Jundallah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jundallah (Arab: جند الله ) adalah para malaikat perang yang membantu Nabi Muhammad dan pasukannya di dalam peperangan.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Secara makna Jundallah memiliki arti "Prajurit Allah", berasal dari kata Jund (Arab: جند) yang berarti "Prajurit" atau "Tentara" dan kata Allah (Arab: الله). Kemudian sekitar pada tahun 2007, sebuah organisasi di Iran, yang dikenal sebagai Gerakan Perlawanan Rakyat Iran menggunakan nama Jundallah pula.

Wujud Jundallah[sunting | sunting sumber]

Menurut kisah Islam, ketika Nabi Muhammad sedang melihat-lihat suasana alam Langit Pertama (ar-Rafii'ah), dikatakan bahwa ia telah melihat sosok malaikat yang sangat besar sekali ukurannya, malaikat itu sedang menunggangi kuda yang berasal dari cahaya dan berbusana cahaya. Malaikat yang besar itu dikelilingi oleh 70 ribu malaikat yang berbusanakan berbagai busana dan perhiasan, masing-masing mereka memegang tombak yang tebuat dari cahaya dan mereka itulah yang disebut sebagai Jundallah (Tentara Allah).

Sebuah hadits dari Imam Bukhari dan Imam Muslim, menuliskan kisah Sa'ad bin Abi Waqqas yang telah melihat melihat dua sosok pria asing yang mengenakan pakaian putih, berada di sisi kanan dan kiri Nabi Muhammad. Kedua pria asing itu membantunya pada perang Uhud, mereka adalah Malaikat Jibril dan Mikail.[1]

Membantu peperangan[sunting | sunting sumber]

Menurut kisah Islam, pada saat itu para muslimin mendapatkan keadaan pada bulan yang sangat berat, dimana para muslim memperoleh kemenangan besar, pertempuran pertama adalah pada saat Perang Badr, yang terjadi pada 17 Ramadhan, pada saat diturunkannya Al Qur'an. "Membuat sebuah norma untuk membedakan mana yang benar dan salah." Hari dimana dua kekuatan bertemu.

Dalam pertempuran ini, ketika jumlah para muslimin tidaklah banyak, tidak bersenjatakan dengan lengkap dan tidak ada persiapan sama sekali. Ketika itu mereka ingin menangkap sebuah kafilah Quraisy yang dalam perjalanannya kembali dari Syria, yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Penangkapan ini bertujuan untuk mengambil harta-harta yang telah dirampas oleh pihak Quraisy dan menggantikannya, secara terpaksa mereka keluar dari kampung halaman mereka dan mereka hanya percaya dengan bantuan Allah.

Ketika Abu Sufyan mengetahui bahwa para muslimin datang, dia mengubah arah kafilahnya dan melarikan diri, kemudian mengerahkan penduduk Mekkah sebanyak 950 pasukan dan 700 unta dan langsung bergerak ke arah Madinah, untuk berhadapan langsung dengan para muslimin di Badr, dengan tujuan untuk menyerang para muslimin dan menghentikan penyebaran Islam.

Ketika itu para muslimin tidak memiliki persiapan untuk perang dan Muhammad sedang berunding dengan mereka, ia mendengar kalimat-kalimat yang membuatnya senang dari pihak Muhajirin dan Anshar. Said bin Muadz seorang pemimpin Anshar berkata, "Saya bersumpah kepada Zat menggenggam jiwa ku di tangan-Nya, jika senandainya engkau (Muhammad) menyeberangi lautan, maka kami akan mengikutimu, dan jika engkau bergerak ke Barkil Ghimad (negeri yang jauh), kami akan mengikutimu dan tidak ada satupun dari kami yang akan menetap disini. Kami selalu sabar selama peperangan, serius dan jujur dalam konfrontasi dan kami berharap untuk menunjukkan niat baik kami untuk menyenangkan anda, majulah dengan rahmat Allah."

Al Miqdad bin Amr, "Ya Rasulallah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti perkataan Bani Israel kepada Musa." "Pergilah bertarung dengan Tuhanmu, sementara kami akan duduk disini saja." "Tetapi kami akan mengatakan, "Pergilah bertarung dengan Tuhanmu dan kami akan bertarung disampingmu pula."

Menurut syariat Islam, akhirnya pertempuran itu dimulai dengan persekutuan antara Tentara Bumi (muslimin) dengan bantuan Tentara Surga (malaikat Allah) dan banyak kejadian-kejadian yang di luar masuk akal. Para malaikat ini disebutkan dalam firman Allah diantaranya dalam surah berikut dibawah ini, yang berbunyi:

Seorang prajurit muslim berkata kepada Muhammad bahwa ia telah melihat malaikat sedang bertempur disisinya, sambil menunggang kuda tetapi kaki kuda itu tidak pernah menyentuh tanah. Menurut kisah Islam, kemenangan ada dipihak tentara Islam, jatuh korban dipihak tentara Islam dinyatakan hanya 14 jiwa, sementara itu dipihak Quraisy telah jatuh korban sebanyak 70 jiwa dan 70 jiwa ditangkap sebagai tawanan perang.[2]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kisah dari Sa’d bin Abi Waqqash, dia berkata: “Aku melihat dua orang laki-laki memakai baju putih di sebelah kanan dan sebelah kiri rasulullah pada perang Uhud. Aku sama sekali belum pernah melihat kedua orang itu sebelum maupun sesudahnya, yaitu Jibril dan Mikail.” HR. Al-Bukhari no. 4054 dan Muslim no. 2306.
  2. ^ Jatuhnya korban jiwa pihak Muslim sebanyak 14 jiwa.[pranala nonaktif permanen]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]