Orang Suludnon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Suludnon
Jumlah populasi
81,189 (2010)[1]
Daerah dengan populasi signifikan
 Filipina (Visayas Barat)
Bahasa
Sulodnon, Hiligaynon, Kinaray-a, Aklanon, Filipino, Inggris
Agama
Kepercayaan tradisional dan Kekristenan (Katolik Roma).
Kelompok etnik terkait
Bisaya

Suludnon,[2] juga dikenal sebagai Tumandok, Panay-Bukidnon, atau Panayanon Sulud, adalah kelompok masyarakat asli Visayas yang tinggal di daerah pegunungan Capiz-Lambunao dan daerah pegunungan Antique-Iloilo di Pulau Panay di kepulauan Visayan di Filipina. Mereka adalah bagian dari kelompok etnolinguistik Bisaya yang lebih besar, yang merupakan kelompok etnolinguistik Filipina terbesar.

Meskipun mereka dulunya secara budaya terkait dengan penutur bahasa Kinaray-a, Aklanon, dan Hiligaynon yang semuanya mendiami dataran rendah Panay, isolasi mereka dari penjajah Spanyol mengakibatkan keberlanjutan budaya dan kepercayaan pra-Hispanik. Mereka menuturkan bahasa Igbok (juga dikenal sebagai bahasa Ligbok atau Sulod), anggota dari subdivisi Visayas Barat dari rumpun bahasa Bisaya dari rumpun bahasa Austronesia.

Sulud/Tumandok dikenal dengan tarian Binanog yang meniru gerakan elang Filipina, diiringi oleh ansambel agung (gong). Tarian lain dengan nama yang sama juga dilakukan oleh oramg Bukidnon dari Mindanao, menunjukkan hubungan budaya antara orang-orang Visayas Barat dan Mindanao utara pada zaman dahulu.[3][4] Selain itu, mereka juga mempraktikkan penggunaan alat musik bambu, yang mereka gunakan untuk mengekspresikan diri dalam lagu, tarian, dan cerita rakyat.[5] Mereka juga dikenal dengan tradisi sulamannya, yang dikenal sebagai panubok. Warisan panubok dirayakan dalam peragaan busana Tinubkan di Kota Iloilo. Suku Sulud juga dikenal karena praktik tradisional mereka tentang mistisisme binukot dan nabukot.[6]

Saat ini, keberadaan suku Sulud menghadapi berbagai tantangan meskipun pemerintah daerah Panay telah menyadari arti penting kebudayaan mereka, dengan memulai pembangunan beberapa proyek yang membantu melestarikan budaya.[7][8]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]