SMA Trimurti

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 13.46 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q7391103)
SMA Trimurti
Berkas:Trimurti.jpg
Informasi
Didirikan8 Agustus 1954
JenisSwasta
AkreditasiA
Kepala SekolahDrs. Mudjiono
Jumlah kelasGedung Depan 4 kelas, Gedung Belakang 12 kelas
Jurusan atau peminatanIPA dan IPS
Rentang kelasX,XI IPA,XI IPS, XII IPA, XII IPS
KurikulumKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jumlah siswakurang lebih 250 siswa (36-40 siswa per kelas)
Statussekolah umum pribumi
Alamat
LokasiJalan Gubernur Suryo No. 3, Genteng, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Tel./Faks.(031) 5315608
Moto


Yayasan Pendidikan umum untuk kebudayaan atau yang bermula bernama Universal Cultur Centre adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan non formal. Mula-mula yayasan ini mengelolah sebuah museum sebagai penyimpanan benda bersejarah yang ada di Jawa Timur. Gedung museum ini terletak di atas tanah seluas 3600 m2 di jalan Pemuda no.3 Surabaya (kini Jl. Gubernur Suryo). Gedungnya di bangun pada tahun 1936 membujur dari timur ke barat menghadap ke jalan besar merupakan gedung permanen. Di muka gedung, disisi sebelah timur terdapat gedung yang membujur dari utara ke selatan yang menghadap ke barat dan merupakan gedung yang permanen pula dengan empat buah ruangan. Di gedung A dan B inilah benda-benda bersejarah itu tersimpan. Bp. Ridwan yang kemudian menjadi Kepala Sekolah Trimurti yang pertama. Pada tahun 1949 di belakang gedung utama (gedung A) di bangun gedung non permanen berlantai ubin dan berdinding sesek (gedek) yakni gedung C dan D. Gedung eliminasi merupakan sebuah Aula untuk tempat pertunjukan (cinema). Direktur museum ini adalah seorang Belanda keturunan Jerman bernama Mr. Von Faber.

Yayasan ini selain mengelola museum juga bergerak di bidang pendidikan non formal. Di sini terdapat bermacam-macam kursus, seperti kursus Bahasa Belanda, Mengetik, Tata Buku (Akuntansi), Korepodensi Bahasa Indonesia. Bahkan yang ingin berdansa-dansa pun di sini juga tersedia kursusnya. Salah seorang guru yang memberikan kursus Bahasa Inggris disini adalah Bapak Mohammad Ridwan yang kemudian menjadi Kepala Sekolah Trimurti yang pertama.

Gagasan Mendirikan Sekolah

Pada tahun 1954 di Surabaya bermunculan lembaga pendidikan non formal, baik di dalam kota maupun di pinggir kota. Rupa-rupanya pada saat itu ilmu pengetahuan sudah merupakan kebutuhan pokok. Kita sudah sadar, bahwa ilmu pengetahuanlah yang dapat kita jadikan bekal untuk kehidupan berikutnya dalam masyarakat, sehubungan dengan munculnya kursus-kursus itu, maka Pendidikan Umum yang semula mendominasi kursus-kursus pada waktu itu dan menjadi tumpuan masyarakat kini mulai berkurang jumlah pesertanya. Untuk mengantisipasi berkurangnya peserta kursus serta agar pemasukan keuangan tak berkurang, maka Mr. Von Faber sebagai Direktur Pendidikan Umum di kala itu menawarkan kepada Bapak Moh. Ridwan untuk mendirikan sebuah sekolah dan Pendidikan Umum-lah yang menyediakan tempatnya. Bapak Moh. Ridwan yang memang berjiwa pendidik mendapat tawaran semacam itu sangatlah gembira. Bagi beliau tawaran itu ibarat pucuk di cinta ulam tiba, awak rindu kekasih datang. Bapak Ridwan memang bercita-cita mendirikan sekolah, akan tetapi lokasinya yang tidak ada. Nah tawaran itu tidak disia-siakan, apalagi letaknya sangat strategis.

Tawaran dari Mr. Von Faber yang menyediakan tempat di Jl. Pemuda no.3 ini tentu saja disambut oleh Bapak Moh. Ridwan dengan Ibu Soenarsih yang pada waktu itu menjadi guru Ilmu Pasti di STER(Sekolah Teknik Elektro Radio). Kemudian pembicaraan selanjutnya diteruskan di rumah Pak Ridwan dengan Bu Soenarsih dan Bapak Priyono yang pada waktu itu menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah SMA Budi Utomo.

Pokok pembicaraan kala itu adalah hasrat untuk mendirikan sekolah umum. Bapak Moh. Ridwan cenderung mendirikan SMP, sedangkan Ibu Soenarsih cenderung mendirikan SMA. Akhirnya dalam pertemuan itu diputuskan bahwa untuk mematangkan rencana hendaknya diadakan rapat resmi dengan mengundang kawan-kawan yang sudah terjun dalam dunia pendidikan dan yang dianggap kapabel.

Pertemuan Resmi

Sebagai tindak lanjut dari pembicaraan tak resmi antara bapak Moh. Ridwan dengan Ibu Soenarsih dan Bapak Priyono, maka pada hari munggu tanggal 8 Agustus 1954 dengan mengambil tempat di rumah Ibu Soenarsih di tembok Dukuh Gg. VII no. 2 diadakan rapat khusus untuk mendirikan sekolah umum. Yang hadir dala rapat tersebut adalah :

Dalam rapat tersebut yang diketahuui oleh Bapak Moh. Ridwan diputuskan bahwa sekolah umum yang akan didirikan Yayasan Pendidikan Umum, SMA yang dididrikan ini diberi nama TRIMURTI.

Kemudian pada keesokan harinya, Senin 9 Agustus 1954 memasang harian di surat kabar SUARA RAKYAT HARIAN UMUM untuk tiga hari berturut-turut dan alhamdulillah pada hari Selasa, 10 Agustus 1954 sampai dengan 12 Agustus 1954 berdatanganlah para pendaftar. Jumlah yang diterima pada waktu itu terbatas sekali yakni 80 (delapan puluh) orang untuk 2 kelas masing-masing jurusan Ilmu Pasti dan Juridis Ekonomi (B dan C). Dengan dibukanya SMA Trimurti ini bertambah lagi lapangan kerja yang sebagian besar masih berstatus mahasiswa. Ini berarti mereka yang pengangguran dapat tambahan penghasilan yang memang dicari untuk biaya kehidupan sehari-hari.

Penjelasan

Trimurti adalah suatu istilah yang terdapat dalam suatu agama atau kepercayaan. Tidak mengherankan jika sebagian anggota masyarakat beranggapan bahwa SMA yang bernama Trimurti ini dikelola oleh salah satu agama yang ada di Indonesia. Anggapan dan pendapat yang demikian itu perlu kami luruskan. Para pendiri bersepakat memberi nama TRIMURTI karena sasaran pokok yang ingin dicapai ada tiga, yaitu :

  • 1. Ingin membentuk manusia yang pandai, cerdas dan cakap
  • 2. Ingin membentuk manusia yang berakhlak dan berbudi luhur
  • 3. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Para pendiri yakni ilmu yang melekat pada akhlak yang tidak baik, tidak terbungkus dalam jiwa yang luhur, maka tidak mungkin memenuhi tugasnya sebagai pendukung peradaban bangsa, melainkan menjadi perusak peradaban bangsa. Tidak kurang jumlah nya orang pandai menjadi pendusta dan penipu. Lebih-lebih pada waktu itu sudah terdengar adanya penyakit terutama di kalangan anak-anak muda yakni penyakit KRISIS AKHLAK. Termasuk pula dikalangan orang tua yang bisa mengendalikan diri akibat membanjirnya budaya asing. Jadi ILMU itu seharusnya melekat pada akhlak yang baik yang di bungkus dalam jiwa yang luhur dan diikat oleh tali susila yang jujur. HIDUP hendaknya hormat-menghormati, tolong menolong, toleran, tertib, dan berakhlak baik terhadap sesamanya, masih belum cukup apabila tidak disertai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jadi sebagai manusia yang pancasila hubungan horizontal dan vertikal harus kita laksanakan. Kalau ketiga unsur diatas (berilmu, berakhlak, bertakwa) telah mendarah daging dan menulang sumsum dalam diri kita, tercapailah apa yang kita cita-citakan bersama, yakni MANUSIA SEUTUHNYA. Nah, ketiga unsur itulah yang lebur menyatu dalam istilah TRIMURTI.

Jelaslah sudah bahwa SMA TRIMURTI bukan sekolah yang berdasarkan pada agama seperti SMA Muhammadiah atau SAM Khatolik, dsb. Di SMA Trimurti diajarkan semua agama yang ada di Indonesia, yaitu agama Islam, Khatolik, Protestan, Hindu untuk tiap-tiap pemeluknya. Khusus untuk agama Bhudha dan Advent dimintakan untuk belajar di luar, karena siswa penganut agama tersebut hanya satu dua orang saja.

Resmi Dibuka

Pada hari Rabu tanggal 18 Agustus 1954, sehari sesudah peringatan hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan yang ke-9, dibukalah SMA Trimurti dengan resmi dan sejak itu pula dimulainya kegiatan belajar mengajar. Ruangan kelasnya di muka gedung utama, yakni gedung yang membujur dari utara ke selatan (gedung B) sebanyak 2 kelas masing-masing untuk juruan B dan C (Ilmu Pasti dan Juridis Ekonomi). Ruang guru waktu itu dapat dikatakan tidak ada. Pada waktu itu istirahat para guru duduk di ters gedung B berbincang-bincang dengan siswa atau kadang-kadang duduk-duduk di kantor Pendidikan Umum. Menurut perjanjian antara Bapak Moh. Ridwan dengan Mr. Von Faber sebagai direktur Pendidikan Umum, SMA Trimurti setiap bulannya hanya diberi 65% dari jumlah pemasukan uang sekolah, sedangkan 35% untuk pendidikan umum. Uang sekolah pada waktu itu Rp 75,- setiap siswa. 65% itu untuk honorarium guru dan keperluan sekolah lainnya. Sudah jelas bahwa uang sekolah itu tidak bisa memenuhi kebutuhan sekolah seperti mesin ketik, mesin stensil, buku pegangan guru, alat-alat olahraga dan lain-lainnya. Sedangkan untuk honorarium [[[guru]] saja di bawah standar yakni Rp 30,- per jam pelajaran. Uang sekolah pada waktu itu dibayarkan kepada Pendidikan Umum. Uang seminim itu menyebabkan yayasan tidak bisa berbuat banyak untuk kepentingan dan kemajuan sekolah. Beruntunglah para guru waktu itu mempunyai dedikasi tinggi dan loyal. Dapatlah dikatakan bahwa mereka itu bekerja tanpa pamrih, maklumlah, mereka semua bekas TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) yang memang berjiwa pejuang murni. Jiwa patriotnya masih melekat erat di dada mereka untuk meneruskan dharma baktinya kepada Nusa dan Bangsa.

Fasilitas

Ekstrakurikuler

Lihat pula