untuk bersama-sama sekuat tenaga membina rumah tangga yang bahagia, dalam masyarakat yang rukun dan bersatu, saling asah asih dan asuh antara suami dan istri, karena rumah tangga yang rukun merupakan pondasi awal solidaritas dan persatuan warga masyarakat. Motif Kuda Kupang melambangkan kebersamaan masyarakat Kupang dalam nuansa kerukunan dan kekeluargaan untuk melestarikan budaya yang membanggakan dengan memanfaatkannya untuk kemakmuran masyarakat dan kejayaan daerah, bangsa, dan negara.[1]

Lihat Juga[sunting | sunting sumber]

Tautan Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Jatra (Jurnal Sejarah dan Budaya), Vol. 13