Kucing pertanian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kucing pertanian adalah kucing domestik atau kucing kampung yang biasanya hidup di alam liar atau semi-liar dan biasa mencari makanan di lahan pertanian dan perkebunan. Mereka memakan berbagai macam hama seperti hewan pengerat dan serangga seperti tikus, katak, burung, kecoa, atau hewan kecil lainya yang biasa hidup di ladang pertanian maupun perkebunan.[1] Kebutuhan kucing pertanian mungkin menjadi alasan asli kucing dijinakkan , yaitu lebih difungsikan untuk pengendalian hama karena dapat mencegah hewan pengerat mengonsumsi atau mencemari tanaman biji-bijian. Kucing pertanian umumnya masih disimpan karena kemampuanya dalam mengendalikan hama yang tidak diinginkan. Kucing pertanian dapat mengurangi populasi hewan pengerat maupun serangga pemakan hasil panen.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa awal usul kucing peternakan terjadi sekitar 7500 SM dan terus dipakai oleh manusia dalam bidang pertanian demi perlindungan dari hama tikus.[3]

Kondisi[sunting | sunting sumber]

Kucing pertanian hidup dalam berbagai kondisi. Beberapa benar - benar liar dengan menjauhi kontak manusia dan hanya makan berasal dari hewan - hewan yang mereka jumpai di luar sana. Kurangnya asupan makanan yang terjamin, penyakit, dan banyaknya aktivitas fisik cenderung membuat kucing ini memiliki badan lebih kurus daripada kucing rumahan , dan tentunya dengan umur yang lebih pendek.

Kemudian untuk kucing yang mau berkontak dengan manusia, maka akhirnya ada yang nasibnya menjadi lebih baik karena dipelihara sebagai hewan peliharaan. Dimana mereka sudah agak jinak dan tinggal di dalam rumah maupun di luar, berkeliaran dengan bebas. Namun tetap diizinkan masuk ke dalam untuk diberi makan makanan kucing tambahan secara rutin. Namun yang tinggal di luar ruangan atau di luar bangunan tak terpaki secara semi-liar, tetapi masih jinak untuk bersikap ramah terhadap manusia dan mungkin diberikan perawatan hewan dasar. Karena risiko diluar sangat berbahaya. Mangsa mereka dapat menularkan parasit dan penyakit, mereka juga dapat terluka dengan berbagai cara. Misal ditabrak oleh kendaraan. Dimangsa oleh rakun, burung hantu, anjing hutan, dan hewan lain yang memangsa makhluk seukuran mereka.

Beberapa populasi kucing yang sudah mulai berkontak dengan manusia, maka biasanya akan mendapat makanan kucing tambahan pemilik ladang, baik untuk mendorong mereka tinggal atau karena motivasi manusiawi yang tidak tega melihat hewan kurus, lapar, atau sakit. Namun ada juga pemilik ladang lain dengan sengaja tidak memberi makan kucing luar peternakan dengan keyakinan yang salah bahwa mereka tidak akan berburu hewan pengerat jika mereka memiliki makanan tambahan. Tanpa makanan tambahan, kucing akan memusnahkan sebagian besar populasi hewan pengerat lokal dan melanjutkan hidup, hanya menyisakan kekosongan sementara. Namun, salah satu perhatian dalam menyediakan pakan tambahan luar ruangan adalah bahwa hal itu dapat menarik sigung, rakun, dan hama lainnya.

Kucing pertanian berasal dari berbagai sumber. Kadang-kadang, populasi kucing pertanian terbentuk secara spontan ketika hewan yang ditinggalkan atau tersesat, tanpa diundang oleh manusia, pindah ke area di mana mangsa tersedia, seperti tumpukan jerami atau bangunan luar pertanian yang berisi tanaman simpanan atau pakan ternak . Dalam kasus lain, pemilik ladang memperoleh dan melepaskan beberapa kucing khusus untuk pengendalian hewan pengerat. Beberapa tempat penampungan hewan memiliki program Kucing Pekerja yang merumahkan kembali kucing liar dan semi-liar yang disterilkan di kandang, gudang, toko, dan banyak lagi. Program-program ini semakin populer di negara - negara besar seperti Amerika maupun di kawasan Eropa, di mana masalah tikus biasa terjadi.

Tempat Tinggal[sunting | sunting sumber]

Secara umum, kucing pertanian yang masih liar tinggal di gua, bangunan kosong, atau mereka membuat sarangnya sendiri. Sedangkan yang sudah jinak pada manusia, umunya telah diijinkan untuk tinggal di rumah sang pemilik ladang.

Penyebaran[sunting | sunting sumber]

Dahulu penyebaranya hampir ada di seluruh dunia. Namun sekarang terutama di Indonesia, sudah susah ditemukan adanya kucing pertanian murni. Karena meningkatnya populasi manusia, sehingga kucing pertanian banyak yang jinak dan tidak suka memakan hewan pengerat lagi.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ KUCING MAKAN KECOA. myhewan.com. Diakses 20 Agustus 2020.
  2. ^ "Got rats? These homeless cats are for hire". The Washington Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-20. 
  3. ^ [1] "The Near Eastern Origin of Cat Domestication", Driscoll, et al., Science 27 July 2007, Vol. 317. no. 5837, pp. 519 - 523, quoting, J. A. Clutton-Brock, Natural History of Domesticated Mammals (Cambridge Univ. Press, Cambridge, 1999).