Terowongan Wilhelmina
![]() | Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
Artikel atau bagian artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) |
![]() | Sub-ProyekWiki Stasiun Kereta Api mewajibkan artikel ini memiliki foto. Bantu kami menambahkan foto dokumentasi bangunan stasiun saat masih ada bangunan atau jejaknya. Artikel yang membahas mengenai stasiun yang hilang bangunannya tanpa dokumentasi apa pun DAN referensi yang tepercaya, dari pihak ketiga, dan independen terhadap subjek harus segera dihapus.
Petunjuk:
|
Terowongan Wilhelmina adalah terowongan yang terletak di bawah Desa Empak dan Desa Bagolo di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran. Terowongan kereta api jalur Banjar-Cijulang yang diberi nama Wilhelmina merupakan salah satu terowongan sisa peninggalan zaman Belanda. Terowongan Wilhelmina juga dinobatkan sebagai terowongan terpanjang dan terindah dari 10 terowongan yang ada di Indonesia lantaran pemandangan alam mulai dari pegunungan dan pantai bisa terlihat jelas.gunung di jalur ini sangat indah.[1]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Nama Wilhemina diambil dari Ratu Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Maria. Terowongan itu dibangun pada tahun 1914 dan diresmikan pada tanggal 1 juni 1924. Nama Wilhelmina sendiri, diambil dari nama seorang ratu dari Kerajaan Belanda yang memiliki nama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Maria. Terowongan dan sekaligus jalur Banjar - Cijulang ditutup total pada 1 Januari 1982. Berkali-kali reaktivasi digaungkan untuk jalur ini, tetapi tidak pernah terealisasikan.[1] Namun pada tahun 2018, pihak PT. KAI menggaungkan realisasi pengaktifan kembali jalur tersebut bersama jalur-jalur KA mati di Jawa Barat. Rencananya reaktivasi dilakukan setelah jalur kereta api Cibatu–Cikajang direaktivasi karena lahan yang masih memungkinkan dibandingkan Rancaekek–Tanjungsari dan Cikudapateuh–Ciwidey. Belum ada progres reaktivasi untuk jalur ini.[2]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ a b Okta, Maria (2017-03-14). "Hanya Cerita yang Tersisa dari Terowongan KA Wilhelmina di Pangandaran". KabarPenumpang.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-08.
- ^ "Kegiatan Pelestarian Terowongan Wilhelmina". kai.id. Diakses tanggal 2020-02-08.