Batik Gedog

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Batik Gedog adalah batik khas masyarakat Kabupaten Tuban. Kainnya dibuat dengan cara ditenun. Motifnya berbentuk kotak-kotak atau garis hitam putih.[1]

Motif[sunting | sunting sumber]

Batik Gedog menggunakan motif-motif geometris. Motif ini menghasilkan gambar tanaman yang simetris. Pemilihan motif ini dikarenakan kain batik gedog merupakan kain hasil tenun yang agak kasar.[2] Tanaman yang dijadikan sebagai motif yaitu pohon kluwih, pohon kopi, pohon kemiri, pohon randu dan ganggang. Selain itu, juga terdapat motif burung, serangga dan binatang melata. Motif burung yang umum yaitu burung merak dan burung segunting.[3]

Berdasarkan warnanya, Batik Gedog memiliki empat jenis motif. Pertama, batik putihan yang berwarna dasar putih dan bercorak biru tua atau hitam. Kedua, batik bangrod yang berwarna merah. Ketiga, batik pipitan yang memadukan warna merah dan biru tua. Keempat, batik irengan dengan warna dasar biru tua atau hitam disertai dengan corak putih. Pembuatan Batik Gedog menggunakan pewarna alami. Bahan pewarna diperoleh dari pohon nila (biru), pohon mengkudu (merah), dan akar pohon mangga (kuning).[4]

Pemaknaan[sunting | sunting sumber]

Pusat pembuatan Batik Gedog berada di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Pekerjaan membuat Batik Gedog dilakukan oleh masyarakat ketika tidak sedang berladang atau saat menunggu masa bercocok tanam.[5] Motif Batik Gedog yang berupa titik-titik merupakan perlambangan kosmologi Jawa-Hindu yaitu "kiblat papat lima pancer". Maknanya berupa keserakahan manusia terhadap bumi. Motif yang berbentuk tanaman merupakan perlambang keperluan pangan masyarakat, sedangkan motif burung melambangkan kehidupan di alam bagian atas.[6]

Pada masa Hindu, motif Batik Gedog menandakan strata sosial dari penggunanya. Perkembangan Islam di Pulau Jawa kemudian memberikan pengaruh pada motif Batik Gedog. Perbedaan motif hanya digunakan untuk membedakan usia penggunanya. Para orang tua menggunakan batik dengan motif yang geometris dan berwarna gelap, sedangkan para pemuda menggunakan batik dengan motif yang tidak geometris dan berwarna cerah.[7]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Pakaian[sunting | sunting sumber]

Batik Gedog digunakan sebagai pakaian wanita dengan cara dililitkan mengelilingi pinggang. Bentuknya persegi panjang dengan lebar antara 100 cm hingga 110 cm dengan panjang 250 cm. Selain itu, Batik Gedog dijadikan sebagai alat bantu untuk membawa barang di bahu. Masyarakat menggunakannya sebagai pakaian berladang dan ke pasar.[8]

Barang dagangan[sunting | sunting sumber]

Masyarakat membuat Batik Gedog untuk ditukar dengan barang lain yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Batik yang ditukar dapat berupa batik polos atau batik tulis. Setelah masyarakat mengenal uang, sistem barter tidak lagi diterapkan. Penjualan Batik Gedog sebagai barang dagangan hanya dilakukan saat musim kemarau berlangsung.[9]

Alat ritual[sunting | sunting sumber]

Batik Gedog digunakan untuk acara adat, pernikahan, kelahiran, dan kematian. Pada acara kelahiran, bayi yang baru lahir dibungkus dengan Batik Gedog polos yang berwarna putih sebagai lambang kesucian. Sedangkan pada acara pernikahan, Batik Gedog dipakai oleh pengantin dan digunakan sebagai mahar.[10]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Karsam 2014, hlm. 43.
  2. ^ Karsam 2014, hlm. 48.
  3. ^ Marsudi 2013, hlm. 158.
  4. ^ Marsudi 2013, hlm. 158–159.
  5. ^ Ciptandi, Sachari, dan Haldani 2016, hlm. 263.
  6. ^ Marsudi 2013, hlm. 161.
  7. ^ Marsudi 2013, hlm. 159.
  8. ^ Ciptandi, Sachari, dan Haldani 2016, hlm. 264–265.
  9. ^ Ciptandi, Sachari, dan Haldani 2016, hlm. 265–266.
  10. ^ Ciptandi, Sachari, dan Haldani 2016, hlm. 267.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]