Prasejarah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7: Baris 7:


Artikel ini berisi uraian mengenai Zaman Prasejarah-Manusia, yakni kurun waktu yang bermula sejak kemunculan perdana jenis makhluk hidup yang disebut "manusia modern" berdasarkan perilaku maupun anatominya, dan berakhir pada awal [[Zaman Sejarah]]. Mengingat kurun waktu sebelum kemunculan perdana manusia modern juga disebut "Zaman Prasejarah", uraian mengenai Zaman Prasejarah sebelum kemunculan perdana manusia moderen disajikan secara terpisah dalam artikel [[Sejarah Bumi]] dan artikel [[Sejarah evolusi kehidupan|Sejarah Evolusi Makhluk Hidup]].
Artikel ini berisi uraian mengenai Zaman Prasejarah-Manusia, yakni kurun waktu yang bermula sejak kemunculan perdana jenis makhluk hidup yang disebut "manusia modern" berdasarkan perilaku maupun anatominya, dan berakhir pada awal [[Zaman Sejarah]]. Mengingat kurun waktu sebelum kemunculan perdana manusia modern juga disebut "Zaman Prasejarah", uraian mengenai Zaman Prasejarah sebelum kemunculan perdana manusia moderen disajikan secara terpisah dalam artikel [[Sejarah Bumi]] dan artikel [[Sejarah evolusi kehidupan|Sejarah Evolusi Makhluk Hidup]].

== Definisi ==
[[File:Göbekli Tepe, Urfa.jpg|thumb|upright=1.1|Pilar-pilar batu raksasa di [[Göbekli Tepe]], kawasan selatan Turki, didirikan untuk keperluan ritual oleh masyarakat [[Neolitikum|Zaman Neolitikum]] 11.000 tahun silam]]
[[File:Caveman 6.jpg|thumb|upright=1.1|Seorang remaja mengamati proses pembuatan perkakas batu, salah satu sketsa terawal yang menggambarkan peri kehidupan manusia Prasejarah, dibuat berdasarkan imajinasi]]
[[File:Prehistoric man.jpg|thumb|upright=1.1|Gambar yang memperlihatkan gagasan abad ke-19 tentang kehidupan manusia Prasejarah di alam liar]]<!--
;Beginning: The term "prehistory" can refer to the vast span of time since the [[Big Bang|beginning]] of the [[Universe]] or the Earth, but more often it refers to the period since [[life]] appeared on Earth, or even more specifically to the time since human-like beings appeared.<ref name="fagan07">Fagan, Brian. 2007. ''World Prehistory: A brief introduction'' New York: Prentice-Hall, Seventh Edition, Chapter One</ref><ref name="renfrew">Renfrew, Colin. 2008. ''Prehistory: The Making of the Human Mind.'' New York: Modern Library</ref>
;End:The date marking the end of prehistory is typically defined as the advent of the contemporary [[List of languages by first written accounts|written historical]] record.<ref>{{Cite book|title=World prehistory: a brief introduction|last=Fagan|first=Brian|date=2017|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-27910-5|edition=Ninth|location=London|page=8|oclc=958480847}}</ref><ref>{{Cite book|title=A critical history of early Rome : from prehistory to the first Punic War|last=Forsythe|first=Gary|date=2005|publisher=University of California Press|isbn=978-0-520-94029-1|location=Berkeley|pages=12|oclc=70728478}}</ref> The date consequently varies widely from region to region depending on the date when relevant records become a useful academic resource.<ref>{{Cite journal|last=Connah|first=Graham|date=2007-05-11|title=Historical Archaeology in Africa: An Appropriate Concept?|journal=African Archaeological Review|volume=24|issue=1–2|pages=35–40|doi=10.1007/s10437-007-9014-9|issn=0263-0338}}</ref> For example, in [[Egypt]] it is generally accepted that prehistory ended around 3200 BCE, whereas in [[New Guinea]] the end of the prehistoric era is set much more recently, at around 1900 [[Common Era|common era]]. In Europe the relatively well-documented classical cultures of [[Ancient Greece]] and [[Ancient Rome]] had neighbouring cultures, including the [[Celts]] and to a lesser extent the [[Etruscan civilization|Etruscans]], with little or no writing, and historians must decide how much weight to give to the often highly prejudiced accounts of these "prehistoric" cultures in Greek and Roman literature.
;Time periods: In dividing up human prehistory in Eurasia, historians typically use the [[three-age system]], whereas scholars of pre-human time periods typically use the [[chronostratigraphy|well-defined]] [[geologic record]] and its internationally defined [[stratum]] base within the [[era (geology)|geologic time scale]]. The three-age system is the [[periodization]] of human prehistory into three consecutive [[time period]]s, named for their respective predominant tool-making technologies:
:*[[Stone Age]]
:*[[Bronze Age]]
:*[[Iron Age]]<ref name="Minds">{{cite book |editor=Matthew Daniel Eddy |title=Prehistoric Minds: Human Origins as a Cultural Artefact |date=2011 |publisher=Royal Society of London |url=https://www.academia.edu/3088568}}</ref>

===History of the term===
The notion of "prehistory" began to surface during the Enlightenment in the work of antiquarians who used the word 'primitive' to describe societies that existed before written records.<ref>{{cite journal |last=Eddy |first=Matthew Daniel |title=The Line of Reason: Hugh Blair, Spatiality and the Progressive Structure of Language |journal=Notes and Records of the Royal Society |year=2011 |volume=65 |pages=9–24 |url=https://www.academia.edu/1112084 |doi=10.1098/rsnr.2010.0098}}</ref> The first use of the word prehistory in English, however, occurred in the ''Foreign [[Quarterly Review]]'' in 1836.<ref>{{cite journal|last=Eddy|first=Matthew Daniel|title=The Prehistoric Mind as a Historical Artefact|journal=Notes and Records of the Royal Society|year=2011|volume=65|pages=1–8|url=https://www.academia.edu/1130650|doi=10.1098/rsnr.2010.0097|doi-access=free}}</ref>

The use of the geologic time scale for pre-human time periods, and of the [[three-age system]] for human prehistory, is a system that emerged during the late nineteenth century in the work of British, German, and Scandinavian [[Anthropology|anthropologists]], [[Archaeology|archeologists]], and [[antiquarian]]s.<ref name="Minds"/>-->


== Prasejarah di Indonesia ==
== Prasejarah di Indonesia ==

Revisi per 24 Juni 2020 02.44

Zaman Prasejarah adalah kurun waktu yang bermula ketika makhluk hominini mulai memanfaatkan perkakas batu sekitar 3,3 juta tahun silam, dan berakhir ketika sistem tulis diciptakan. Oleh karena itu Zaman Prasejarah juga disebut Zaman Praaksara (zaman sebelum ada aksara) atau Zaman Nirleka (zaman ketiadaan tulisan). Manusia purbakala sudah pandai membuat lambang-lambang, tanda-tanda, maupun gambar-gambar, tetapi sistem-sistem tulis tertua diketahui baru muncul sekitar 5.300 tahun silam, dan adopsi sistem tulis secara luas baru terjadi ribuan tahun kemudian. Beberapa kebudayaan baru menggunakan sistem tulis pada abad ke-19, bahkan masih ada segelintir kebudayaan yang belum menggunakannya sampai sekarang. Oleh karena itu tarikh akhir zaman Prasejarah berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain, dan istilah "Zaman Prasejarah" tidak begitu sering digunakan dalam wacana mengenai masyarakat-masyarakat yang baru belakangan ini meninggalkan Zaman Prasejarah.

Sumer di Mesopotamia, Lembah Sungai Indus, dan Mesir Kuno adalah peradaban-peradaban yang pertama kali menciptakan aksara dan menyimpan catatan bersejarah. Kemajuan ini dicapai sejak permulaan Zaman Perunggu. Jejak mereka mula-mula diikuti peradaban-peradaban tetangganya. Sebagian besar peradaban lain baru keluar dari Zaman Prasejarah pada Zaman Besi. Pembagian Zaman Prasejarah menjadi Zaman Batu, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi disebut sistem tiga zaman. Sistem ini dipakai di sebagian besar kawasan Erasia dan Afrika Utara, tetapi tidak umum dipakai di belahan-belahan dunia lain yang baru mendadak mengenal kepandaian mengolah logam-logam keras dari kontak dengan kebudayaan-kebudayaan Erasia, misalnya kawasan Oseania, kawasan Australasia, sebagian besar kawasan Afrika Sub-Sahara, dan beberapa bagian dari kawasan Amerika. Selain peradaban-peradaban Pra-Kolumbus di Amerika, kawasan-kawasan tersebut tidak memiliki sistem tulis yang kompleks sebelum kedatangan bangsa Erasia, dan oleh karena itu belum lama keluar dari Zaman Prasejarah. Sebagai contoh, Zaman Prasejarah Indonesia dianggap berakhir sekitar tahun 400, sementara Zaman Prasejarah Australia lazimnya dianggap baru berakhir pada tahun 1788.

Kurun waktu ketika sebuah kebudayaan belum memiliki sistem tulis sendiri, tetapi sudah dicatat hal-ihwalnya oleh pihak lain, disebut sebagai Zaman Protosejarah dari kebudayaan itu. Bertolak dari definisi di atas,[1] dapat disimpulkan bahwa tidak ada peninggalan tertulis dari Zaman Prasejarah-Manusia, sehingga penentuan tarikh pembuatan benda-benda Zaman Prasejarah menjadi sangat penting. Teknik-teknik penentuan tarikh secara jelas baru disempurnakan pada abad ke-19.[2]

Artikel ini berisi uraian mengenai Zaman Prasejarah-Manusia, yakni kurun waktu yang bermula sejak kemunculan perdana jenis makhluk hidup yang disebut "manusia modern" berdasarkan perilaku maupun anatominya, dan berakhir pada awal Zaman Sejarah. Mengingat kurun waktu sebelum kemunculan perdana manusia modern juga disebut "Zaman Prasejarah", uraian mengenai Zaman Prasejarah sebelum kemunculan perdana manusia moderen disajikan secara terpisah dalam artikel Sejarah Bumi dan artikel Sejarah Evolusi Makhluk Hidup.

Definisi

Pilar-pilar batu raksasa di Göbekli Tepe, kawasan selatan Turki, didirikan untuk keperluan ritual oleh masyarakat Zaman Neolitikum 11.000 tahun silam
Seorang remaja mengamati proses pembuatan perkakas batu, salah satu sketsa terawal yang menggambarkan peri kehidupan manusia Prasejarah, dibuat berdasarkan imajinasi
Gambar yang memperlihatkan gagasan abad ke-19 tentang kehidupan manusia Prasejarah di alam liar

Prasejarah di Indonesia

Zaman prasejarah di Indonesia sendiri diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah. Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti prasejarah didapat dari artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs prasejarah.

Definisi: berbagai pendekatan

Prasejarah mengacu pada suatu periode di mana keberadaan manusia masih belum dicatat dalam catatan sejarah.[3] Prasejarah juga dapat mengacu pada semua waktu sebelum keberadaan manusia dan penemuan tulisan.

Konsep "prasejarah" pertama kali muncul pada saat abad Pencerahan dalam pekerjaan kolektor barang kuno yang menggunakan kata "primitive" untuk menggambarkan masyarakat yang telah ada sebelum catatan ditulis.[4] Penggunaan pertama kata dalam bahasa Inggris untuk prasejarah, ada pada Foreign Quarterly Review pada tahun 1836.[5]

Periodisasi

Pembagian zaman

Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu dan Zaman Besi), serta berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan, Masa Bercocok Tanam, dan Masa Perundagian)

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi empat zaman, antara lain:

Zaman Batu Tua (Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

  1. Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya seperti kapak perimbas dan kapak penetak)
  2. Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes dan peralatan dari tulang)

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada Palaeolithikum antara lain:

  1. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang bentuknya tidak beraturan dan bertekstur kasar)
  2. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan untuk menggemburkan tanah).
  3. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buah-buahan dan umbi-umbian).
  4. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).
  5. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum dan karena di dekat sumber air ada banyak hewan dan tumbuhan yang bisa dimakan).
  6. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
  7. Sudah mengenal api (berdasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di Cina, di mana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah gua).

Zaman Batu Tengah (Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

  • Kebudayaan

Kjokkenmoddinger

Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur & moddinger yang berarti sampah (dan kjokkenmoddinger artinya sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble dan batu pipisan.

  • Kebudayaan Abris Sous Roche

Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang dan tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada zaman Mesolithikum antara lain:

a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)
b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)
c.Gundukan Kjokkenmoddinger yang dapat mencapai tinggi tujuh meter dengan diameter tiga puluh meter ini tentu terbentuk dalam waktu lama, sehingga disimpulkan bahwa manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi pantai.
d. Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi bahwa manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.

Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:

  1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
  2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.
  3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
  4. Pakaian dari kulit kayu
  5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatra, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolitikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Kahmer-Indocina)

Kebudayaan Megalitik

Antara zaman neolitikum dan zaman logam setelah itu berkembanglah kebudayaan megalitik, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya (Membuat rumah, Alat Berburu, dll) bahkan hingga puncak kebudayaan megalitik justru pada terjadi pada zaman logam. Hasil kebudayaan Megalitik, antara lain:

  1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.
  2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang
  3. Sarkofagus (keranda batu): peti mati berbentuk lesung bertutup
  4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
  5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup
  6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

Zaman Logam (Masa Perundagian)

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Zaman logam di Indonesia dibagi atas:

Zaman Perunggu

Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tongkin China (pusat kebudayaan ini) manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3: 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:

  • Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
  • Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatra, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
  • Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatra.
  • Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)

Zaman Besi

Pada zaman ini, manusia sudah terampil melebur bijih besi untuk dituang dan dijadikan alat sesuai keperluan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ± 3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:

  • Mata Kapak bertungkai kayu
  • Mata Pisau
  • Mata Sabit
  • Mata Pedang
  • Cangkul

Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Era prasejarah di Indonesia

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Dictionary Entry". Diakses tanggal 8 August 2017. 
  2. ^ Graslund, Bo. 1987. The birth of prehistoric chronology. Cambridge:Cambridge University Press.
  3. ^ Renfrew, Colin. Prehistory The Making Of The Human Mind. New York: Modern Library,2008. Print.
  4. ^ Eddy, Matthew Daniel (2011). "The Line of Reason: Hugh Blair, Spatiality and the Progressive Structure of Language". Notes and Records of the Royal Society. 65: 9–24. doi:10.1098/rsnr.2010.0098. 
  5. ^ Eddy, Matthew Daniel (2011). "The Prehistoric Mind as a Historical Artefact". Notes and Records of the Royal Society. 65: 1–8. doi:10.1098/rsnr.2010.0097. 

Bacaan lanjutan