Teknologi film tebal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Teknologi film tebal adalah sebuah teknologi pelapisan dengan metode cetak saring menggunakan substrat yang berbentuk menyerupai pasta. Saringan yang digunakan dalam teknologi film tebal memiliki pola yang kemudian dilapisi dengan substrat di bagian bawahnya. Teknologi film tebal menggunakan saringan berbahan nilon, poliester atau baja nirkarat, sedangkan substrat yang umum digunakan ialah keramik. Kelebihan dari teknologi film tebal adalah hemat biaya, dapat diadakan otomatisasi dan pengulangan, dan pemilihan bahan yang beragam.[1] Sejak periode 1980-an, teknologi film tebal digunakan dalam pembuatan sensor berbasis gas atau elektrokimia dan biosensor.[2] Pembuatan sensor menggunakan teknologi film tebal memanfaatkan prinsip fotolitografi yang meningkatkan daya rekat substrat dan mengurangi pencemaran unsur kimia organik.[3]

Produk[sunting | sunting sumber]

Sensor gas[sunting | sunting sumber]

Sensor gas yang dibuat menggunakan teknologi film tebal memerlukan pemakaian daya yang tinggi. Kisaran daya yang diperlukan antara 200 miliWatt sampai 1 Watt. Penyebabnya adalah adanya elemen pemanas pada sensor gas. Pembuatan sensor gas melalui teknologi film tebal umumnya memakai metal oksida yang memerlukan suhu minimal 100oC untuk dapat meningkatkan suhu substrat. Sensor gas yang dibuat menggunakan teknologi film tebal digunakan untuk mengetahui keberadaan gas karbon monoksida, tungsten trioksida, dan gas metan.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Wiranto 2020, hlm. 5.
  2. ^ a b Wiranto 2020, hlm. 6.
  3. ^ Wiranto 2020, hlm. 5-6.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]