Sri Suparyati Soenarto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Sri Suparyati Soenarto
Lahir5 April 1944 (1944-04-05) (usia 80)
Sukamandi
KebangsaanIndonesia
Warga negaraIndonesia
AlmamaterUniversitas Gajah Mada

(Dokter Umum,1970) (Dokter Spesialis Anak, 1975)

Vrije Universiteit Amsterdam

(Doktor Filsafat kedokteran, 1997)
Dikenal atasPenemuan penyebab penyakit diare pada anak oleh rotavirus
PenghargaanPediatric Award

(Asosiasi Dokter Anak Asia Pasifik, 2009)

Bakrie Award (Freedom Institute, 2010) Honoris causa di bidang kedokteran

Universitas Melbourne, 2015)
Karier ilmiah
BidangPediatri
InstitusiUniversitas Gajah Mada Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito

Sri Suparyati Soenarto (lahir 5 Februari 1944) atau yang sering dikenal dengan nama Yati Soenarto merupakan seorang dokter dan peneliti pada bidang pediatri dari Indonesia. Beliau terkenal atas penemuan rotavirus sebagai penyebab penyakit diare di Indonesia dan pengembangan vaksin RV3-BB yang merupakan vaksin rotavirus. Pengembangan vaksin ini akan menciptakan vaksin yang lebih murah dan terjangkau sehingga dapat menurunkan angka diare di Indonesia dan Australia sehingga dapat dimasukkan kedalam program imunisasi nasional. Soenarto merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran di Universitas Gadjah Mada dan Kepala Dewan Pengawas Harian Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito.[1] Yati menerima penghargaan Nasional Bakrie Award pada tahun 2010 dan Pediatric Award dari Asosiasi Dokter Anak Asia Pasifik pada tahun 2009.

Kehidupan pribadi dan pendidikan[sunting | sunting sumber]

Yati adalah anak dari seorang dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT) dengan nama R. Soeratiman Poerbohusodo dan cucu dari Raden Mas Goembrek yang merupakan dokter spesialis paru.Pada awalnya, dia berniat menjadi guru tari di Amerika Serikat, namun mengurungkan niatnya karena peristiwa sanering.[1] Yati melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran pada tahun 1963[2] dan menyelesaikan studi sebagai dokter umum pada tahun 1970 dan pada tahun 1975 mengambil dokter spesialis anak dari Universitas Gajah Mada. Selanjutnya, dia lulus dan mendapatkan gelar Doktor Filsafat dari Fakultas Kedokteran di Vrije Universiteit Amsterdam pada tahun 1997.[1]

Yati merupakan istri dari Prof (Emeritus) Dr dr Soenarto Sastrowijoto SpTHT dan memiliki tiga orang anak,[2]

Karier[sunting | sunting sumber]

Pada awal dekade 1980an, Yati menjadi perwakilan Yayasan Rockefeller untuk UGM selama tujuh tahun. Pada tahun 1996, Yati menjabat sebagai Freeman fellow dari Sekolah Kedokteran Harvard dibawah bimbingan Profesor Mary Jo Good dan Byron Good.[3] Pada tahun 2007, Yati menjadi Profesor Dokter anak di UGM.[4]

Kontribusi dalam pengenalan vaksin rotavirus di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Pada awal dekade 1970an, Yati menemukan bahwa satu dari 3 orang pasiennya di Rumah Sakit UGM meninggal karena dehidrasi akibat diare dan dia tidak tahu penyebabnya.[5] Lalu, pada tahun 1973, Ruth Bishop bersama dengan Geoffrey Davidson, Ian Holmes, dan Brian Ruck menemukan rotavirus pada manusia dari percobaannya terhadap usus anak-anak penderita gastroenteritis.[6] Lalu, pada tahun 1976, Yati memulai kolaborasi penelitian antara Universitas Gadjah Mada dan Universitas Melbourne terhadap penyakit diare dan pada tahun 1977, mereka berhasil mengidentifikasi bahwa penyebab diare pada anak-anak merupakan rotavirus seperti yang diduga sebelumnya.[7]

Pada tahun 2001, Yati menemukan penggunaan tempe sebagai makanan untuk bayi berusia 6 -24 bulan mampu mengurangi durasi penyakit diare akut.[8] Pada penelitian tahun yang dilakukan pada tahun 2006, diketahui bahwa 60% penderita diare yang ada di enam rumah sakit di Indonesia dinyatakan positif mengandung rotavirus.[9] Selanjutnya, uji klinis fase II RV3-BB dilakukan di Indonesia pada tahun 2013 sampai tahun 2016 yang merupakan program kolaborasi antara Murdoch Children's Research Institute (MCRI) dan UGM.[7] Uji klinis fase pertama telah dilakukan di Selandia Baru dan Melbourne.[10]

Karena Rotateq dan Rotarix yang diproduksi di luar negeri harganya mahal, maka RV3-BB direncanakan akan dipasarkan oleh Bio Farma yang merupakan perusahaan lokal.[11] Vaksin ini diharapkan akan dipasarkan secara nasional pada tahun 2022.[12]

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Asosiasi Dokter Anak Asia Pasifik memberikan penghargaan Pediatric Award pada Yati atas kontribusinya selama 40 tahun dalam meneliti penyakit diare.[13] Yati juga menerima penghargaan Bakrie Award pada tahun 2010 atas kontribusinya dalam pencegahan kematian balita oleh penyakit diare.[14] Universitas Melbourne menghadiahkan Gelar Honoris Causa Doktor pada bidang kedokteran kepada Yati atas kerjasama UGM dan Universitas Melbourne selama 40 tahun.[15]

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c 10 Tokoh Penemu Pilihan Tempo - Mereka yang Tak Mengutuk Gelap. Tempo Publishing. 2020. hlm. 80–83. ISBN 978-623-262-072-8. 
  2. ^ a b "Menang Berkat Diare, Kunjungi Pasien Bawa Anak". JPNN.com. 27 Maret 2010. Diakses tanggal 6 April 2021. 
  3. ^ DIPI-MRC Joint Health Research Call Workshop 2016 UK Researchers’ biographies. hlm. 25.  [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Fioritti, Nathan (18 November 2018). "Professor S Yati Soenarto". Faculty of Medicine, Dentistry and Health Sciences (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 April 2021. 
  5. ^ Soenarto, Sri Suparyati (14 Januari 2017). "Protecting children from rotavirus disease". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 April 2021. 
  6. ^ Bishop, RuthF.; Davidson, G.P.; Holmes, I.H.; Ruck, B.J. (1973-12). "VIRUS PARTICLES IN EPITHELIAL CELLS OF DUODENAL MUCOSA FROM CHILDREN WITH ACUTE NON-BACTERIAL GASTROENTERITIS". The Lancet. 302 (7841): 1281–1283. doi:10.1016/s0140-6736(73)92867-5. ISSN 0140-6736. 
  7. ^ a b "Sejarah Vaksin Rotavirus – Pusat Kajian Kesehatan Anak-Pediatric Research Office". pkka-pro.fk.ugm.ac.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 April 2021. 
  8. ^ Soenarto, Yati; I, Sudigbia; Herman, Herman; M, Karmini; D, Karyadi (2001). "Antidiarrheal characteristics of tempe produced traditionally and industrially in children aged 6-24 months with acute diarrhea". Paediatrica Indonesiana (dalam bahasa Inggris). 41 (3-4): 88–95. doi:10.14238/pi41.2.2001.88-95. ISSN 2338-476X. 
  9. ^ Soenarto, Yati; Aman, Abu. T.; Bakri, Achirul; Waluya, Herman; Firmansyah, Agus; Kadim, Muzal; Martiza, Iesje; Prasetyo, Dwi; Mulyani, Nenny S. (2009). "Burden of Severe Rotavirus Diarrhea in Indonesia". The Journal of Infectious Diseases. 200 (Supplement_1): S188–S194. doi:10.1086/605338. ISSN 0022-1899. 
  10. ^ "UGM Develops New Rotavirus Vaccine". pkka-pro.fk.ugm.ac.id. 23 Februari 2018. Diakses tanggal 7 April 2021. 
  11. ^ "Pengembangan Vaksin Rotavirus RV3-BB Direspon Positif | Kesehatan". www.gatra.com (dalam bahasa Inggris). 3 Maret 2018. Diakses tanggal 7 April 2021. 
  12. ^ Dwinanda, Reiny (22 November 2020). "Pakar: Indonesia Tertinggal Soal Pengembangan Vaksin". Republika Online. Diakses tanggal 7 April 2021. 
  13. ^ "Dokter Anak Terbaik Dunia Asal UGM". VIVA.co.id. 11 April 2009. Diakses tanggal 5 April 2021. 
  14. ^ Ariwibowo, AA, ed. (17 Agustus 2010). "Guru Besar UGM Raih Bakrie Award". ANTARA News. Diakses tanggal 5 April 2021. 
  15. ^ ABC, Australia Plus (11 November 2015). "Prof Yati Soenarto Terima Gelar Doktor HC dari Universitas Melbourne". detikcom. Diakses tanggal 7 April 2021.