Muchtar Adam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Muchtar Adam
Lahir10 September 1939 (umur 84)
Selayar, Sulawesi Selatan, Hindia Belanda
Pendidikan.
PekerjaanDa’i
Tahun aktif1981-sekarang
JabatanPimpinan Umum Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam, Bandung, Tatar Pasundan, Indonesia
PendahuluTidak ada
Partai politikPartai Amanat Nasional 1998-2005.
Suami/istriSiti Sukaesih
Anak7

Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (lahir 10 September 1939) adalah seorang muballig, ulama, cendekiawan, sekaligus pendiri dan pimpinan umum Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam di Desa Ciburial, Cimenyan, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Ia adalah pencetus gagasan Da’wah Kedah Kahartos Karaos (Dakwah Harus Dipahami dan Dirasakan).[1]

Jejak langkah[sunting | sunting sumber]

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Nama Muchtar merupakan pemberian dari Dr. Muchtar Lutfi, seorang intelektual dan pejuang dari Sumatera Barat sebagai teman seperjuangan ayahnya yang sering bersama-sama keluar masuk penjara pada zaman Belanda, Jepang, dan NICA. Dr. Muchtar Lutfi memberikan nama depannya kepada putra sahabat karibnya, sedang Adam diambil dari nama ayahnya.

Ayahnya bernama Tuan Adam, seorang muballigh dan pejuang kemerdekaan di Pulau Selayar. Pengetahuan dan pemahaman agama ayahnya diperoleh hanya melalui persahabatan dengan tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan, yang saat itu terkenal dengan orang-orang pergerakan. Bahkan, Tuan Adam bisa membaca dan menulis huruf latin ketika di penjara.

Muchtar Adam lahir sebagai anak ketiga dari wanita bernama Syamintan yang merupakan istri pertama Tuan Adam. Istri kedua Tuan Adam adalah janda pejuang kemerdekaan teman seperjuangannya yang meninggal dunia. Kakek Muchtar Adam adalah seorang guru mengaji dan muballig, walaupun tidak melalui pendidikan formal, karena saat itu di kampung cukup dengan belajar mengaji, dan jadi guru ngaji di Kampung Palemba Bontobangung, Pulau Selayar.

Masa muda[sunting | sunting sumber]

Muchtar Adam dilahirkan di Benteng Selayar, sebuah ibu kota Under Avdeling Selayar (saat ini telah menjadi ibu kota Kabupaten Kepulauan Selayar). Rumah panggungnya yang berlantai papan kayu jalotong, dijadikan tempat berkumpul dan rapat-rapat para pejuang. Hidup dalam keluarga pejuang, Muchtar Adam kecil sering menyaksikan rumahnya digeledah tentara penjajah dan melihat dengan mata kepala sendiri di mana ayahnya, Tuan Adam, ditangkap lalu dimasukkan ke penjara.

Sebagai satu-satunya anak lelaki dalam keluarga, ia harus membantu ibunya mulai dari berjualan kaki lima sampai berladang untuk menopang kehidupan keluarga ketika Tuan Adam di penjara. Setelah menyelesaikan pendidikan SRN di kota Benteng Selayar, ia melanjutkan ke SMI Muhammadiyah di kota yang sama. Ketika belajar di SRN, ia mengikuti kepanduan Hizbul Wathan (H.W.) tingkat Athfal yang memberikan bekal dasar-dasar keterampilan sosial dan kecakapan hidup. Di Athfal ia mulai sebagai anggota sampai menjadi Kepala Regu. Setelah memasuki pendidikan di SMI Muhammadiyah, ia masih terus bergabung dengan Gerakan Kepanduan H.W. sampai memimpin Pasukan 150 orang.

Di Gerakan Kepanduan inilah, ia memperoleh banyak keterampilan dalam segala bidang termasuk didikan akhlak menjadi menu utama seperti kejujuran, kedisiplinan dan menolong orang lain. Ia tercatat sebagai siswa angkatan kedua yang harus mengikuti kurikulum 100% pelajaran umum setingkat SMP dan 100% pelajaran agama Islam yang semua dalam bahasa Arab dengan lama belajar selama empat tahun. Sebagai siswa SMI, ia aktif di Ikatan Pemuda Pelajar Islam Indonesia Selayar (IPPIS) dengan jabatan sebagai Ketua Bidang Tabligh dan di Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Selayar dengan jabatan sebagai Ketua Seksi Penerangan di Cabang Selayar.

Ketika belajar di SMI Muhammadiyah ini pula ia mengubah sikap dan cara pandangnya dalam menapaki kehidupan karena dibina dan dibimbing langsung oleh Kyai Haji Abdul Kadir Kasim, alumni Madrasah Tawalib di Padang Panjang, Sumatera Barat. Setelah lulus SMI Muhammadiyah di Benteng Selayar, ia diantar ke Yogyakarta oleh sang kyai belajar di Madrasah Menengah Tinggi (MMT) yang terletak di depan Mesjid Agung Kauman Yogyakarta dengan beasiswa dari Baitul Maal Kabupaten Selayar. MMT adalah pendidikan lanjutan atas sama dengan SMAA (bahasa) dan pelajaran Islam semuanya menggunakan kitab-kitab bahasa Arab.

Di lingkungan MMT, ia dibina dan dibimbing oleh Kyai Basyir, Kyai Wardan, dan Kyai Mahfudz serta Guru yang lain. Setelah lulus MMT, ia melanjutkan ke Akademi Tabligh Muhammadiyah. Kendati kuliah hanya tingkat pertama saja, namun kuliah yang diberikan oleh Prof. Ahmad Salabi, Prof. Farid Ma’ruf, dan Prof. Kahar Mudzakir, Buya Hamka, K.A. Badawi, Djarnawi Hadikusuma, Jurban Wahid (Ekonomi Islam) dan lain-lain sangat mempengaruhi Muchtar Adam dalam mengimplementasikan perintah amar ma’ruf nahi munkar. Setiap libur semester, ia pergi ke Pesantren Jamsaren di Solo untuk belajar aneka ilmu tentang ke-Islaman, seperi Fiqhi, Ushul Fiqhi, Filsafat Islam dari Kyai Haji Ma’muri, Kristologi dari bapak Arkanuddin.

Ia memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS) Jurusan Sastra Arab IKIP Bandung. Muchtar Adam menikah dengan Siti Sukaesih gadis asal Bandung yang ditemui ketika masih sama-sama belajar di Yogyakarta. Siti Sukaesih sebagai alumni PGAA Muhammadiyah Kauman Yogyakarta.

Pemikiran[sunting | sunting sumber]

Pemikiran Muchtar Adam lebih cenderung pada upaya menghormati hak-hak manusia untuk hidup. Ia berpendapat bahwa hak hidup merupakan prinsip utama yang harus ditegakkan, selanjutnya baru hak mendapatkan pendidikan bagi seluruh manusia tanpa kecuali. Esensi pendidikan adalah sebuah proses yang hendaknya mampu menyucikan peserta didik untuk menemukan dan mempertahankan kesuciannya baik lahir maupun batin. Dengan pendidikan, manusia bisa belajar apa saja dan kepada siapa saja.

Belajar yang salah bukan merupakan suatu tindak munafik, tidak murtad, sehingga tidak perlu ditakuti. Akal, menurutnya merupakan salah satu karunia Allah yang mulia. Allah telah menyimpan akal dalam jiwa (nafs) manusia. Akal merupakan jalan penghubung kepada Allah berupa wasilah antara jiwa manusia dengan Allah Swt. Inti ajaran Islam ialah ma’rifatullâh, yaitu mengenal, mengimani, mentauhidkan serta mencintai dan mentaati Allah Swt. Hubungan tersebut adalah sumber bagi kehidupan jiwa manusia yang dapat melahirkan akhlak mulia.

Hakikat manusia ditentukan oleh eksistensinya dalam hidup berupa suatu karya kesalehan sosial berlandaskan ma’rifatullâh, sebagai implementasi silaturrahim, sehingga muncul di tengah-tengah masyarakat sebagai rahmatan li al-‘alamin, rahmat bagi semesta alam. Karena didikan ma’rifatullah, bekerja adalah satu kemulian untuk memperoleh hak memiliki dari hasil usaha yang halal. Sebab inti ajaran Islam adalah ma’rifatullâh, inti ma’rifatullah adalah akhlak, dan inti akhlak ialah silaturahim dan inti silaturrahim adalah menggembirakan orang lain.

Jadi pendidikan Islam harus berintikan kepada ma’rifatullah agar anak didik menjadi anak soleh, pewaris para nabi, dan meraih status khalifah fil ard. Dalam bukunya Tazkiyah: Mensucikan Jiwa, Meredam Hawa Nafsu yang terbit Dzulqo’dah 1429 H, November 2008, Muchtar Adam memandang hidup ini melalui upaya tazkiyah, setiap orang dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Suci.

Tazkiyah merupakan upaya yang sangat efektif untuk mengembalikan manusia kepada hakikatnya sebagai hamba Allah, karena manusia telah diberikan wadah kesucian (fitrah). Orang-orang yang seperti inilah kemudian yang disapa oleh Sang Maha Penguasa Semesta dengan panggilan yang luar biasa indah. [note 1]

Praksis[sunting | sunting sumber]

Bagi Muchtar Adam, dakwah dilaksanakan sebagai satu gerakan dengan materi dakwah terencana berbasis kebutuhan umat. Sehingga dakwah berlanjut menjadi al tarbiyah wa al ta’lim, pendidikan dan pengajaran, yang bertitik tolak dari Al-Quran. [note 2] Untuk mengimplementasikan ayat tersebut yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam berdakwah, didirikanlah Pondok Pesantren Al-Quran Babussalam di Desa Ciburial, Cimenyan, Bandung pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1401 H (18 Januari 1981 M) dengan tujuan melaksanakan pengkajian al-Quran, penelitian masalah dakwah, pendidikan kader dakwah, penyebaran informasi wawasan al-Quran, pengembangan warga pedesaan dalam bidang aqidah, ilmu, sosial, dan ekonomi guna ikut serta mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt.

Di pesantren ini, santrinya banyak dari kaum miskin, kaum tertindas dan kaum terpinggirkan oleh politik dan kepentingan pejabat yang berkuasa. Santri yang datang dari kalangan tersebut dibebaskan dari biaya hidup dan biaya pendidikan. Ia mengkritik sekolah yang hanya menampung anak-anak IQ tinggi dari kalangan kelas menengah keatas, tanpa peduli terhadap anak-anak IQ rendah dari kaum dhu’afa dan kaum mustadh’afin. Di pesantren ini, Islam diperkenalkan kepada santri melalui lintas mazhab dengan harapan saling memahami, menghargai dan berujung kepada silaturahim.

Ketika santrinya berada di tengah umat bisa menjelaskan dan mendamaikan perselisihan masalah paham fikih, sehingga umat Islam dalam melaksanakan amal ibadah tidak perlu mempermasalahkan perbedaan mazhab karena semua ada dasarnya. Pemikiran inilah yang kemudian ditulis oleh Muchtar Adam dalam bukunya Perbandingan Mazhab dalam Islam dan Permasalahannya.

Menurut Prof. Dr. Mohammad Askin, S.H., salah satu karya monumental Muchtar Adam dalam bidang pendidikan terhadap bangsa Indonesia adalah andilnya dalam pembahasan RUU SISDIKNAS yang kini sudah menjadi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Ia sebagai anggota Komisi VI DPR RI turut aktif dan berjuang mengawal RUU SISDIKNAS dari nol sampai ditetapkan menjadi UU.

Umat Islam Indonesia yang merupakan penduduk mayoritas, untuk pertama kalinya setelah Indonesia Merdeka selama 58 tahun, pesantren dan majelis taklim baru diterima sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003.

Karya Tulis[sunting | sunting sumber]

Karya tulis[sunting | sunting sumber]

  1. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1980). Metode Praktis Membaca dan Menulis Al-Qur’an (Sistem 9 Jam). Bandung: LPTQ Bandung. 
  2. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1985). Tafsir Isti’adzah. Banda Aceh: Gua Hira. 
  3. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1986). Klasifikasi Ayat-ayat Al-Quran. Bandung: Babussalam. 
  4. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1992). Al-Adzkar: Bimbingan Doa dan Dzikir menurut Al-Quran dan Sunnah. Bandung: Babussalam. 
  5. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1993). Tafsir Ayat-ayat Haji: Telaah Intensif dari Pelbagai Mazhab. Bandung: Mizan. 
  6. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1994). Tafsir Ayat-ayat Jenazah: Tinjauan dari 5 Mazhab tentang Salat Jenazah. Bandung: Pesantren Al-Quran Babussalam. 
  7. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1994). Do’a Ibadah Haji: Berdasarkan Al-Quran dan Al-Sunnah. Bandung: Pesantren Al-Quran Babussalam. 
  8. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1994). Jalan Menuju Wahdah Islamiyah Penuh Onak dan Duri: Catatan Perjalanan Ke Iran Mengikuti Muktamar Islam se-Dunia VII untuk Kesatuan Dunia Islam. Bandung: t.p. 
  9. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1995). Tafsir Salat Safar Lintas Mazhab. Bandung: Babussalam. 
  10. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1995). Adab-Adab Safar. Bandung: Penerbit Babussalam. 
  11. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1996). Tafsir Ayat al-Tajhiz. Bandung: Babussalam. 
  12. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1997). Khuruj: Mengunjungi Tempat Bersejarah Umat Islam di Mesir, Sudan, Suriah dan Iran. Bandung: Babussalam. 
  13. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (1997). Al Ahraz Ahlul Bait Dan doa Penangkal Sihir. Bandung: Babussalam. 
  14. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2002). Al-Masih al-Dajjal. Bandung: Babussalam,. 
  15. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2003). Perbandingan Mazhab Dalam Islam Dan Permasalahannya. Bandung: Babussalam. 
  16. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2004). Ijtihad: Antara Teks dan Konteks. Bandung: Babussalam. 
  17. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2005). Al-Ta’qibat: Doa-doa Harian dan Doa-doa Ba’da Shalat. Bandung: Babussalam. 
  18. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2005). Al-Hushun al-Mani’ah: Benteng Kekuatan Doa. Bandung: Penerbit Babussalam Press. 
  19. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2006). Tafsir Ayat-ayat Qunut: Menggapai Hakikat Penghambaan. Bandung: Makrifat. 
  20. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2006). Membuka Tujuh Pintu Surga Menutup Tujuh Pintu Neraka. Bandung: Makrifat. 
  21. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2006). Istighatsah: Menyingkap Ruang-ruang Spiritual. Bandung: Makrifat. 
  22. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2007). Kehancuran Bangsa: Menguak Sebab-sebab Kehancuran Satu Bangsa. Bandung: Makrifat. 
  23. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2007). Ma’rifaturrasul: Kenali Dan Cintai Nabi-Mu Pasti Tidak Akan Sesat Dan Menyesatkan. Bandung: Makrifat. 
  24. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2008). ‘Ulum al-Quran: Studi Perkembangan Ilmu-ilmu Al-Quran. Bandung: Makrifat. 
  25. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2008). Tazkiyah: Mensucikan jiwa, Meredam Hawa Nafsu. Bandung: Makrifat. 
  26. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2008). Samudra Cahaya: Mengungkap Hizb al-Bahar Imam Abu al-Hasan al-Syadzily. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  27. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2008). Ma’rifatul Malaikat: Bersahabat dengan Malaikat. Bandung: Makrifat. 
  28. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2009). Ma’rifat al-Rusul: Jejak Cahaya Para Rasul. Bandung: Makrifat. 
  29. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2010). Zionis Dalam al-Quran: Peran Syas bin Qais Menghancurkan Islam. Bandung: Makrifat. 
  30. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2010). Ramalan Prabu Jayabaya Dan Prediksi Nabi Tentang Kehancuran. Bandung: Makrifat. 
  31. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2010). Doa-Doa Kesehatan. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  32. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2011). Mu’jizat Pengobatan Dalam al-Quran dan Hadits. Bandung: Makrifat. 
  33. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2011). Khutbah-Khutbah Penggugah Semangat: Kumpulah Khutbah ‘Idain. Bandung: Makrifat. 
  34. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2011). Tafsir Mustahik Zakat Lintas Mazhab. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  35. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2011). Dinamika Perbandingan Madzhab. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  36. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam. Oleh-oleh Haji Tidak sama dengan Oleh-oleh Mekah/Madinah. Bandung: Makrifat Media Utama t.th. 
  37. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2012). Sejarah Kurban. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  38. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2012). Bersahabat Dengan Al-Quran. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  39. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2012). Kiat-kiat Mengendalikan Hati Manusia: 40 Sihir Halal. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  40. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2013). Ma'rifat al-Rusul: Nabi Ibrahim 'a.s. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  41. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2013). Yerussalem Dari Masa Ke Masa. Bandung: Makrifat Media Utama. 
  42. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam (2014). Memantapkan Syahadatain (Dua Kalimah Syahadat). Bandung: Makrifat Media Utama. 
  43. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam. Tiga Jalan Menuju Sukses. Bandung: Makrifat Media Utama, t.th. 
  44. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam. Al 'Ilaj bil Quran: Pengobatan dan Penyembuhan dengan Al-Quran. Bandung: Makrifat Media Utama, t.th. 

Naskah[sunting | sunting sumber]

  1. Ma’rifat al-Rusul jilid II –Shalih ‘a.s.-Ibrahim ‘a.s.-Luth ‘a.s.-Ismail ‘a.s-Ishaq ‘a.s.- Lahirnya Bangsa-Bangsa /Bahasa Dunia .
  2. Haji Dalam al-Quran Berdasarkan Riwayat Ahlu al-Sunnah dan Ahlu al-Bait ‘am.s.
  3. Prinsip-Prinsip Pokok Dalam Khuthbah Wada’ Rasulullah Saww.
  4. Ciri-Ciri Dekatnya Kiamat ( Yang sudah terjadi ).
  5. Khashâis Ummat al-Muhammadiyah.
  6. Tolaklah Bala dan Bencana dengan Shilah al-Rahim.
  7. Bohong di Dunia ( Tafsir 332 ayat / 69 surah Masalah Bohong)
  8. Tafsir Lengkap Basmala.
  9. Doa-Doa Dalam al-Quran.
  10. Tafsir Klasifikasi Ayat-Ayat al-Quran.
  11. Tafsir Syu’ab al-Imana ( Cabang-Cabang Keimanan).
  12. Ma’rifat al-Rasul jld II ( Rumah Tangga Rasulullah Saww.).
  13. Ta’dzim al-Quran –
  14. Prinsip-Prinsip Pokok Khutbah Wada Rasulullah Saww –
  15. Atlas Mufassir –
  16. Ma’rifat al-Rusul – Ibrahim ‘a.s. Bapak Nabi-Nabi –
  17. Pola Tafsir 30 Ayat –
  18. Keistimewaan Muhammadiyah (Ummat Muhammad Saw)

Kolaborasi[sunting | sunting sumber]

  1. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Kyai Haji Abdul Kadir Qosim. (1992). Safari Rohani Ayatul Hirz. Bandung: Pesantren Al-Quran Babussalam. 
  2. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Fadlullah Muhammad Said (2004). Ma’rifatullah: Membangun Kecerdasan Spiritual, Intelektual, Emosional, Sosial, dan Akhlak Karimah. Bandung: Makrifat. 
  3. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam, Haji Ujang Tatang W., Lc., dan Fajruddin M. (2006). Marhaban Ya Ramadhan: Persiapan Bathiniah Menjemput Ramadhan mulai Rajab dan Sya’ban. Bandung: Makrifat. 
  4. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Fitri ER. (2008). Mengais Hikmah: Cermin-cermin Spiritual Memberdayakan. Bandung: Makrifat. 
  5. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Anna Rosdiana, S.Ag. (2009). Membina Generasi Qurani. Bandung: Penerbit Makrifat. 
  6. Doktorandus Kyai Haji Muchtar Adam & Agus Suryaman, S.S. (2011). Ilmu Gharib al-Quran: Bacaan-Bacaan Langkah dalam al-Quran. Bandung: Makrifat. 

Kontribusi[sunting | sunting sumber]

  1. Bagir, Haidar; Basri (Ed.), Syafiq. (1988). "Ijtihad: Antara Teks Dan Konteks", Ijtihad Dalam Sorotan. Bandung: Mizan.
  2. SF (Ed.), Qamaruddin. (2000). "Muraqabah: Merasakan Kehadiran Allah", Zikir Sufi: Menghapiri Ilahi Lewat Tasawuf, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
  3. Ramli Bihar Anwar (Ed.), Cecep. (2001). "Rahasia Adab Makan: Wujud Nyata Ma’rifatullah", Hidup Penuh Berkah Melalui Ibadah yang Paling Mudah. Jakarta: Penerbit IIMaN dan Penerbit Hikmah.
  4. K.D. (Ed.), Sukardi. (2001). "Meraih Salat Khusyu", Salat dalam Perspektif Sufi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
  5. K.D. (Ed.), Sukardi. (2002). "Sekali Lagi Al-Quran", Belajar Mudah ‘Ulum Al-Quran: Studi Khazanah Ilmu Al-Quran. Jakarta: Lentera.
  6. Sanny (Ed.), Teuku Abdullah. (2008). "Wawasan Al-Quran Tentang Gempa Bumi & Tsunami di Aceh", Tsunami Aceh. Yogyakarta: Multi Solusindo Press.

Makalah[sunting | sunting sumber]

  1. "Imam Ali Dan Hak Asasi Manusia Dalam Nahjul Balaghah: Tinjauan Tafsir Al-Quran", Seminar Internasional Imam Ali dan Hak Asasi manusia dalam Nahjul Balaghah, Citywalk 5th floor, Jakarta 20 juni 2009.
  2. "Gempa dan tsunami Dalam Perspektif Imtaq Dan Iptek: Napak Tilas Kehancuran Bangsa-bangsa dalam Al-Quran", Seminar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Gempa dan Tsunami dalam Perspektif IMTAQ dan IPTEK, di Gedung BPPT Ruang Utama lt.III, Jakarta 21 Oktober 2009.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  • Roslianti, Neny; Agusti, Titin (2007). Muchtar Adam Meretas Jalan Menuju Ma’rifatullah. Bandung: Makrifat. 

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Al-Fajr 27-30 : "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surga-Ku."
  2. ^ Al-Hajj 54 : “Dan orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Quran itulah yang hak dari Tuhannya –lalu mereka beriman— dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus."

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Roslianti, Neny; Agusti, Titin (2007). Muchtar Adam Meretas Jalan Menuju Ma’rifatullah. Bandung: Makrifat. 

Muchtar Adam dalam budaya pop[sunting | sunting sumber]

Buku[sunting | sunting sumber]

  • Roslianti, Neny; Agusti, Titin (2007). Muchtar Adam Meretas Jalan Menuju Ma’rifatullah. Bandung: Makrifat. 
  • Karya Emas: profil Tokoh & Pengusaha Indonesia - Hidup harus Diperjuangkan dan Disyukuri. Jakarta: Pusat Profil Dan Biografi Indonesia. 
  • Konsistensi Reformasi, Fraksi reformasi DPR RI Periode 1999-2004. Jakarta. 
  • Santoso (Ed.), F. Harianto (2000). Wajah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pemilihan Umum 1999. Jakarta: Kompas. 
  • Buku Kenangan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Periode 1999-2004. Jakarta: Sekretariat Jendral Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2004.