Samiri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 15.00 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 4 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q4158666)

As-Samiri (Bahasa Arab السامري) adalah seorang Bani Israil dari suku as-Samirah[1] dan menjadi pengikut Nabi Musa yang kemudian menjadi sesat. Dikatakan bahwa nama asli Samiri adalah Musa bin Zafar[2][3] dan ia merupakan salah satu tokoh kafir yang disebut dalam Al-Qur'an.

Etimologi

Samiri berasal dari bahasa Arab dan digunakan secara meluas oleh penduduk Albania. Samiri adalah sebuah variasi dari "Samir" bagi pengguna bahasa Albania, Arab, India dan Iran yang berasal dari bahasa Arab yaitu "Samara".[4] Bentuk feminim dari "Samir" adalah "Samira".[5]

Biografi

Menurut Muhammad Ibnu Ishaq (704 M-767 M) penyusun kitab Sirat ar-Rasulullah, meriwayatkan kisah dari Ibnu Abbas, mengatakan bahwa, “ Samiri adalah seorang penduduk Bajarma dan dia berasal daripada kaum yang menyembah berhala. Dalam dirinya telah tertanam kecintaan kepada penyembahan terhadap patung dan berhala sapi. Samiri menampakkan dirinya adalah pengikut Musa di hadapan Bani Israil namun hatinya bergelojak dengan kepercayaan nenek-moyangnya. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan bagi seorang individu kufur bernama Musa bin Zhufar.”

Dalam kisah-kisah Islam, baik dari Al-Qur'an ataupun riwayat-riwayat, Samiri dikisahkan merupakan tokoh yang menyesatkan Bani Israel. Bani Israel diperintahkan oleh Samiri untuk membawa perhiasan emas milik orang-orang Mesir, lalu Samiri menganjurkan agar perhiasan itu dilemparkan ke dalam api yang telah dinyalakannya dalam suatu lubang untuk dijadikan patung berbentuk anak lembu. Kemudian mereka melemparkannya dan diikuti pula oleh Samiri. Akhirnya Samiri berhasil membuat berhala anak sapi betina terbuat dari emas.

Setelah berhala itu jadi, dikatakannya sebagai Tuhan Bani Israel dan Tuhan Musa. Kejadian tersebut sewaktu Musa menerima wahyu Taurat di bukit Sinai. Samiri meletakkan bekas jejak kuda malaikat Jibril yang memimpin Musa dan Bani Israel melewati Laut Merah, sehingga bisa mengeluarkan suara jika tertiup angin.

Ia memiliki ilmu sihir, sebuah ilmu yang ia dipelajari sewaktu berada di Mesir. Belum hilang pula kepercayaannya terhadap kekuatan dewa yang ia yakini, yaitu agama paganisme, Samiri harus mempercayai ke-Esaan Tuhan Musa. Sekte pagan yang memengaruhi Samiri adalah ajaran yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, yaitu Hathor dan Aphis.[6]

Seorang penulis yang beragama Kristen Richard Rives dalam bukunya yang berjudul Too Long in the Sun, menulis: "Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir, merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari…."[7]

Setelah berhala anak sapi itu dihancurkan dengan cara dibakar oleh Musa dan dibuang ke laut,[8] lalu ia di usir dari kelompoknya dan tak pernah ada yang tahu lagi keberadaannya.

Ritual pemujaan berhala sapi emas dibuat oleh Nicolas Poussin: citra yang di tampilkan terpengaruh gaya Romawi Greco bacchanal

Perintah untuk saling membunuh di antara penyembah berhala

Dalam kisah lain Musa menghancurkan berhala tersebut kemudian abunya dibuang ke sungai, kemudian Musa memerintahkan untuk memimum air sungai itu, orang-orang yang menyembahnya memiliki tanda, yaitu berubahnya kulit wajah mereka menjadi warna kuning emas setelah mereka minum air sungai. Kemudian para penyembah berhala diperintahkan untuk saling membunuh, seorang membunuh bapaknya dan saudaranya tanpa peduli, hingga yang terbunuh berjumlah tujuh puluh ribu. Lalu Allah mewahyukan kepada Musa, "Perintahkan mereka agar berhenti. Aku telah mengampuni yang terbunuh dan memaafkan yang hidup."[9]

Perbuatan Samiri membuat patung anak lembu dan menyembahnya itu dianggap sebagai salah suatu cobaan Allah untuk menguji Bani Israel, yang kuat imannya dan yang masih ragu-ragu. Orang-orang yang lemah imannya itulah yang mengikuti Samiri dan menyembah patung anak lembu itu, akan tetapi orang-orang yang kuat imannya tetap dalam jalur keimanannya.

Hukuman bagi Bani Israel

Setelah ada perintah Allah untuk hijrah dari Mesir ke Baitul Maqdis, beberapa Bani Israel ada yang inkar kepada Allah, salah satunya adalah Samiri dan Allah memberikan hukuman kepada mereka dengan mengurung mereka selama empat puluh tahun di Padang Tih. Selama itu mereka tak tahu jalan arah, mereka hanya berputar-putar disana. Selama itu pula Allah tetap memberikan karunia kepada mereka dengan melindungi mereka dengan awan, sehingga mereka tidak kepanasan dan menurunkan makanan yang bernama Manna dan Salwa.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Qatadah said, "He was from the village of Samarra.
  2. ^ Written by Ibnu Kathir, Musa said to As-Samiri, "What caused you to do what you did What presented such an idea to you causing you to do this Muhammad bin Ishaq reported from Ibn `Abbas that he said, "As-Samiri was a man from the people of Bajarma, a people who worshipped cows. He still had the love of cow worshipping in his soul. However, he acted as though he had accepted Islam with the Children of Israel. His name was Musa bin Zafar. Qatadah said, "He was from the village of Samarra.
  3. ^ 10. Pada saat itu seorang Yahudi, “Musa Samiri” membuat patung anak sapi dari emas untuk disembah oleh Bani Israil, karena orang Yahudi selalu minta alat peraga untuk menyembah Yehowa.
  4. ^ Arti Samiri disitus web babynamespedia.com
  5. ^ Bentuk feminim dari Samir disitus web babynamespedia.com
  6. ^ Anak sapi emas
  7. ^ Richard Rives, Too Long in the Sun, Partakers Pub., 1996, hal. 130-31
  8. ^ Musa berkata: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah menyentuh (aku)"[941]. Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).(Surat Thaha20:97)
  9. ^ Musa memerintahkan untuk saling membunuh satu sama lain di antara penyembah berhala

Referensi

Pranala luar