Pembicaraan:Sejarah Kristen di Madura

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Bagian baru
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Oréng Mêdurê (orang Madura) adalah suku yang kuat dan fanatik pada ajaran Islam. “Mateh odik paggun Islam!” Postulat adat yang berarti “hidup mati tetap Islam” ini sudah mendarah daging pada semua orang Madura. Tradisi keislaman dijaga ketat oleh orang Madura baik yang masih bermukim di pulau garam maupun orang yang merantau di luar pulau sampai ke luar negeri. Mereka begitu menghormati dan memuliakan ulama. Orang Madura adalah orang Islam, demikian kesan orang ketika menilai agama orang Madura. Opini ini hendak dijebol oleh misionaris wanita asal Madura. Ev. Siti Muslikhah Rahayu, seorang penginjil wanita berdarah Madura dari Sampang, melakukan ceramah kesaksian di Jawa Tengah kurang lebih 2 bulan. Kesaksian yang dilakukan di Gereja Penabur Surakarta, Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Persekutuan Wanita Kristiani Surakarta, direkam dan dijual dalam bentuk VCD 2 keping bertitel “Isa Almasih Allahisalam.”1 Sayangnya, dalam VCD ini tak disebutkan kapan acara ini berlangsung.

Dalam Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang berdurasi 150 menit ini, penginjil asal Madura memakai busana daerah khas Madura. Dialeg khas Madura terlihat begitu kental pada acara yang dihadiri oleh lebih kurang 200 jemaat. Nampak di antara jemaat ini, istri Wakil Walikota Surakarta yang juga berdarah Madura, berasal dari Bangkalan.

Muslikhah memulai dengan pembacaan doa dan lagu pujian dalam bahasa Jawa. Sebelum memulai ceramah kesaksian, ia memperkenalkan bahwa acara ini juga diikuti oleh belasan orang Islam. Mereka diminta berdiri beberapa saat oleh sang penginjil.

Dalam kesaksiannya, berulang kali penginjil Muslikhah menyebutkan bahwa ia dan keluarganya berlatar belakang Islam fanatik.

Penginjil wanita yang sekarang tinggal di Gresik, Jawa Timur ini memberi kesaksian bahwa dirinya ketika beragama Islam adalah seorang tokoh Islam yang ilmu keislamannya sangat dalam. Berasal dari pondok pesantren, bekas guru ngaji yang dulunya dipanggil “bu nyai” oleh para muridnya.

Dalam lagu-lagu rohani yang didendangkannya, wanita yang menjadi penginjil Gereja Pentakosta Internasional Indonesia (GPII) di Surabaya ini mengkombinasikan syair Arab dan Jawa yang dilantunkan dengan cengkok (liuk-liuk) khas Madura:

“Sakjeke aku nderek gusti, uripku tansah diberkahi. Atiku ayem tentrem, kabeh iku Gusti Yesus sing maringi. Matur nuwun Gusti Yesus, Kulo matur nuwun. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah Isa Almasih Alhamdulillah.” Terjemah Indonesia: sejak aku ikut Tuhan hidupku selalu diberkati. Hatiku tenang tenteram, semua itu tuhan Yesus yang memberi. Alhamdulillah Isa Almasih alhamdulillah).

Dalam kesaksiannya, penginjil Muslikhah menyerukan : “Jadilah Penginjil yang setia. Banyak jiwa-jiwa perlu kita selamatkan lewat Shirotol Mustaqim yaitu Isa Almasih Alaihisalam Yesus Kristus Tuhan. Banyak jiwa-jiwa yang perlu diselamatkan lewat Al-Qur’an.”