Kontroversi vaksin MMR: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
Farras (bicara | kontrib)
Baris 60: Baris 60:


=== Pencabutan interpretasi ===
=== Pencabutan interpretasi ===
''The Lancet'' dan berbagai jurnal kedokteran lain mewajibkan setiap artikel menyertakan kesimpulan penulis tentang penelitiannya yang disebut "interpretasi". Berikut adalah ringkasan penutup artikel ''Lancet'' tahun 1998:

<blockquote>
'''Interpretasi''' Kami mengidentifikasi penyakit gastrointestinal dan regresi perkembangan terkait pada anak-anak yang sebelumnya normal yang umumnya berkaitan secara bersamaan dengan dugaan pemicu lingkungan.<ref name=Wakefield/>
</blockquote>

Pada Maret 2004, tidak lama setelah berita tentang dugaan konflik kepentingan disiarkan, sepuluh dari 12 penulis artikel Wakefield mencabut interpretasi tersebut,<ref name=retraction>{{cite journal |vauthors=Murch SH, Anthony A, Casson DH, etal |title= Retraction of an interpretation |journal=The Lancet |volume=363 |issue=9411 |page=750 |year=2004 |pmid=15016483 |doi=10.1016/S0140-6736(04)15715-2}}</ref> tetapi menegaskan bahwa kemungkinan kondisi gastrointestinal khusus pada anak-anak yang mengalami autisme dapat diteliti lebih lanjut.<ref name="Fitz2004">{{cite book | author = Fitzpatrick M | title = MMR and Autism: What Parents Need to Know | publisher = Routledge | year = 2004 | accessdate = 2011-02-02 |url=https://books.google.com/books?id=XMWuvsJ1WY4C| isbn = 978-0-415-32179-2}}</ref> Namun, penelitian lain terhadap anak-anak yang mengalami gangguan gastrointestinal tidak menemukan perbedaan antara anak-anak dengan gangguan [[spektrum autisme]] dan anak-anak tanpa gangguan tersebut meskipun ada [[RNA]] virus campak di usus; penelitian tersebut juga menemukan bahwa gejala gastrointestinal dan gejala autisme tidak berkaitan secara bersamaan dengan penyuntikan vaksin MMR.<ref>{{cite journal |journal= PLoS ONE |year=2008 |volume=3 |issue=9 |pages=e3140 |title= Lack of association between measles virus vaccine and autism with enteropathy: a case-control study |editor1-first= Mark R. |editor1-last= Cookson |vauthors=Hornig M, Briese T, Buie T, etal |doi=10.1371/journal.pone.0003140 |pmid=18769550 |url=http://www.plosone.org/article/info:doi/10.1371/journal.pone.0003140 |laysummary=https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2008/09/03/AR2008090303396.html |laysource= The Washington Post |laydate=2008-09-04 |pmc= 2526159|bibcode=2008PLoSO...3.3140H }}</ref>

=== Manipulasi data ===
=== Manipulasi data ===
=== Investigasi General Medical Council ===
=== Investigasi General Medical Council ===

Revisi per 10 Januari 2018 10.50

Kontroversi vaksin MMR dimulai setelah penerbitan sebuah artikel penelitian bermasalahdi The Lancet tahun 1998 yang mengaitkan vaksin gabungan campak, gondok, dan rubela (MMR) dengan radang usus besar dan gangguan spektrum autisme.[1] Klaim-klaim yang dipaparkan dalam artikel ini menjadi sorotan media[2] dan memicu jatuhnya angka vaksinasi di Britania Raya dan Irlandia. Akibatnya, jumlah kasus campak dan gondok naik dan banyak korban jiwa dan cedera permanen berjatuhan.[3][4] Usai klaim awal pada tahun 1998, berbagai penelitian epidemiologi besar dilakukan. Peninjauan ulang bukti oleh Centers for Disease Control and Prevention,[5] American Academy of Pediatrics, Institute of Medicine dari Akademi Ilmu Pengetahuan Amerika Serikat,[6] National Health Service Britania Raya,[7] dan Cochrane Library[8] tidak menemukan kaitan antara vaksin MMR dan autisme.

Penyelidikan oleh wartawan Brian Deer menemukan bahwa Andrew Wakefield, penulis artikel penelitian yang menghubungkan vaksin dengan autisme, memiliki banyak konflik kepentingan yang disembunyikan,[9][10] memanipulasi bukti,[11] dan melanggar sejumlah kode etik. Artikel di jurnal Lancet dicabut separuh pada tahun 2004 dan dicabut sepenuhnya tahun 2010 setelah pemimpin redaksi Lancet, Richard Horton, menilai artikel tersebut "sangat keliru" dan mengaku bahwa jurnalnya telah "dibohongi".[12] Wakefield dinyatakan bersalah oleh General Medical Council atas penyalahgunaan jabatan serius pada Mei 2010 dan dicoret dari Medical Register, artinya ia tidak diizinkan membuka praktik dokter di Britania Raya.[13] Pada tahun 2011, Deer merilis informasi tambahan tentang praktik penelitian Wakefield yang tidak pantas di British Medical Journal; dalam editorial resmi, ia menyebut artikel Wakefield sebagai penipuan.[14][15] Konsensus ilmiah adalah vaksin MMR tidak ada hubungannya dengan perkembangan gejala autisme, dan manfaat vaksin ini lebih besar daripada risikonya.

Artikel Wakefield dicap sebagai "kebohongan medis paling membahayakan dalam 100 tahun terakhir".[16] Berbagai dokter, jurnal kedokteran, dan penyunting[17][18][19][20][21] mencap tindakan Wakefield sebagai penipuan yang memicu peningkatan wabah dan korban jiwa.[22][23]

Latar belakang

Sebelum kontroversi autisme merebak tahun 1998, sejumlah pihak sudah mempersoalkan keamanan vaksin MMR karena ada efek samping dari galur gondok Urabe, termasuk kasus meningitis aseptik langka yang merugikan, bentuk jinak sementara dari virus meningitis.[24][25] Uji coba vaksin MMR bergalur gondok Urabe di Britania pada akhir 1980-an menghasilkan tiga kasus kejang demam per 1.000 vaksinasi yang diduga saling terkait. Reaksi merugikan terhadap vaksin ini dipersoalkan oleh pihak berwenang Amerika Serikat dan Kanada berdasarkan laporan dari Jepang yang mengaitkan MMR Urabe dengan meningoensefalitis. Kanada menarik sebuah merek vaksin berbasis Urabe pada akhir 1980-an.[26]

National Health Service Britania Raya memperkenalkan vaksin MMR menggunakan galur gondok Urabe pada tahun 1988 dan menggantinya dengan galur Jeryl Lynn pada September 1992 setelah risiko meningitis aseptik berbahaya ditemukan 15–35 hari pasca-vaksinasi.[27] Karena tidak ada risiko seperti itu dalam vaksin bergalur gondok Jeryl Lynn,[27][28] NHS Britania menarik dua dari tiga vaksin MMR dari pasaran (Immravax, diproduksi Merieux UK, dan Pluserix, diproduksi SmithKline Beecham) dan mengutamakan merek MMR II produksi Merck Sharp and Dohme yang bergalur Jeryl Lynn.[28] Meski vaksinasi MMR dilanjutkan menggunakan MMR II, tingkat vaksinasi MMR pertama kali jatuh pasca-1996 setelah Wakefield mengklaim bahwa vaksin ini memiliki hubungan dengan penyakit Crohn.[29]

Galur Urabe masih digunakan di sejumlah negara; MMR bergalur Urabe lebih murah diproduksi daripada galur Jeryl Lynn.[30] Galur yang keampuhannya lebih tinggi dengan efek samping ringan yang lebih banyak malah lebih unggul karena jumlah kasus penyakitnya semakin berkurang.[28]

Kampanye revaksinasi

Usai wabah campak di Inggris tahun 1992 dan atas dasar analisis data seroepidemiologi yang dibantu model matematika, otoritas kesehatan Britania Raya memprediksi kebangkitan wabah campak di kalangan anak-anak usia sekolah. Saat itu, mereka mempertimbangkan dua strategi: memvaksin semua anak tanpa riwayat vaksinasi campak atau mengimunisasi semua anak tanpa memandang riwayat vaksinasinya.[31] Pada November 1994, opsi terakhir dipilih dan kampanye vaksinasi campak dan rubela nasional pun dilakukan. Kampanye ini disebut-sebut sebagai "salah satu inisiatif vaksinasi paling ambisius yang pernah dilakukan di Britania".[32] Dalam kurun satu bulan, 92% dari 7,1 juta anak sekolah di Inggris usia 5–16 tahun menerima vaksin campak dan rubela (MR).[33]

Gugatan MMR

Pada April 1994, Richard Barr,[34] seorang pengacara, berhasil mendapat bantuan hukum untuk mengajukan gugatan publik terhadap produsen vaksin MMR atas dasar Undang-Undang Perlindungan Konsumen 1987 yang disahkan Parlemen Britania Raya. Kasus publik ini menargetkan Aventis Pasteur, SmithKlineBeecham, dan Merck, masing-masing adalah produsen Immravax, Pluserix-MMR, dan MMR II.[35] Gugatan yang didasarkan pada klaim bahwa MMR adalah produk cacat dan sepantasnya tidak digunakan merupakan gugatan publik besar pertama yang didanai oleh Legal Aid Board (kelak berganti nama menjadi Legal Services Commission yang sebelumnya digantikan oleh Legal Aid Agency) setelah dibentuk tahun 1988. Setelah melihat dua artikel Andrew Wakefield yang membahas peran virus campak dalam penyakit Crohn dan penyakit radang usus,[36][37] Barr menghubungi Wakefield untuk menjadi saksi ahli. Menurut para pendukung Wakefield, Barr dan Wakefield bertemu untuk pertama kali pada tanggal 6 Januari 1996.[38] Legal Services Commission menghentikan proses pengadilan pada bulan September 2003 atas dasar potensi penolakan yang tinggi karena bukti medisnya. Penghentian ini mengakhiri kasus pendanaan penelitian pertama oleh LSC.[39]

Artikel The Lancet 1998

Pada Februari 1998, kelompok peneliti yang dipimpin Andrew Wakefield menerbitkan artikel bermasalah di jurnal kedokteran ternama Britania Raya, The Lancet, yang dibantu oleh konferensi pers di Royal Free Hospital di London.[40][41] Artikel ini melaporkan dua belas anak yang mengalami gangguan perkembangan di Royal Free Hospital. Orang tua atau dokter delapan anak di antaranya kabarnya mengaitkan awal gejala perilaku dengan vaksinasi MMR. Artikel ini menjelaskan berbagai gejala usus, temuan endoskopi dan temuan biopsi yang dijadikan bukti sindrom baru potensial yang kelak disebut enterokolitis autistik oleh Wakefield, dan menyarankan penelitian lebih lanjut tentang dugaan hubungan antara autisme dan vaksin MMR. Artikel tersebut berpendapat bahwa hubungan antara autisme dan patologi gastrointestinal itu nyata, tetapi tidak membuktikan kaitan antara vaksin MMR dan autisme.[1]

Dalam konferensi pers sebelum artikel terbit (kelak dicap sebagai "sains lewat konferensi pers"),[40] Wakefield mengatakan bahwa ia merasa sebaiknya vaksin tunggal digunakan daripada tiga vaksin MMR sampai vaksin ini ditetapkan sebagai pengancam lingkungan; orang tua delapan dari dua belas anak yang diteliti kabarnya menyalahkan vaksin MMR dan menyatakan bahwa gejala autisme telah muncul beberapa hari usai vaksinasi pada usia kurang lebih 14 bulan. Wakefield mengatakan, "saya tidak bisa mendukung penggunaan ketiga vaksin ini secara bersamaan sampai isu ini diselesaikan."[42] Dalam siaran berita video yang dirilis rumah sakit kepada penyiar menjelang konferensi pers, ia meminta MMR "dihentikan sementara dan diganti dengan vaksin tunggal".[43] Dalam wawancara BBC, guru Wakefield, Roy Pounder, yang tidak ikut menulis artikel, "mengakui penelitian ini kontroversial". Ia menambahkan, "Bila melihat ke belakang, mungkin solusi terbaik adalah memberi vaksinasi secara terpisah,... Ketika vaksinasi diberikan per orang, tidak ada masalah."[44] Saran-saran ini tidak didukung oleh para penulis artikel Wakefield maupun bukti ilmiah.[45]

Liputan pers awalnya tidak banyak. The Guardian dan The Independent melaporkannya di halaman depan, sedangkan The Daily Mail hanya menerbitkan kolom kecil di halaman tengah dan The Sun tidak meliputnya.[2]

Kontroversi artikel Wakefield di The Lancet

Kontroversi mulai menyeruak pada tahun 2001 dan 2002 setelah Wakefield menerbitkan beberapa artikel yang menunjukkan bahwa program imunisasi tidak aman. Artikel-artikel ini terdiri atas satu artikel tinjauan tanpa bukti baru di jurnal kecil dan dua artikel tentang penelitian laboratorium yang menunjukkan bahwa virus campak ditemukan di sampel jaringan anak yang mengalami autisme dan radang usus. Penerbitan ini mendapat sorotan luar dari media yang juga mengangkat bukti anekdot dari orang tua serta liputan politik yang mengkritik layanan kesehatan dan pemerintah. Puncaknya, masyarakat menuntut Perdana Menteri Tony Blair mengungkapkan apakah putranya yang masih kecil, Leo, divaksin. Artikel Wakefield menjadi berita sains terbesar tahun 2002 yang ditanggapi dengan 1.257 kolom berita oleh komentator non-ahli. Pada bulan Januari sampai September 2002, 32% kolom berita tentang MMR mencantumkan nama Leo Blair dan 25% lainnya mencantumkan Wakefield. Kurang dari sepertiga kolom berita mencantumkan bukti kuat bahwa vaksin MMR aman.[2] Artikel penelitian, konferensi pers, dan videonya memicu kepanikan kesehatan besar di Britania Raya. Akibat kepanikan ini, kepercayaan masyarakat terhadap MMR jatuh dari 59% menjadi 41% usai penerbitan artikel Wakefield. Pada tahun 2001, 26% dokter keluarga merasa pemerintah gagal membuktikan tidak adanya hubungan antara MMR dan autisme dan radang usus.[46] Dalam buku Bad Science, Ben Goldacre mengelompokkan kepanikan vaksin MMR sebagai satu dari "tiga berita sains palsu paling berkesan sepanjang masa" yang pernah diterbitkan oleh harian Britania Raya (dua berita lainnya adalah skandal Pusztai tentang tanaman modifikasi genetik, dan kebohongan Chris Malyszewicz dan MRSA).[47]

Kepercayaan terhadap vaksin MMR naik seiring terkuaknya bukti-bukti bahwa klaim Wakefield tidak didukung oleh bukti ilmiah. Survei tahun 2003 yang melibatkan 366 dokter keluarga di Britania Raya melaporkan bahwa 77% responden akan menyarankan vaksin MMR kepada anak yang keluarga dekatnya memiliki riwayat autisme dan 3% responden mengira bahwa autisme kadang disebabkan oleh vaksin MMR.[48] Survei serupa tahun 2004 menemukan bahwa masing-masing persentasenya berubah menjadi 82% dan 2% dan kepercayaan terhadap MMR meningkat selama dua tahun terakhir.[49]

Salah satu faktor dalam kontroversi ini adalah hanya vaksin gabungan yang tersedia lewat program National Health Service. Per 2010, tidak satupun vaksin campak, gondok, dan rubela terpisah yang diizinkan penggunaannya di Britania Raya.[50] Perdana Menteri Tony Blair mendukung program ini dan berpendapat bahwa vaksin cukup aman untuk putranya sendiri, Leo,[51] tetapi atas dasar privasi menolak menyatakan apakah Leo menerima vaksin; sebaliknya, Perdana Menteri pengganti Blair, Gordon Brown, secara eksplisit membenarkan bahwa putranya telah diimunisasi.[52] Saat mempromosikan otobiografinya, Cherie Blair membenarkan bahwa Leo menerima vaksinasi MMR.[2][53]

Penerapan vaksin gabungan alih-alih terpisah mengurangi risiko anak terkena penyakit saat menunggu imunisasi lengkap.[54] Dua suntikan vaksin gabungan lebih mudah diterima anak dan tidak membuat anak tertekan daripada enam suntikan vaksin terpisah. Kunjungan klinik tambahan yang diharuskan oleh vaksin terpisah meningkatkan kemungkinan tertundanya atau terlewatnya penyuntikan beberapa vaksin;[54][55] vaccination uptake significantly increased in the UK when MMR was introduced in 1988.[54] Para pekerja di sektor kesehatan mengkritik habis-habisan liputan media mengenai kontroversi ini karena memicu penurunan tingkat vaksinasi nasional.[56] Tidak ada dasar ilmiah untuk mengutamakan vaksin terpisah atau menetapkan jeda waktu antara vaksin terpisah.[57]

John Walker-Smith, salah satu penulis laporan Wakefield dan pendukung vaksin MMR, menulis pada tahun 2002 bahwa epidemiologi menunjukkan bahwa MMR aman bagi sebagian besar anak-anak, tetapi menyatakan bahwa epidemiologi adalah alat tumpul dan penelitian pun berpotensi melupakan golongan masyarakat berisiko yang benar-benar memiliki hubungan antara MMR dan autisme.[58] Namun, apabila ciri klinis dan patologis subtipe autisme langka sudah diidentifikasi dengan baik, penelitian epidemiologi dapat menyelesaikan persoalan apakah MMR memicu subtipe autisme tersebut.[59] Tidak ada bukti ilmiah bahwa MMR merusak sistem imun bayi dan banyak bukti yang menunjukkan sebaliknya (penguatan imun).[57]

Pada tahun 2001, Berelowitz, salah satu penulis laporan Wakefield, mengatakan, "Saya tidak mengetahui bukti kuat yang mendukung hipotesis kaitan antara MMR dan autisme".[60] Canadian Paediatric Society,[61] Centers for Disease Control and Prevention,[5] Institute of Medicine of the National Academy of Sciences, [6] dan National Health Service Britania Raya[7] sama-sama menyimpulkan bahwa tidak ada bukti hubungan antara vaksin MMR dan autisme dan artikel jurnal tahun 2011 yang menjelaskan hubungan vaksin–autisme adalah "kebohongan medis paling membahayakan dalam 100 tahun terakhir".[16]

Konflik kepentingan

Pada bulan Februari 2004, usai investigasi selama empat bulan, wartawan Brian Deer menulis di The Sunday Times London bahwa sebelum artikel penelitian dikirim ke The Lancet, Wakefield menerima £55.000 dari pengacara Legal Aid Board yang mencari bukti untuk melawan produsen vaksin, beberapa orang tua yang dikutip mengatakan bahwa MMR membuat anaknya sakit juga merupakan penggugat, dan Wakefield tidak memberitahu rekan atau pihak berwenang di lingkup kedokteran tentang adanya konflik kepentingan. Ketika penyunting The Lancet mengetahui hal ini, mereka menyatakan bahwa berdasarkan bukti Deer, artikel Wakefield seharusnya tidak boleh diterbitkan karena temuan-temuannya "lemah secara keseluruhan".[9] Walaupun Wakefield menegaskan bahwa dana bantuan hukum yang diterimanya ditujukan untuk penelitian terpisah yang belum terbit[62] (sikap ini kemudian ditolak oleh dewan General Medical Council Britania Raya), penyunting The Lancet menyatakan bahwa sumber pendanaan juga harus diungkapkan kepada mereka.[63] Richard Horton, pemimpin redaksi, menulis, "Sepertinya cukup jelas sekarang bahwa seandainya kami mempelajari seutuhnya konteks laporan penelitian dalam artikel Lancet tahun 1998 yang ditulis Wakefield dan rekan-rekannya, artikel tersebut tidak akan mendapat izin terbit."[64] Sejumlah rekan peneliti Wakefield juga mengkritik tindakannya yang tidak mengungkap konflik kepentingan.[9]

Deer melanjutkan laporan investigasinya lewat dokumenter televisi Dispatches, MMR: What They Didn't Tell You, yang disiarkan di Channel 4 tanggal 18 November 2004. Dokumenter ini menduga bahwa Wakefield mengajukan permohonan paten untuk vaksin yang menyaingi vaksin MMR dan ia tahu hasil tes dari laboratoriumnya sendiri di Royal Free Hospital yang berlawanan dengan klaim-klaimnya.[10] Permohonan paten Wakefield juga disebutkan di buku Autism's False Prophets (2008) karya Paul Offit.

Pada Januari 2005, Wakefield menggugat Channel 4, 20/20 Productions, dan wartawan investigasi Brian Deer yang membawakan program Dispatches. Akan tetapi, setelah sidang selama dua tahun dan terungkapnya pembayaran rahasia sebesar lebih dari £400.000 oleh pengacara kepada Wakefield, ia mencabut gugatannya dan membayar semua biaya hukum tergugat.

Tahun 2006, Deer melaporkan di The Sunday Times bahwa Wakefield dibayar £435.643 plus tunjangan oleh pengacara Britania yang berusaha membuktikan bahwa vaksin berbahaya. Pembayaran dengan jumlah rahasia dimulai dua tahun sebelum penerbitan artikel di Lancet.[65] Uangnya berasal dari dana bantuan hukum Britania Raya, dana bantuan hukum bagi orang miskin.[42]

Pencabutan interpretasi

The Lancet dan berbagai jurnal kedokteran lain mewajibkan setiap artikel menyertakan kesimpulan penulis tentang penelitiannya yang disebut "interpretasi". Berikut adalah ringkasan penutup artikel Lancet tahun 1998:

Interpretasi Kami mengidentifikasi penyakit gastrointestinal dan regresi perkembangan terkait pada anak-anak yang sebelumnya normal yang umumnya berkaitan secara bersamaan dengan dugaan pemicu lingkungan.[1]

Pada Maret 2004, tidak lama setelah berita tentang dugaan konflik kepentingan disiarkan, sepuluh dari 12 penulis artikel Wakefield mencabut interpretasi tersebut,[66] tetapi menegaskan bahwa kemungkinan kondisi gastrointestinal khusus pada anak-anak yang mengalami autisme dapat diteliti lebih lanjut.[39] Namun, penelitian lain terhadap anak-anak yang mengalami gangguan gastrointestinal tidak menemukan perbedaan antara anak-anak dengan gangguan spektrum autisme dan anak-anak tanpa gangguan tersebut meskipun ada RNA virus campak di usus; penelitian tersebut juga menemukan bahwa gejala gastrointestinal dan gejala autisme tidak berkaitan secara bersamaan dengan penyuntikan vaksin MMR.[67]

Manipulasi data

Investigasi General Medical Council

Pencabutan penuh dan tuduhan penipuan

Peran media

Gugatan hukum

Italia

Jepang

Britania Raya

Amerika Serikat

Penelitian

Wabah penyakit

Dampak terhadap masyarakat

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c Wakefield A, Murch S, Anthony A; et al. (1998). "Ileal-lymphoid-nodular hyperplasia, non-specific colitis, and pervasive developmental disorder in children". The Lancet. 351 (9103): 637–41. doi:10.1016/S0140-6736(97)11096-0. PMID 9500320. Diakses tanggal 2007-09-05.  (Dicabut, lihat PMID 20137807)
  2. ^ a b c d Goldacre B (30 August 2008). "The MMR hoax". The Guardian. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 August 2008. Diakses tanggal 2008-08-30. 
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama McIntyre
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Pepys
  5. ^ a b "Measles, mumps, and rubella (MMR) vaccine". Centers for Disease Control and Prevention. 22 August 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 April 2008. Diakses tanggal 2008-12-21. 
  6. ^ a b Institute of Medicine (US) Immunization Safety Review Committee (17 May 2004). "Immunization Safety Review: Vaccines and Autism". Institute of Medicine of the National Academy of Sciences. PMID 20669467. Diakses tanggal 13 June 2007. 
  7. ^ a b "MMR The facts". NHS Immunisation Information. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 January 2013. Diakses tanggal 2007-09-19. 
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Cochrane
  9. ^ a b c The Sunday Times 2004:
  10. ^ a b 2004 BBC documentary:
  11. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Deer2009
  12. ^ Boseley, Sarah (2 February 2010). "Lancet retracts 'utterly false' MMR paper". The Guardian. London. Diakses tanggal 14 January 2015. 
  13. ^ Triggle, Nick (24 May 2010). "MMR doctor struck off register". BBC News. Diakses tanggal 24 May 2010. 
  14. ^ Godlee F, Smith J, Marcovitch H (2011). "Wakefield's article linking MMR vaccine and autism was fraudulent". The BMJ. 342: c7452. doi:10.1136/bmj.c7452. PMID 21209060. 
  15. ^ Deer B (2011). "Wakefield's article linking MMR vaccine and autism was fraudulent". The BMJ. 342: c5347. doi:10.1136/bmj.c5347. PMID 21209059. 
  16. ^ a b Flaherty DK (October 2011). "The vaccine-autism connection: a public health crisis caused by unethical medical practices and fraudulent science". Annals of Pharmacotherapy. 45 (10): 1302–4. doi:10.1345/aph.1Q318. PMID 21917556. 
  17. ^ Gever, John (5 January 2011). "BMJ Lifts Curtain on MMR-Autism Fraud". MedPage Today. Diakses tanggal 2011-01-08. 
  18. ^ Godlee F (January 2011). "The fraud behind the MMR scare". The BMJ. 342 (jan06 1): d22–d22. doi:10.1136/bmj.d22. 
  19. ^ Deer, Brian (6 January 2011). "Brian Deer: Piltdown medicine: The missing link between MMR and autism". BMJ Group Blogs. Diakses tanggal 2011-01-08. 
  20. ^ "Link between MMR Vaccines and Autism conclusively broken". IB Times. 7 January 2011. Diakses tanggal 2011-01-08. 
  21. ^ Broyd, Nicky (6 January 2011). "BMJ Declares Vaccine-Autism Study 'an Elaborate Fraud', 1998 Lancet Study Not Bad Science but Deliberate Fraud, Claims Journal". WebMD Health News. Diakses tanggal 2011-01-08. 
  22. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama AgeOld
  23. ^ Jasek, Marissa (6 January 2011). "Healthwatch: Disputed autism study sparks debate about vaccines". WWAY Newschannel 3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 July 2011. Diakses tanggal 2011-01-07. 
  24. ^ Schattner A (2005). "Consequence or coincidence? The occurrence, pathogenesis and significance of autoimmune manifestations after viral vaccines". Vaccine. 23 (30): 3876–86. doi:10.1016/j.vaccine.2005.03.005. PMID 15917108. 
  25. ^ Institute of Medicine (1994). "Measles and mumps vaccines". Adverse Events Associated with Childhood Vaccines: Evidence Bearing on Causality. National Academy Press. ISBN 0-309-07496-7. 
  26. ^ "ARCHIVED - Guidelines for the Prevention and Control of Mumps Outbreaks in Canada". Public Health Agency of Canada. Diakses tanggal 27 March 2016. 
  27. ^ a b Miller E, Hill A, Morgan-Capner P, Forsey T, Rush M (June 1995). "Antibodies to measles, mumps and rubella in UK children 4 years after vaccination with different MMR vaccines". Vaccine. 13 (9): 799–802. doi:10.1016/0264-410X(94)00086-3. PMID 7483800. 
  28. ^ a b c Colville A, Pugh S, Miller E, Schmitt HJ, Just M, Neiss A (1994). "Withdrawal of a mumps vaccine". European Journal of Pediatrics. 153 (6): 467–8. doi:10.1007/BF01983415. PMID 8088305. 
  29. ^ "MMR timeline". The Guardian. London. 28 January 2010. Diakses tanggal 2010-10-28. 
  30. ^ Fullerton KE, Reef SE (2002). "Commentary: Ongoing debate over the safety of the different mumps vaccine strains impacts mumps disease control". International Journal of Epidemiology. 31 (5): 983–4. doi:10.1093/ije/31.5.983. PMID 12435772. 
  31. ^ Calvert N, Cutts F, Irving R, Brown D, Marsh J, Miller E (February 1996). "Measles immunity and response to revaccination among secondary school children in Cumbria". Epidemiology & Infection. 116 (1): 65–70. doi:10.1017/S0950268800058969. PMC 2271248alt=Dapat diakses gratis. PMID 8626005. 
  32. ^ Miller E (October 1994). "The new measles campaign". The BMJ. 309 (6962): 1102–3. doi:10.1136/bmj.309.6962.1102. PMC 2541903alt=Dapat diakses gratis. PMID 7987096. 
  33. ^ Cutts FT (March 1996). "Revaccination against measles and rubella". The BMJ. 312 (7031): 589–90. doi:10.1136/bmj.312.7031.589. PMC 2350416alt=Dapat diakses gratis. PMID 8595319. 
  34. ^ "Richard Barr original writing site". www.richardbarr.org. 
  35. ^ Michael Fitzpatrick. "spiked-health | Medicine on trial". Spiked-online.com. Diakses tanggal 2011-01-08. 
  36. ^ Wakefield AJ, Pittilo RM, Sim R; et al. (1993). "Evidence of Persistent Measles Virus in Crohn's Disease". Journal of Medical Virology. 39 (4): 345–53. doi:10.1002/jmv.1890390415. PMID 8492105. 
  37. ^ Thompson, N.P; Pounder, R.E; Wakefield, A.J; Montgomery, S.M (1995). "Is Measles Vaccine a Risk for Inflammatory Bowel Disease?". The Lancet. 345 (8957): 1071–74. doi:10.1016/s0140-6736(95)90816-1. 
  38. ^ http://www.wesupportandywakefield.com/documents/AutismFile_US31_Wakefield.pdf
  39. ^ a b Fitzpatrick M (2004). MMR and Autism: What Parents Need to Know. Routledge. ISBN 978-0-415-32179-2. Diakses tanggal 2011-02-02. 
  40. ^ a b Moore Andrew (2006). "Bad science in the headlines: Who takes responsibility when science is distorted in the mass media?". EMBO Reports. 7 (12): 1193–1196. doi:10.1038/sj.embor.7400862. 
  41. ^ Press release from the Royal Free Hospital School of Medicine, 26 February 1998, hosted at briandeer.com
  42. ^ a b Deer B (2 November 2008). "The MMR–autism crisis – our story so far". Diakses tanggal 2008-12-06. 
  43. ^ Deer B. "Royal Free facilitates attack on MMR, in Dr Andrew Wakefield "single shots" video". Diakses tanggal 2007-07-27. 
  44. ^ "Child vaccine linked to autism". BBC News. 27 February 1998. Diakses tanggal 2007-09-05. 
  45. ^ "MMR – the controversy". 1 August 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-26. Diakses tanggal 2007-09-06. 
  46. ^ Halvorsen R (2007). The Truth about Vaccines. Gibson Square. ISBN 978-1-903933-92-3. 
  47. ^ Goldacre, Ben (2009). Bad Science. London: Fourth Estate. hlm. 283. ISBN 978-0-00-728487-0. 
  48. ^ "Health professionals 2003 childhood immunisation survey report" (PDF). NHS Immunisation Information. 2003. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 September 2006. Diakses tanggal 2007-09-06. 
  49. ^ BMRB Social Research (2004). "Health professionals 2004 childhood immunisation survey executive summary" (PDF). Immunisation Information England. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 September 2006. Diakses tanggal 2007-09-06. 
  50. ^ "MMR vaccine – measles, mumps, rubella vaccine". Immunisation Scotland. Diakses tanggal 2010-07-01. 
  51. ^ "Blair signals support for MMR". BBC News. 7 February 2002. Diakses tanggal 2008-07-10. 
  52. ^ Nic Fleming My son has had MMR jab, says Brown (in dig at Blair) Telegraph 7 February 2006
  53. ^ "Cherie Blair: what she said". The Guardian. 12 May 2008. Diakses tanggal 2012-03-09. 
  54. ^ a b c "Why is MMR preferable to single vaccines?". Health Protection Agency. 2008. Diakses tanggal 2008-08-31. 
  55. ^ MMR vs three separate vaccines:
  56. ^ "Doctors issue plea over MMR jab". BBC News. 26 June 2006. Diakses tanggal 2009-02-04. 
  57. ^ a b Fitzpatrick M (2004). "MMR: risk, choice, chance". British Medical Bulletin. 69 (1): 143–53. doi:10.1093/bmb/ldh002. PMID 15226203. 
  58. ^ Walker-Smith J (2002). "Autism, bowel inflammation, and measles". The Lancet. 359 (9307): 705–6. doi:10.1016/S0140-6736(02)07783-8. PMID 11879886. 
  59. ^ Smeeth L, Hall A, Rodrigues L, Cook C, Fombonne E (2002). "Autism, bowel inflammation, and measles". The Lancet. 359 (9323): 2112–3. doi:10.1016/S0140-6736(02)08918-3. PMID 12086784. 
  60. ^ "MMR: myths and truths". NHS Immunisation Information. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-13. Diakses tanggal 2008-08-31. 
  61. ^ Infectious Diseases; Immunization Committee; Canadian Paediatric Society (2007). "Autistic spectrum disorder: No causal relationship with vaccines". Paediatrics and Child Health. 12 (5): 393–5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 December 2008. Diakses tanggal 2008-10-17.  Also published (2007) in Canadian Journal of Infectious Diseases and Medical Microbiology 18 (3): 177–9. PMID 18923720.
  62. ^ Wakefield A (2004). "A statement by Dr Andrew Wakefield". The Lancet. 363 (9411): 823–4. doi:10.1016/S0140-6736(04)15710-3. PMID 15022650. 
  63. ^ Horton R (2004). "A statement by the editors of The Lancet". The Lancet. 363 (9411): 820–1. doi:10.1016/S0140-6736(04)15699-7. PMID 15022645. 
  64. ^ Horton R (2004). "The lessons of MMR". The Lancet. 363 (9411): 747–9. doi:10.1016/S0140-6736(04)15714-0. PMID 15016482. 
  65. ^ Deer B (31 December 2006). "MMR doctor given legal aid thousands". The Sunday Times. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-23. Diakses tanggal 2007-09-23. 
  66. ^ Murch SH, Anthony A, Casson DH, et al. (2004). "Retraction of an interpretation". The Lancet. 363 (9411): 750. doi:10.1016/S0140-6736(04)15715-2. PMID 15016483. 
  67. ^ Hornig M, Briese T, Buie T, et al. (2008). Cookson MR, ed. "Lack of association between measles virus vaccine and autism with enteropathy: a case-control study". PLoS ONE. 3 (9): e3140. Bibcode:2008PLoSO...3.3140H. doi:10.1371/journal.pone.0003140. PMC 2526159alt=Dapat diakses gratis. PMID 18769550. RingkasanThe Washington Post (2008-09-04). 

Bacaan lanjutan

Templat:Vaksin