Film bisu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
AldianzaFatria (bicara | kontrib)
→‎Antarjudul: Menambahkan konten.
AldianzaFatria (bicara | kontrib)
→‎Antarjudul: Menambahkan konten.
Baris 35: Baris 35:
===Antarjudul===
===Antarjudul===
[[File:CABINETOFDRCALIGARI-03.jpg|thumb|270x270px|''[[The Cabinet of Dr. Caligari]]'' (1920) menggunakan antarjudul bergaya.]]
[[File:CABINETOFDRCALIGARI-03.jpg|thumb|270x270px|''[[The Cabinet of Dr. Caligari]]'' (1920) menggunakan antarjudul bergaya.]]
Karena film secara bertahap meningkat dalam durasi tayang, diperlukan pengganti juru bahasa internal yang akan menjelaskan bagian-bagian film kepada penonton. Karena film bisu tidak memiliki suara yang sinkron untuk dialog, layar [[antarjudul]] digunakan untuk menceritakan poin cerita, menyajikan dialog kunci dan terkadang bahkan mengomentari aksi dalam film untuk penonton. Penulis antarjudul professional menjadi kunci dalam film bisu dan seringkali terpisah dari penulis skenario yang menciptakan cerita.
Karena film secara bertahap meningkat dalam durasi tayang, diperlukan pengganti juru bahasa internal yang akan menjelaskan bagian-bagian film kepada penonton. Karena film bisu tidak memiliki suara yang sinkron untuk dialog, layar [[antarjudul]] digunakan untuk menceritakan poin cerita, menyajikan dialog kunci dan terkadang bahkan mengomentari aksi dalam film untuk penonton. Penulis antarjudul professional menjadi kunci dalam film bisu dan seringkali terpisah dari penulis skenario yang menciptakan cerita. Antarjudul (atau judul sebagaimana mereka umumnya disebut pada saat itu) "seringkali merupakan elemen grafis itu sendiri, menampilkan ilustrasi atau dekorasi abstrak yang mengomentari aksi di dalam film".<ref>Vlad Strukov, "A Journey through Time: Alexander Sokurov's ''Russian Ark'' and Theories of Memisis" in Lúcia Nagib and Cecília Mello, eds. ''Realism and the Audiovisual Media'' (NY: Palgrave Macmillan, 2009), 129-30. {{ISBN|0230246974}}; and Thomas Elsaesser, ''Early Cinema: Space, Frame, Narrative'' (London: British Film Institute, 1990), 14. {{ISBN|0851702457}}</ref><ref>{{cite web|last1=Foster|first1=Diana|date=November 19, 2014|title=The History of Silent Movies and Subtitles|url=https://www.vicaps.com/blog/history-of-silent-movies-and-subtitles/|website=Video Caption Corporation|access-date=24 February 2019}}</ref>{{Citation needed|date=November 2015}}


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 30 September 2021 02.42

Adegan terkenal dari film Safety Last! (1923)
Adegan film tahun 1921 yang berjudul Four Horsemen of the Apocalypse, salah satu film bisu dengan keuntungan tertinggi.
Charlie Chaplin, aktor ikonik film bisu, c. 1919

Film bisu (bahasa Inggris: silent film, silent movie) adalah film yang diproduksi tanpa dialog dan rekaman suara, berasal dari periode sebelum diperkenalkannya film bersuara. Meskipun film bisu menyampaikan narasi dan emosi secara visual, berbagai elemen plot (seperti latar atau era) atau kunci utama dialog dapat disampaikan dengan menggunakan kartu judul. Kadang-kadang seseorang bahkan bertugas menceritakan kartu intertitle (kartu judul) untuk penonton.

Istilah film bisu juga sering dipergunakan untuk menggambarkan film-film era suara yang hanya memiliki rekaman suara musik serta dialog disampaikan melalui gerak isyarat, pantomim, kartu intertitle (kartu judul), seperti City Lights dan The Artist. Istilah "film bisu" dapat menjadi pengertian yang keliru, sebab film bisu kebanyakan disertai dengan suara. Istilah 'film bisu' merupakan retronim— Istilah yang digunakan untuk membedakan sesuatu yang sudah ada demi membedakan versi awal dengan versi baru— dalam dunia perfilman.

Selama era 'film bisu' yang berlangsung dari pertengahan 1890-an hingga akhir 1920-an, pianis, organis teater—atau bahkan, di kota-kota besar, orkes kecil—sering memainkan musik untuk mengiringi film tersebut. Para pianis dan organis teater mengiringi film dengan musik bedasarkan kertas musik atau improvisasi. Meskipun pada saat itu teknologi untuk menyinkronkan suara dengan film belum ada, musik dipandang sebagai bagian penting dari pengalaman menonton.

Ide untuk menggabungkan gambar bergerak dengan suara yang direkam hampir setua umur film itu sendiri, tetapi dikarenakan kesulitan teknis hal itu sulit terjadi, sampai akhirnya pengenalan suara dialog yang tersinkronisasi dengan gambar menjadi mudah dilaksanakan secara baik pada akhir 1920-an oleh Audion dan munculnya sistem Vitaphone.[1] Era awal film yang memiliki suara dialog tersinkronisasi dengan gambar dimulai oleh film The Jazz Singer pada tahun 1927 yang pada saat itu disebut oleh banyak kalangan sebagai, "film suara", atau "gambar berbicara", "talkie". Kesuksesan film bersuara The Jazz Singer dari Warner Bros. pada tahun 1927 menyebabkan studio-studio besar menyadari bahwa agar mampu bersaing, mereka membutuhkan teknologi suara canggih. Era film bersuara dimulai setelah studio-studio besar setuju bekerja sama dengan Western Electric untuk menciptakan sistem suara pada tahun 1928.[2]

Setelah adanya film bersuara, film bisu terus diproduksi, tetapi makin jarang. Charlie Chaplin membuat dua film bisu pada tahun 1930-an, dan mengurangi produksi filmnya setelah film bersuara menjadi lumrah. Media film bisu terus digunakan Charlie Chaplin hingga tahun 1936 dengan dirilisnya Modern Times. Setelah itu, film bisu untuk keperluan praktis, telah menjadi bentuk seni yang ditinggalkan orang.[2] Dalam satu dekade, produksi luas film bisu sebagai hiburan populer telah berhenti, dan industri film telah pindah sepenuhnya ke era suara, di mana film disertai dengan rekaman suara yang telah disinkronkan menjadi dialog lisan, musik serta efek suara.

Kebanyakan film pada era awal dianggap hilang karena film nitrat yang digunakan pada masa itu sangat tidak stabil dan mudah terbakar. Selain itu, banyak film di era ini yang sengaja dimusnahkan karena menyepelekan nilai berkelanjutannya yang dianggap tidak menguntungkan secara finansial. Sering diklaim bahwa sekitar 75 persen film bisu yang diproduksi di AS telah hilang, meskipun perkiraan ini mungkin tidak akurat karena kurangnya data numerik.[3]

Elemen dan Awal mula (1833–1894)

The Horse in Motion, dianimasikan melalui piringan oleh Eadweard Muybridge, dibuat dengan serangkaian kamera yang dipasang di sepanjang arena pacuan kuda
Roundhay Garden Scene, yang berdurasi lebih dari dua detik, difilmkan pada tahun 1888. Film ini diyakini sebagai film gambar bergerak paling awal yang bertahan di dunia. Wanita tua berbaju hitam adalah Sarah Whitley, ibu mertua dari pembuat film Louis Le Prince; dia meninggal sepuluh hari setelah adegan ini difilmkan.
PLAY: film satu menit pada tahun 1904 oleh Edison Studios memerenkan kembali Battle of Chemulpo Bay, yang terjadi pada tanggal 9 Februari tahun itu di lepas pantai saat ini berada diIncheon, Korea.

Proyeksi film sebagian besar berevolusi dari pertunjukan lentera ajaib, menggunakan lensa kaca, dan sumber cahaya yang persisten (lentera yang kuat) untuk memproyeksikan gambar dari slide kaca ke dinding. Slide kaca terserbut awalnya dilukis dengan tangan, tetapi, setelah munculnya fotografi pada abad ke-19, terkadang fotografi dipergunakan. Penemuan alat fotografi praktis mengawal dunia sinema sekitar lima puluh tahun.[4]

Pada tahun 1833, Joseph Plateau memperkenalkan prinsip animasi stroboskopik dengan Fantascopenya (lebih dikenal sebagai fenakistoskop). Enam tahun kemudian, Louis Daguerre memperkenalkan keberhasilan sistem fotografi pertama. Pada awalnya, bahan kimia tidak cukup peka cahaya untuk menangkap subjek bergerak dengan benar. Plateau menyarankan metode awal untuk menganimasikan foto stereoskopik pada tahun 1849 dengan teknik gerak henti (stop motion). Jules Duboscq menciptakan perangkat yang disederhanakan pada tahun 1852, tetapi tidak terlalu berhasil. Keberhasilan awal dalam fotografi instan (snapshot) di akhir tahun 1850-an menginspirasi harapan baru untuk mengembangkan sistem fotografi animasi (stereo), tetapi dalam dua dekade berikutnya beberapa upaya percobaan menggunakan teknik stop-motion lagi.

Pada tahun 1878, Eadweard Muybridge menggunakan deretan lusin kamera untuk merekam kuda yang sedang berlari (seperti yang disarankan oleh orang lain jauh sebelumnya) dan dengan hasil yang mengejutkan dunia, diterbitkan dengan nama The Horse in Motion dari seri cabinet card dengan deretan gambar kecil. Banyak orang yang mulai mengolah dengan teknis kronofotografi dan mencoba menghidupkan serta memproyeksikan hasilnya. Ottomar Anschutz sukses banyak berkat Electrotachyscope-nya sejak 1887, dengan gambar fotografi animasi yang kejelasan yang baik ditampilkan pada layar kaca susu (milk glass) kecil atau di dalam lubang koin intip, sampai pada akhirnya mulai memproyeksikan gambar pada layar besar pada tahun 1894. Rekamannya hanya berlangsung beberapa detik, dan mengisnpirasi Edison Manufacturing Company untuk menandingi film-film yang dapat bertahan sekitar 20 detik di tontonan layar peep-box Kinetoskop mereka dari tahun 1893 dan seterusnya.

Era Film Bisu

Karya dari Muybridge, Marey, dan Le Prince meletakkan dasar bagi pengembangan kamera film, proyektor, dan transparent celluloid film di masa depan, yang mengarah pada perkembangan sinema seperti yang kita kenal sekarang. Penemu Amerika bernama George Eastman, pertama kali memproduksi pelat kering fotografi pada tahun 1878, membuat kemajuan pada kestabilan pada jenis film celluloid pada tahun 1888.

Seni film berkembang menjadi matang di era "film bisu" (tahun film 18941929). Puncak era bisu dalam dunia perfilman (dari awal 1910-an hingga akhir 1920-an) adalah periode yang sangat bermanfaat, penuh dengan inovasi artistik. Pergerakan film sinema hollywood klasik selaras serta baiknya dengan pergerakan Impresionisme Prancis, Ekspresionisme Jerman, dan Montase Soviet yang dimulai pada periode ini. Pembuat film bisu memelopori bentuk seni sejauh hampir setiap gaya dan genre pembuatan film pada abad ke-20 dan ke-21 serta menjadi akar artistik di era film bisu. Era film bisu juga merupakan era perintis dari segi teknis sudut pandang. Pencahayaan tiga titik, teknik ambilan dekat, teknik pengambilan gambar luas, panning, dan pengeditan kontinuitas semuanya menjadi umum jauh sebelum film bisu digantikan oleh "gambar bersuara" atau "talkie" pada akhir 1920-an. Beberapa akademisi mengklaim bahwa kualitas artistik sinema mengalami penurunan selama beberapa tahun, dari awal 1930-an sampai sutradara, aktor, dan staf produksi beradaptasi sepenuhnya dengan "gambar bersuara/talkie" di sekitar pertengahan 1930-an.[5]

Kualitas visual film bisu—terutama yang diproduksi pada tahun 1920-an—kebanyakan memiliki kualitas tinggi, tetapi masih ada kesalahpahaman yang tersebar luas bahwa film-film ini primitif, atau hampir tidak dapat ditonton menurut standar modern.[6] Kesalahpahaman ini berasal dari ketidaktahuan masyarakat umum dengan media, serta kecerobohan dari pihak industri. Sebagian besar film bisu tidak terpelihara dengan baik, menyebabkan kerusakan, dan film yang terpelihara dengan baik sering diputar ulang dengan kecepatan yang salah atau mengalami pemotongan sensor dan bingkai serta adegan yang hilang, sehingga memberikan tampilan pengeditan yang buruk.[7][8] Banyak film bisu hanya tersedia dalam salinan generasi kedua atau ketiga, bahkan seringkali dibuat dari stok film yang sudah rusak dan terabaikan.[5] Kesalahpahaman lain yang dipegang secara luas adalah bahwa film bisu kurang berwarna. Faktanya, warnanya jauh lebih merata dalam film bisu daripada film yang berada di dalam dekade pertama film bersuara. Pada awal 1920-an, 80 persen film dapat dilihat dalam beberapa jenis warna, biasanya dalam bentuk film tinting atau toning atau bahkan pewarnaan tangan, tetapi ada juga yang dengan proses dua warna yang cukup alami seperti Kinemacolor dan Technicolor.[9] Proses pewarnaan tradisional berhenti seiring adopsi teknologi sound-on-film. Dalam pewarnaan film tradisional, yang semuanya melibatkan penggunaan pewarna dalam beberapa bentuk dan mengganggu resolusi tinggi yang diperlukan untuk rekaman suara built-in, dan karenanya hal itu ditinggalkan. Bahkan proses inovatif three-strip technicolor yang diperkenalkan pada pertengahan 30-an berbiaya mahal dan penuh dengan keterbatasan, dan warna tidak akan memiliki prevalensi yang sama dalam film seperti yang terjadi pada film bisu yang telah terjadi hampir empat dekade.

Antarjudul

The Cabinet of Dr. Caligari (1920) menggunakan antarjudul bergaya.

Karena film secara bertahap meningkat dalam durasi tayang, diperlukan pengganti juru bahasa internal yang akan menjelaskan bagian-bagian film kepada penonton. Karena film bisu tidak memiliki suara yang sinkron untuk dialog, layar antarjudul digunakan untuk menceritakan poin cerita, menyajikan dialog kunci dan terkadang bahkan mengomentari aksi dalam film untuk penonton. Penulis antarjudul professional menjadi kunci dalam film bisu dan seringkali terpisah dari penulis skenario yang menciptakan cerita. Antarjudul (atau judul sebagaimana mereka umumnya disebut pada saat itu) "seringkali merupakan elemen grafis itu sendiri, menampilkan ilustrasi atau dekorasi abstrak yang mengomentari aksi di dalam film".[10][11][butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ "Silent Films". JSTOR. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 26, 2019. Diakses tanggal 2019-10-29. 
  2. ^ a b Sagert, Kelly Boyer (2010). Flappers: A Guide to an American Subculture. ABC-CLIO. hlm. 39–41. ISBN 0313376905. 
  3. ^ Slide 2000, hlm. 5.
  4. ^ Lewis 2008.
  5. ^ a b Dirks, Tim. "Film History of the 1920s, Part 1". AMC. Diakses tanggal March 7, 2014. 
  6. ^ Brownlow 1968b, hlm. 580.
  7. ^ Harris, Paul (December 4, 2013). "Library of Congress: 75% of Silent Films Lost". Variety. Diakses tanggal July 27, 2017. 
  8. ^ S., Lea (January 5, 2015). "How Do Silent Films Become 'Lost'?". Silent-ology. Diakses tanggal July 27, 2017. 
  9. ^ Jeremy Polacek (June 6, 2014). "Faster than Sound: Color in the Age of Silent Film". Hyperallergic. 
  10. ^ Vlad Strukov, "A Journey through Time: Alexander Sokurov's Russian Ark and Theories of Memisis" in Lúcia Nagib and Cecília Mello, eds. Realism and the Audiovisual Media (NY: Palgrave Macmillan, 2009), 129-30. ISBN 0230246974; and Thomas Elsaesser, Early Cinema: Space, Frame, Narrative (London: British Film Institute, 1990), 14. ISBN 0851702457
  11. ^ Foster, Diana (November 19, 2014). "The History of Silent Movies and Subtitles". Video Caption Corporation. Diakses tanggal 24 February 2019. 

Pranala luar