Tutik Pudjiastuti

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Titik Pudjiastuti (EYD: Titik Pudjiastuti; lahir di Jakarta, 23 Januari 1956) adalah seorang ahli filologi (ilmu tentang isi naskah) sekaligus kodikologi (ilmu tentang fisik naskah). Dia merupakan seorang peneliti naskah kuno di Indonesia yang menyelamatkan berbagai macam naskah Nusantara yang hampir hilang. Hal ini dia lakukan dalam pekerjaannya sebagai peneliti naskah kuno di samping ia juga merupakan guru besar Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Perempuan berusia 62 tahun ini memiliki ambisi untuk mendigitalisasikan naskah-naskah kuno yang berpotensi hilang sebagai akibat dari adanya aktivitas jual-beli naskah maupun rusaknya naskah itu sendiri. Hal demikian membuat Titik termotivasi untuk menyelamatkan naskah-naskah yang terdapat di Nusantara, khususnya Indonesia.[1]

Masa Kuliah[sunting | sunting sumber]

Seharusnya Titik bukanlah seorang yang mengerti akan sastra seperti halnya saat ini. Di awal kuliahnya, ia merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) UI sebelum kemudian ia berpindah jurusan ke Fakultas Sastra (FS), atau yang sekarang dikenal dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIPB) UI.

Berpindahnya Titik dari FE ke FS merupakan ambisi dari Ibunya (Ngastiah), yang mengharap putrinya bisa seperti para peneliti asing yang suka menekuni kebudayaan Indonesia. Perpindahan ini lantas mengubah kepribadian Titik sendiri. Ketika ia masih menjadi mahasiswa di FE, ia dikenal sebagai mahasiswa yang pasif atau pendiam. Baru setelah ia masuk di FS, keaktifannya mulai terlihat, baik di organisasi maupun akademiknya.

Titik mulai terjun di dunia filologi saat ia menulis skirpsi tentang Serat Yusuf di akhir kuliah S1nya. Namun, saat itu dia belum mengenal ilmu filologi. Baru setelah ia melanjutkan kuliah S2 di Leiden, Belanda, Titik mengenal ilmu yang mempelajari tentang naskah ini.

Ketekunannya dalam mempelajari berbagai naskah, menjadikan Titik secara tidak langsung mempelajari ilmu kodikologi. Lambat laun, ilmu filologi dan kodikologi ini semakin melekat dalam pemikiran dan keilmuan Titik, terutama ketika ia menyadari akan adanya berbagai macam naskah asli di Nusantara.

Dunia Filologi dan Kodikologi[sunting | sunting sumber]

Titik menjadi tokoh penting di Indonesia saat ini, dengan ambisinya terhadap proyek digitalisasi naskah kuno sebagai upaya penyelamatan naskah Nusantara, menjadikan Titik sering kali terjun ke lapangan untuk mencari naskah-naskah yang dianggap sebagai harta kekayaan bangsa ini. Titik sering kali menemui naskah-naskah yang diperjualbelikan. Kebanyakan mereka (pemilik naskah) menjual naskahnya ke orang asing dengan harga berkisar 40-50 juta rupiah. Unuk mengantisipasi dan meminimalisir kegiatan semacam ini, Titik mencoba untuk mendapatkan data-data dalam naskah tersebut. Adapun yang ia lakukan adalah dengan melakukan pemotretan terhadap naskah sekalipun ia harus membayar 2 juta rupiah kepada pemiliknya. Selain itu, Titik juga menemukan adanya pandangan masyarakat yang menganggap bahwa naskah kuno itu barang keramat, sehingga pemiliknya enggan untuk membuka naskah tersebut. Atas dasar ini, Titik mencoba melakukan pendekatan terhadap pemilik naskah untuk berusah mengeksplorasi isi dari naskah yang bersangkutan tersebut. Alhasil, Titik mendapatkan berbagai macam informasi dari masing-masing naskah yang ia temukan.

Untuk saat ini, Titik tengah mencari naskah-naskah yang terdapat di wilayah Indonesia timur. adapun wilayah-wilayah yang ia datangi seperti Papua Barat,Sorong, Fak-Fak, Bima, NTB, Ternate, Tidore, dan beberapa wilayah di Sulawesi dan Kalimantan.

Menurut Titik, leluhur bangsa Indonesia merupakan tokoh-tokoh yang pintar dengan keberadaan berbagai macam naskah penting di berbagai wilayah Indonesia. Terbukti, Titik menemukan naskah tentang pengobatan kambing yang menderita kembung dan pengobatan terhadap ayam yang mengeluarkan kotoran putih seperti kapur. Jelas, ilmu tentang pengobatan ini tidaklah mungkin dapat dimengerti dengan mudah. Keberadaan naskah yang menerangkan tentang ilmu ini membuat Titik yakin bahwa Indonesia masih menyimpan banyak naskah-naskah lainnya.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Setyorini, Ida (9 April 2018). "Titik Pudjiastuti, Penyelamat Naskah Nusantara".