Viresens

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
viresens
Kelainan viresens pada bunga yang menyebabkan pigmen klorofil muncul di tempat tidak seharusnya.

Viresensi merujuk pada perkembangan abnormal pigmen hijau pada bagian tanaman yang biasanya tidak hijau, seperti tunas atau bunga.[1] Ketika fenomena ini terjadi pada bunga, hal ini secara khusus disebut sebagai viresensi bunga. Kondisi ini sering dikaitkan dengan kelainan lain seperti filodi, yakni kelainan di mana bagian bunga berkembang menjadi daun, dan sapu penyihir (Witch broom), yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal massa tunas yang padat dari satu titik. Gejala-gejala ini umumnya muncul akibat penyakit yang mengganggu tanaman, terutama yang disebabkan oleh fitoplasma.[2]

Istilah "viresensi" muncul sekitar tahun 1825, berasal dari kata Latin "virescere," yang berarti "menjadi hijau."[3] Dalam konteks bahasa Inggris, "virescent" juga dapat merujuk pada kehijauan, mirip dengan istilah "verdant." Selain itu, istilah "kloranfi" kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan viresensi bunga, meskipun lebih umum dikaitkan dengan filodi.

Gejala[sunting | sunting sumber]

Viresensi merupakan perubahan warna bunga menjadi hijau, yang disebabkan oleh kehadiran fitoplasma. Namun, dalam beberapa kasus, diagnosis dapat menjadi sulit karena adanya bunga yang secara alami berwarna hijau dan adanya faktor genetik yang memodifikasi distribusi antosianin dalam tanaman.[4] Contohnya, dapat ditemukan pada varietas mawar China dan beberapa klon khusus dari tanaman vinca. Meskipun penyakit yang paling relevan terkait fitoplasma umumnya dilaporkan pada tanaman berbunga yang dikomersialkan, viresensi juga hadir pada tanaman hortikultura dan tanaman biji, seperti tomat, kubis, stroberi, dan semanggi, di antara beberapa spesies lainnya.[5]

Penyebab utama viresensi adalah kehadiran fitoplasma, mikroorganisme patogenik yang dapat menginfeksi tanaman dan mengganggu pertumbuhannya. Fitoplasma sering kali mengubah proses normal dalam tanaman, seperti perkembangan warna pada bunga, sehingga menyebabkan viresensi. Namun, terdapat kasus di mana warna hijau pada bunga juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dalam tanaman itu sendiri.

Dampak[sunting | sunting sumber]

Dampak dari viresensi dapat bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang terkena. Pada tanaman berbunga komersial, viresensi dapat mengurangi daya tarik estetika bunga, yang dapat mempengaruhi nilai jual dan daya tarik pasar. Selain itu, viresensi juga dapat menjadi tanda adanya infeksi fitoplasma, yang dapat menyebabkan kerugian produksi yang signifikan pada tanaman pertanian dan hortikultura. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik tentang viresensi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya penting untuk pengendalian penyakit tanaman dan pengelolaan pertanian yang berkelanjutan.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Masters, Maxwell Tylden (1869). Vegetable teratology, an account of the principal deviations from the usual construction of plants, by Maxwell T. Masters ... With numerous illus. by E.M. Williams. London,: Published for the Ray society by R. Hardwicke,. 
  2. ^ Hogenhout, S. A.; Musić, M. Š. (2009-01). Phytoplasma genomics, from sequencing to comparative and functional genomics - what have we learnt?. UK: CABI. hlm. 19–36. ISBN 978-1-84593-530-6. 
  3. ^ Bickersteth, (John) Burgon (1888–1979), academic administrator. Oxford Dictionary of National Biography. Oxford University Press. 2004-09-23. 
  4. ^ Davey, J.E.; Van Staden, J.; De Leeuw, G.T.N. (1981-09). "Endogenous cytokinin levels and development of flower virescence in Catharanthus roseus infected with mycoplasmas". Physiological Plant Pathology. 19 (2): 193–200. doi:10.1016/s0048-4059(81)80021-5. ISSN 0048-4059. 
  5. ^ Bertaccini, Assunta (2022-05-27). "Plants and Phytoplasmas: When Bacteria Modify Plants". Plants. 11 (11): 1425. doi:10.3390/plants11111425. ISSN 2223-7747.