Ayu Savitri Nurinsiyah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Dr.rer.nat. Ayu Savitri Nurinsiyah M.IL., M.Sc (lahir 2 Maret 1986) merupakan biolog dari Indonesia dalam bidang taksonomi moluska yang terkenal atas penemuan 23 spesies baru keong darat yang merupakan spesies endemik di Pulau Jawa. Nurinsiyah merupakan salah satu peneliti di Pusat Penelitian Biologi yang berafiliasi dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dia mendapatkan penghargaan di tingkat nasional seperti salah satu penerima 75 Ikon Berpretasi Pancasila oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan penghargaan Internasional Tony Whitten Conservation Prize dari Cambridge Conservation Initiative.

Pendidikan dan kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]

Nurinsiyah lahir di Jakarta pada tanggal 2 Maret 1986.[1] Dia memulai pendidikan sarjananya di jurusan Biologi di Universitas Padjajaran pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2008. Dia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar ganda untuk program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran dan Master of Environmental and Energy Management di Universitas Twente.[2] Lalu, Nurinsiyah melanjutkan gelar S-3 nya di Universitas Hamburg dan mendapatkan gelar Magna Cum Laude.[3]

Nurinsiyah menikah dengan Tedi Setiadi dan memiliki dua orang anak bernama M Fikri Nursetiadi dan Yusuf F Nursetiadi.[4]

Karier[sunting | sunting sumber]

Nurinsiyah telah menetap di Belanda, Prancis, Inggris, dan Jerman selama sembilan tahun.[5] Dia juga pernah magang di Natural History Museum di London pada tahun 2011.[1] Setelah pulang ke Indonesia pada tahun 2018, Nurinsiyah menjadi pegawai negeri sipil melalui jalur diaspora dan bergabung di Pusat Penelitian Biologi di LIPI.[3] Pada tahun 2020, Nurinsiyah menjadi ketua Masyarakat Moluska Indonesia.[6]

Penelitian tentang keong darat[sunting | sunting sumber]

Ketertarikan kepada keong darat bermula dari peristiwa ketika saudara sepupunya terkena beling dan mengeluarkan darah. Saat itu, tantenya memerintahkannya untuk mencari bekicot. Dia melihat lendir bekicot yang berasal dari cangkang bekicot yang dipecahkan berhasil menggumpalkan darah dan menghentikan aliran darahnya.[7] Peristiwa ini membuatnya terus penasaran sampai skripsinya juga berkaitan dengan keong darat.[8] Nurinsiyah menemukan enam spesies endemik pertama diterbitkan pada jurnal di dalam jurnal Zootaxa tahun 2017 yang dilakukan bersama Bernhard Hausdorf dari Centrum für Naturkunde.[3] Penelitian tentang keong darat selanjutnya dilakukan pada tahun 2018 dan kembali bekerja sama dengan Hausdorf dan rekan baru dari organisasi yang sama bernama Marco Neiber. Mereka menemukan 16 spesies keong darat endemik baru untuk genus Landouria dan diterbitkan di European Journal of Taxonomy pada tahun 2019.[9] Hasil penelitian ini merevisi hasil penelitian oleh Henry Haversham Godwin-Austen pada tahun 1918.[10]

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Nuinisyah mendapatkan Tony Whitten Concervation Prize dari Cambridge Conservation Initiative atas penelitiannya terhadap keong darat di Pulau Jawa yang menemukan spesies baru yang salah satunya diberi nama sebagai penghormatan terhadap Tony Whitten dengan nama Landouria tonywhitteni pada tahun 2019.[11] Pada tahun yang sama, dia mendapatkan penghargaan L'Oréal-UNESCO For Women in Science Awards atas penelitiannya tentang biodiversitas keong darat yang mampu memecahkan masalah kesehatan.[12] BPIP juga menganugerahi Nurinisiyah sebagai Ikon Berprestasi Pancasila di bidang Sains dan Inovasi.[13]

Spesies yang ditemukan[sunting | sunting sumber]

  1. Dicharax candrakirana.[14]
  2. Diplommatina halimunensis.
  3. Diplommatina kakenca.
  4. Diplommatina ristiae.
  5. Diplommatina heryantoi.
  6. Arinia yanseni[15]
  7. Landouria naggsi
  8. Landouria parahyangensis
  9. Landouria nusakambangensis
  10. Landouria petrukensis
  11. Landouria tholiformis
  12. Landouria madurensis
  13. Landouria abdidalem
  14. Landouria sewuensis
  15. Landouria tonywhitteni
  16. Landouria sukoliloensis
  17. Landouria nodifera
  18. Landouria pacitanensis
  19. Landouria zonifera
  20. Landouria pakidulan
  21. Landouria dharmai
  22. Landouria menorehensis [16]

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Setyorini, Ida (20 Desember 2019). "Ayu Savitri Nurinsiyah, Penemu 22 Keong Endemik Tanah Jawa". Kompas.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-25. Diakses tanggal 7 April 2021. 
  2. ^ "Ayu Savitri Nurinsiyah, Penemu 22 Spesies Keong di Indonesia". biologi-unpad.ac.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 April 2021. 
  3. ^ a b c "Ayu Savitri Nurinsiyah Peneliti Perempuan LIPI, Penemu 23 Spesios Keong Baru". www.biologi.lipi.go.id. 9 Maret 2021. Diakses tanggal 7 April 2021. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Setyorini, Ida (20 Desember 2019). "Dealing with Land Snails". Kompas.id. Diakses tanggal 7 April 2021. 
  5. ^ de Britto, JS (8 Desember 2019). "4 Diaspora Ini Pilih Balik ke Indonesia untuk Membangun Tanah Air". kalderanews.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 April 2021. 
  6. ^ "Peneliti Biologi LIPI Terpilih Menjadi Ketua Masyarakat Moluska Indonesia". www.biologi.lipi.go.id. 29 November 2020. Diakses tanggal 7 April 2021. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Ramadhani, Claudia (29 November 2019). "Benarkah Siput Membawa Banyak Manfaat?". 1health.id. Diakses tanggal 7 April 2021. [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ "Dari Keong Darat, Ayu Savitri pun Amalkan Cinta Tanah Air". Sindonews.com. 3 September 2020. Diakses tanggal 7 April 2021. 
  9. ^ "Penemuan Spesies Baru Keong Darat dari Jawa". ristekdikti (dalam bahasa Inggris). 31 Mei 2020. Diakses tanggal 7 April 2021. [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Godwin-Austen, Henry Haversham (1923). "Mollusca IX". Dalam Director Zoological Survey of India. Records of Indian Museum. 8. Calcutta: Director Zoological Survey of India. hlm. 601–621. 
  11. ^ Scialom, Mike (19 Desember 2019). "Pictured: Winners of first Tony Whitten Conservation Prize". Cambridge Independent (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 April 2021. 
  12. ^ "Nine Indonesian women recognized for outstanding scientific contributions". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 28 November 2019. Diakses tanggal 7 April 2021. 
  13. ^ S, Martha Herlinawati (30 Agustus 2020). Salim, Agus, ed. "Tiga peneliti LIPI terpilih sebagai bagian 75 Ikon Prestasi Pancasila". ANTARA News. Diakses tanggal 7 April 2021. 
  14. ^ Nurinsiyah, Ayu Savitri; Hausdorf, Bernhard (2017). "Dicharax (?) candrakirana n. sp. (Gastropoda: Cyclophoridae) from Sempu Island, Indonesia". Zootaxa (dalam bahasa Inggris). 4363 (4): 589–591. doi:10.11646/zootaxa.4363.4.12. ISSN 1175-5334. 
  15. ^ Nurinsiyah, Ayu Savitri; Hausdorf, Bernhard (2017). "Revision of the Diplommatinidae (Gastropoda: Cyclophoroidea) from Java". Zootaxa (dalam bahasa Inggris). 4312 (2): 201–245. doi:10.11646/zootaxa.4312.2.1. ISSN 1175-5334. 
  16. ^ Nurinsiyah, Ayu Savitri; Neiber, Marco T.; Hausdorf, Bernhard (2019-05-21). "Revision of the land snail genus Landouria Godwin-Austen, 1918 (Gastropoda, Camaenidae) from Java". European Journal of Taxonomy (dalam bahasa Inggris) (526). doi:10.5852/ejt.2019.526. ISSN 2118-9773.