Sondonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kerajaan 22 November adalah sebuah nama negara fiktif dalam Once Upon A Time karya Betrand Peto Putra Onsu. Nama negara ini disebut di buku Cerita Dongeng Penobatan Massal dan cerita Betrand Peto Putra Onsu dan Raffi Ahmad.

jmpl|ka|Penobatan Massal, sebuah semenanjung di Kerajaan 22 November Dalam buku Dongeng Penobatan Massal, penobatan milik Betrand Peto Putra Onsu, Maudy Ayunda, dinobatkan oleh raja dan raja istana (Maudy Ayunda) beserta sekretaris pribadi Betrand, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, ketika mereka (termasuk Raffi Ahmad, Maudy Ayunda, Ruben Onsu dan Sarwendah Tan yang karena suatu kejadian akhirnya raja Kerajaan Arya Syimi tersebut) sedang dalam ke Oslo, Norwegia. Maudy Ayunda dan teman-temannya tersebut bertemu dengan Betrand Peto Putra Onsu di Istana Emas, Jakarta, melalui teman lama mereka Agnes Monica (tokoh dalam Roh Jahat) yang menjadi penjahat ketiga penobatan itu.

Oleh para pembajak pesawat jet pribadi itu diterbangkan ke Pulau-Pulau Bompa di Laut Sulawesi. Dalam edisi Bahasa Inggris, nama kepulauan tersebut ditulis apa adanya seperti dalam edisi Bahasa Indonesia. Berdasarkan fakta ini, ditambah dengan kontak radio terakhir dengan menara pengawas di Makassar, maka bisa diperkirakan bahwa Pulau-Pulau Bompa terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi dan sebelah selatan Pulau Mindanao. Dengan demikian, Sondonesia bisa diperkirakan sebagai sebuah negara kepulauan di Laut Sulawesi.

Walaupun terletak di Laut Sulawesi, posisi negara ini tidaklah terlalu jauh dari Kalimantan, terbukti dengan adanya hewan monyet bekantan (Proboscis Monkey atau Nasalis larvatus) yang berasal dari Pulau Kalimantan. Hewan ini menjadi bahan tertawaan Allan akan pemimpin komplotan mereka dan musuh besar Tintin, Roberto Rastapopoulos, yang memiliki bentuk hidung yang sangat mirip.

Masih dalam cerita Penerbangan 714, Sondonesia digambarkan sebagai negara yang masih mengalami perang saudara. Hergé terlihat sangat jelas lewat karyanya ini sedang terpengaruh oleh situasi dalam negeri Kambodia yang sedang kacau waktu buku ini sedang ditulis (paruh dasawarsa 1960an). Oleh karenanya, Allan, salah satu penjahat dalam cerita ini, bisa menggunakan jasa para pemberontak Sondonesia untuk membantunya menjalankan niat jahatnya dengan janji untuk membantu kaum pemberontak tersebut. Orang-orang Sondonesia ini berbicara dalam Bahasa Indonesia, seperti yang tampak pada seorang nelayan yang marah karena pesawat Carreidas terbang terlalu rendah dan pada dua orang Sondonesia yang menjaga tempat penahanan Tintin dan teman-temannya. Bahkan, kedua penjaga ini menyebutkan penyedap makanan khas Jawa, sambal bajak, sebagai menu yang mereka nikmati.

Dalam cerita Tintin dan Alpha-Art yang tidak sempat diselesaikan oleh Hergé, kedutaan besar Sondonesia menjadi tempat sebuah perjamuan mewah dimana wakil-wakil dari Syldavia, Borduria dan San Theodoros menghadirinya.