Ukiran Asmat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ukiran Asmat di Museum Seni Metropolitan, New York

Ukir Asmat adalah seni tradisi yang berbentuk seni ukir, berasal dari suku Asmat dan memiliki nilai budaya yang sangat tinggi,[1] Seni ukir Asmat sangat erat sekali hubungannya dengan suku Asmat (agama tradisi) yang mereka percaya, terutama yang erat kaitannya dengan tradisi lisan yang terkandung dalam mite, legenda dan dongeng yang mereka anggap sakral dan berhubungan dengan sejarah kehidupan leluhur atau nenek moyang mereka yang sangat mempengaruhi kehidupan religi mereka.[1] Orang Asmat percaya, benda berupa kerajinan ukiran merupakan penghubung antara kehidupan di dunia dengan kehidupan di dunia arwah, utamanya nenek moyangnya.[1] Ukiran Asmat mayoritasnya dibuat oleh laki-laki.[1] Bermacam-macam ukiran dibuat secara bersama-sama mulai dari bentuk dayung, perisai, tifa, dan banyak lagi yang lainnya.[2] Kemudian, ukiran-ukirannya diberi nama sesuai dengan nama orang yang baru meninggal, sebagai pengingat-ngingat orang yang sudah meninggal tersebut.[2] Ukirannya, biasa digunakan dalam keperluan ritual dan juga untuk diperjual belikan untuk menambah penghasilan keluarga.[1]

Makna Ukiran Suku Asmat[sunting | sunting sumber]

Ukiran bentuk figur manusia

Seni menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan suku Asmat. Bagi suku yang mendiami pesisir selatan Pulau Papua ini seni adalah adalah penyeimbang kehidupan, baik dengan sesama manusia, lingkungan ataupun dengan roh para leluhur. Salah satu mahakarya suku Asmat adalah seni ukir yang kini telah dikenal dunia.[3]

Bagi suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mengukir menjadi tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang. Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak sekadar membuat pola dalam kayu tetapi menuangkan nilai spiritualitas dalam hidup.[3]

Keperluan Ritual[sunting | sunting sumber]

Ukiran Asmat menjadi media penghubung antara kehidupan di dunia dengan kehidupan dunia arwah. Lewat seni ukir suku Asmat tetap terhubung dengan nenek moyangnya. Segala jenis ukiran dibuat bersama-sama mulai dari dayung, perisai, tifa, busur dan sebagainya yang kemudian diberi nama sesuai dengan orang yang baru meninggal. Pemberian nama itu untuk mengingatkan mereka pada yang meninggal.[3]

Hampir seluruh ukiran Asmat dikerjakan oleh kaum laki-laki. Hasil kerajinan atau ukiran mereka umumnya dipergunakan untuk keperluan ritual tetapi ada juga yang tidak dipergunakan untuk keperluan itu. Setiap pengrajin atau pengukir mempunyai ciri sendiri, khusus mengenai ukiran yang diperlukan untuk keperluan ritual memiliki perbedaan yang sangat jelas.[3]

Dalam perkembangannya, banyak pengukir dari suku Asmat yang tidak hanya mengukir untuk mengaktualisasikan hidup, tetapi juga untuk alasan ekonomi. Dan kini mahakarya itu telah menjadi komoditas yang banyak dicari.[3]

Motif Rumit dan Bernilai Tinggi[sunting | sunting sumber]

Ukiran pada perisai

Ukiran Asmat memiliki ciri khas yang membedakannya dengan ukiran dari daerah lain. Pengerjaan yang rapih dan detil-detil ukiran yang rumit menjadi alasan mengapa ukiran Asmat tersohor ke seluruh penjuru dunia dan banyak diburu para penggemar seni.[3]

Motif-motif yang berhubungan dengan alam, makhluk hidup dan aktifitas kehidupan sehari-hari banyak ditemui di dalam ukiran Asmat. Pola yang umum ditemui seperti kelelawar, burung cendrawasih, dan ikan. Sedangkan bentuk aktifitas yang biasa dituangkan adalah manusia yang sedang berperang, berburu, atau mencari ikan, tidak jarang juga mereka membuat refleksi aktifitas hidup para leluhur Asmat. Yang pasti, motif maupun bentuk ini tak pernah lepas dari kehidupan suku Asmat sendiri.[3]

Jika Anda berminat mengoleksi ukiran Asmat, maka Anda bisa memburunya di Pasar Hamadi, Jayapura yang banyak menjual produk tradisional warga Papua. Tapi akan lebih afdal jika Anda mengunjungi perkampungan suku Asmat, sehingga bisa menyaksikan langsung bagaimana mahakarya itu dilahirkan.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/seni-ukir-dalam-kehidupan-orang-asmat/
  2. ^ a b "Makna di Balik Ukiran Suku Asmat". pesona indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-08. Diakses tanggal 2019-03-07. 
  3. ^ a b c d e f g h "Makna di Balik Ukiran Suku Asmat". pesona indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-08. Diakses tanggal Kamis, 27 Februari 2020.