Iguanodon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Iguanodon
Periode Kapur Awal 126–122 jtyl

I. bernissartensis dipajang pada postur kuadrupedal, Royal Belgian Institute of Natural Sciences, Brussels.
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasReptilia
OrdoOrnithischia
FamiliIguanodontidae
GenusIguanodon
Mantell, 1825
Tata nama
Sinonim takson
  • Delapparentia turolensis
    Ruiz-Omeñaca, 2011[1]
Other species
  • I. anglicus Holl, 1829 (nomen dubium)
  • I. galvensis Verdú et al., 2015[2]

Iguanodon (/ɪˈɡwɑːnədɒn/ i-GWAH-nə-don; memiliki arti 'gigi iguana'), adalah genus dari dinosaurus iguanodontid yang dinamai pada 1825. Meski banyak spesies yang ditemukan di dari seluruh dunia sudah diklasifikasikan kedalam genus ini, berasal dari Jura Akhir hingga Kapur Awal, revisi taksonomi yang dilakukan pada awal abad ke-21 mendifinisikan Iguanodonbedasarkan satu spesies yang sudah dibuktikan dengan baik: I. bernissatensis, yang hidup pada kala Barremium hingga Aptium awal di Periode Kapur Awal di Belgia, Jerman, Britania Raya dan Spanyol, sekitar 126 hingga 122 juta tahun lalu. Iguanodon merupakan herbivor yang tangguh dan besar, dengan panjang 9-11 meter dan berat 45 ton metrik. Genus ini memiliki fitur tubuh distingtif seperti jempol yang besar dan runcing yang digunakan sebagai perlindungan idir dari perdator, beserta dengan jari kelima yang prehensil, digunakan untuk mencari makanan.

Genus ini dinamai pada 1825 oleh geolog Inggris Gideon Mantell, namun pertamakali ditemukan oleh Willian Harding Bensted, bedasarkan fosil spesimen yang ditemukan di Britania Raya. Spesimen itu dimanai I. anglicus. Iguanodon adalah jenis dinosaurus kedua yang dinamai bedasarkan spesimen fosil, setelah Megalosaurus. Bersama dengan Megalosaurus dan Hylaeosaurus, genus ini awalnya merupakan tiga genera yang mendefinisikan Dinosauria. Genus Iguanodon termasuk dalam kelompok Iguanodontia yang lebih besar, bersamaan dengan hadrosaurus yang berparuh bebek. Taksonomi dari Iguanodon masih menjadi topik penelitian seiring spesies baru ditemukan dan dinamai, atau terjadinya penetapan ulang spesies lama kedalam genera baru. Sebagai contoh, pada 1878, fosil spesimen yang lebih baru dan lebih lengkap ditemukan di Belgia dan diteliti oleh Louis Dollo. Spesimen tersebut dinamai sebagai spesies baru I. bernissartensis. Pada awal abad ke-21 diketahui bahwa spesimen tersebut yang awalnnya dinamai sebagai Iguanodon merupakan spesimen dari empat spesies (termasuk I. bernissartensis) yang tidak berkerabat dengan dekat sama sekali, yaitu Mantellisaurus, Barilium dan Hypselospinus. Juga ditemukan bahwa spesies tipe asli yang dideskripsikan dari Iguanodon, I. anglicus merupakan sebuah nomen dubium sehingga tidak valid. Sehingga, nama "Iguanodon" terpaku pada satu spesies yang umumnya didasari oleh spesimen Belgia. Pada 2015, genus valid kedua, I. galvensis dinamai, bedasarkan fosil yang ditemukan pada Semenanjung Iberia.

Pengertian ilmiah dari genus ini sudah berevolusi seiring informasi baru ditemukan dari fosil. Banyaknya spesimen dari Iguanodon, termasuk tengkorak hampir utuh yang diketahui dari dua titik fosil yang umum diketahui, membuat ilmuwan dapat merancang hipotesa-hipotesa maklum mengenai beragam aspek dari hewan tersebut, termasuk pola dan cara makan, pergerakan, dan perilaku sosial. Sebagai salahsatu dinosaurus yang pertamakali diketahuo secara ilmiah, Iguanodon menempati tempat yang kecil namun penting pada presepsi publik mengenai dinosaurus, karena representasi artistiknya berubah secara signifikan sebagai respons dari interpretasi baru dari sisa-sisa genus tersebut.

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama omenaca11
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Francisco J. Verdú 2015
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama GM25